4O

785 110 5
                                    

"Ah, sial! Aku tidak percaya kita dipaksa mundur!"

"Menyebalkan!"

"Dan kita belum membalaskan dendam guild dan Levy..."

"Sialan!"

"Ini adalah markas besar mereka," jelas Macao kepada beberapa anggota guild yang mengelilinginya sambil menujuk ke peta yang ditaruhnya di atas meja. "Jika kita menyerang mereka dengan sihir dari atas dan menuju ke arah barat daya..."

"Nanti aku akan meledakkan mereka dengan lacrima!" kata Wakaba kesal sambil memasukkan beberapa lacrima ke dalam karung.

"Keluarkan semua benda sihir yang menakjubkan di rumah ini bagi penyihir bertipe benda," kata Macao memberi perintah.

"Ada apa? Masih gelisah?" tanya Gray ketika melihat Lucy terdiam sedari tadi.

"Tidak, bukan itu," jawab Lucy sambil menunduk. "Rasanya... Maafkan aku."

"Apa yang kau katakana, Lucy?" tanyaku. "Aku sudah bilang, semuanya akan baik-baik saja."

"Tapi..." ucap Lucy sambil memandangku sedih.

"Yah, seorang wanita kaya sedang jadi incaran," ucap Elfman. "Maka yang akan melindunginya adalah seorang pria."

"Jangan berkata seperti itu!" kata Gray sedikit kesal.

"Tapi aku sangat terkejut, kenapa kau menyembunyikannya, Lucy?" tanya Happy.

"Aku tidak mencoba untuk menyembunyikannya," jawab Lucy. "Setelah aku kabur dari rumah, aku tidak mau lagi membicarakan hal ini. Selama setahun ini, dia tidak memperdulikan anaknya yang kabur, tapi sekarang dia ingin aku kembali."

"Ayahku ingin memaksaku kembali, semua ini menimpa kalian..." lanjutnya dengan raut wajah bersedih. "Dia tidak punya perasaan! Kalian terkena musibah ini pasti karena kesalahanku telah kabur dari rumah."

"Itu tidak benar! Ayahmu itulah yang salah!" timpal Elfman.

"Baka!" seru Gray.

"Maksudku, Phantom!" koreksi Elfman.

"Tindakanku telah merepotkan kalian. Aku minta maaf," ucap Lucy. "Jika aku kembali ke rumah, itu akan menyelesaikan semuanya, kan?"

"Entahlah," jawab Natsu. "Status kayamu bukanlah hal yang cocok buatmu. Bercanda di sini, dan melakukan petualangan. Itulah Lucy yang kukenal."

"Itu benar, kau sebenarnya ingin tinggal di sini 'kan, Lucy?" tanyaku sambil tersenyum.

"Kau adalah Lucy anggota Fairy Tail!" kata Natsu. "Di sinilah rumahmu."

Kemudian Lucy menatap kami sambil berkaca-kaca dan ia mulai menangis.

"Jangan menangis dong!" ucap Gray tak tau harus berbuat apa.

"Benar! Air mata membuat seorang pria menjadi lemah!" timpal Elfman.

"Oi, Natsu, kau membuatnya menangis," kataku.

"Aku tidak membuatnya menangis!" jawab Natsu sedikit berteriak.

Kemudian aku melihat ke arah Cana yang sedang fokus dengan kartu-kartunya untuk mencari keberadaan Mystogan. Aku langsung menghampirinya ketika ia menghamburkan kartunya secara tiba-tiba.

"Tidak berguna, aku tidak bisa melacak keberadaanya Mystogan," kata Cana kesal.

"Ternyata begitu, sayang sekali," tanggap Mirajane.

"Jika tujuan mereka adalah Lucy, mereka pasti akan menyerang lagi," kata Cana. "Sudah banyak yang luka-luka, ini buruk."

"Master juga terluka dan kita juga tidak tau di mana Mystogan berada. Hanya kau saja yang bisa kami andalkan! Laxus!" kata Mirajane sambil memandang lacrima yang terhubung dengan Laxus.

"Huh?" tanya Laxus dengan wajah sombongnya.

"Tolong kembalilah," pinta Mirajane. "Fairy Tail dalam bahaya!"

"Tua bangka itu pantas merasakannya!" jawab Laxus sambil tertawa. "Itu bukan urusanku, tangani saja sendiri."

"Laxus, kenapa kau..." protes Cana.

Aku yang mendengarnya menggeram kesal dan langsung berjalan ke arah Mirajane. "Kau akan pulang atau tidak?" tanyaku to the point.

Bisa terlihat bahwa wajah Laxus terkejut karena aku tiba-tiba muncul di depan lacrima yang terhubung dengannya. Namun itu tak berlaku lama karena ia kembali dengan wajah sombongnya.

"Si tua itu yang memulai perangnya. Kenapa aku yang harus membereskannya?" tanya Laxus.

"Target mereka adalah Lucy, salah satu dari kita!" ucap Mirajane.

"Huh? Siapa itu?" tanya Laxus. "Oh, maksudmu orang baru itu? Katakan padanya aku akan membantunya, kalau dia mau jadi cewekku."

"Huh?" tanggapku sedikit tak suka dengan ucapannya.

"Teganya dirimu!" protes Cana.

"Aku tanya sekali lagi, kau akan pulang atau tidak?" tanyaku penuh penekanan sambil memandangnya penuh dengan amarah.

Laxus terdiam sejenak. "Hey! Apa itu caramu meminta bantuan?" tanya Laxus padaku. "Dan beritau juga si tua agar cepat pensiun, jadi aku bisa menggantikan posisinya sebagai Master."

Aku langsung memukul lacrima itu hingga hancur berkeping-keping. Kau benar-benar berubah, Laxus, pikirku sambil menggeram kesal.

"(y/n)..." tanggap Cana.

Kemudian Mirajane menangis kesal. Aku dan Cana langsung menoleh ke arahnya.

"Sulit dipercaya," ucap Mirajane sesegukkan.

"Mira..." tanggapku.

"Apa dia anggota dari Fairy Tail?" tanya Mirajane. "Jika seperti ini, aku akan bertarung!"

"Apa yang kau katakan?" tanya Cana.

"Tapi, Lucy akan ditangkap padahal aku ada di sana!" jawab Mirajane.

"Jangan, semua orang akan mengikuti caramu," kata Cana. "Meskipun kau adalah penyihir kelas S."

"Mira, tenanglah," ucapku menenangkan Mirajane yang tengah menangis.

Tak lama kemudian, guild tiba-tiba saja berguncang─ah, tidak! Lebih tepatnya seluruh kota Magnolia berguncang dengan hebat.

Mereka sudah di sini, pikirku ketika merasakan guild berguncang.

Kami semua langsung berlarian keluar guild dan terkejut ketika melihat sebuah bangunan berjalan dari arah laut menuju ke kota Magnolia.

"Apa itu?" tanya Natsu terkejut.

"Guild-nya berjalan!" kata Happy terkejut.

"Phantom?" tanggap Loke.

"A-apa yang harus kita lakukan?" tanya Wakaba bingung.

"Di luar dugaan," ucap Erza terkejut. "Mereka akan menyerang dengan cara itu?"

Tiba-tiba saja aku merasakan energi sihir yang sangat besar. Energi macam apa ini? Jupiter?! pikirku terkejut.

Kemudian Guild Phantom Lord langsung memunculkan sebuah meriam dan berniat menembakannya ke arah kami.

"SEMUANYA BERLINDUNG!" teriakku keras.

***

To be continued...

Fairy Tail x Reader [DROP]Where stories live. Discover now