43. You Look So Damn Pretty

Start from the beginning
                                    

"Bisa bicarakan topik lain?" tanya Steven sambil melirik pada salah satu dari mereka. "Kalian pasti belum tahu mengenai terbakarnya kebun ganja Tuan Takashi yang ada di kawasan Himayala India Utara. Menurut laporan anak buahku, ladang tersebut memang sengaja dibakar."

Steven masih melirik pada Takashi yang tampak terkejut mengapa Steven bisa mengetahuinya.

"Bagaimana Tuan Takashi? Apa kau sengaja membakarnya supaya kami ikut rugi karena sudah terlanjur investasi besar-besaran kepadamu?" tambah Steven.

Yang lain ikut menunggu jawaban Takashi yang kini mencoba untuk tetap tenang.

"Bukan aku yang sengaja membakarnya, tapi istriku. Dia mengirimkan orang-orangnya untuk melenyapkan seluruh ganja tersebut, tanpa sisa. Dan alasannya benar-benar mengejutkanku."

"Apa?"

"Istriku ingin aku bertobat dan menjadi pemuka agama, menjadi penjaga di kuil dewa. Itu karena ramalan yang berkata bahwa aku akan segera mati. Hahah, menggelikan sekali. Tapi, yah, aku tidak bisa berbuat apa-apa selain membiarkan istriku membakar ladang ganja itu. Kalian tahu? Aku tipe suami yang akan melakukan apa pun untuk membahagiakan seorang istri, disuruh meninggalkan bisnis gelap ini pun akan aku turuti. Dan sepertinya setelah dari sini aku benar-benar akan jadi pemuka agama dan hidup sederhana, hahah."

Yang lain masih memasang wajah serius, membiarkan Takashi tertawa sendirian sambil berandai dirinya hidup sederhana menjadi penjaga kuil dewa. Berikutnya Takashi berdeham, kembali menjaga sikap.

"Tenang saja, aku akan mengembalikan investasi kalian semua," tuturnya.

Pembahasan kembali berlanjut, dan baru selesai ketika hari menjelang sore. Sebelum keluar, Steven mendekat kepada Takashi dan berbicara pelan, hampir berbisik.

"Apa yang biasanya kau lakukan untuk menyenangkan hati istrimu?"

"Kau mau menikah?!" tanya Takashi senang, tidak sadar bahwa suaranya terlampau keras hingga didengar oleh beberapa orang.

"Maaf," ucapnya setelah tahu Steven mendengus kasar.

"Karena dia orang religius, aku sering mengajaknya keliling dunia untuk melakukan wisata rohani dan beribadah di berbagai kuil yang kami kunjungi. Saranku untukmu, berikan apa yang menjadi kesenangan calon istrimu. Tanyakan apa kegemarannya."

"Makanan," gumam Steven.

"Apa?"

"Dia suka makan."

"Mau aku rekomendasikan tempat yang menjadi surganya makanan di Osaka?"

"Di mana?"

"Dotonbori."

"Hm, baiklah."

"Dan saat sudah di sana, kau wajib mencoba takoyaki dan kushikatsu, itu makanan paling populer di sana."

Steven hanya mengangguk.

"Oke, selamat bersenang-senang. Kudoakan semoga sukses saat melamarnya," pungkas Takashi lalu berlalu pergi.

Steven tersenyum samar. Melamar?

Bahkan dia masih sangat gengsi untuk menyatakan bahwa dirinya telah jatuh cinta pada Calista.

÷÷÷

"Menunggu lama?"

Calista yang awalnya duduk di sebuah bar table sambil menikmati segelas tequila itu menoleh dan mendongak pada Steven.

"Tidak. Hanya sekitar empat jam."

Calista menciptakan senyum yang ia buat-buat, lalu dalam sekejap kembali memasang wajah kesal.

"You look so damn pretty."

Calista yang pada hari ini memakai A-line dress berwarna hitam kontras dengan warna kulitnya itu bangkit dari duduknya. Menatap tepat pada manik Steven. Kemudian menarik dasi pria itu hingga wajah Steven hanya berjarak beberapa senti dari wajahnya sendiri.

"Katakan sekali lagi."

"Tidak ada pengulangan, Nona Lim."

"Kalau mau mengatakannya lagi, aku punya hadiah untukmu," bisik Calista.

"Apa hadiahnya?"

"Katakan dulu."

"Apakah harus?"

"Iyaaa."

"Kau terlihat sangat cantik."

"Louder."

"Jangan melunjak."

"Maaf, hadiahnya hangus kalau begitu," kata Calista sambil melepaskan tangannya dari dasi Steven lalu melipat tangan di dada.

"Oke."

Steven menghela napas dalam, lalu berkata kencang, "You look so fuckin’ beauty, Miss Calista Lim!"

Calista puas mengetahui orang-orang serempak menoleh dan mengalihkan atensi kepada Steven. Tentu saja, Steven malu, dan Calista cukup senang mengetahui itu.

Steven mendesis pelan, "Kau sengaja membuatku malu ternyata. Sekarang, mana hadiahku?"

"Hadiah apa?" Calista pura-pura tidak ingat.

"Jangan mempermainkanku, Calista."

"Iya-iya, aku bercanda."

Calista membuka sling bag yang menggantung di pundaknya, mencari sesuatu di dalam tas kecil tersebut.

Sambil menyerahkan jimat yang ia dapat dari tempat ibadah, Calista berkata, "Bawa terus jimat itu bersamamu supaya setan yang ada di tubuhmu kepanasan dan akhirnya memilih keluar."

"Apa?" tanya Steven dengan mulut terbuka sambil melihat jimat di tangannya serta Calista bergantian.

"Tapi kalau tidak berhasil ya berarti kau sendiri setannya." Lalu berlalu menuju keluar, meninggalkan Steven yang sudah mengeluarkan uap panas karena emosi.

"Calista Lim, kubunuh kau!"




-

double up-nya hari ini, tepatnya jam 12 WIB nanti

pantau yaa ❤

𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒Where stories live. Discover now