48. Make You Mine

80.9K 4.6K 72
                                    

Ketiganya memasuki UGD, menuju pada Roxanne yang masih berbaring di atas brankar.

Menoleh, Roxanne tersenyum kepada mereka bertiga. Dia hendak bangkit menjadi duduk, namun ditahan oleh Nathan.

"Berbaring saja."

"Tadi tiba-tiba aku pingsan, ya? Maaf ya, aku merepotkan kalian," kata Roxanne.

"Kau bicara apa? Tidak ada yang direpotkan di sini, sama sekali." Nathan mengelus-elus surai emas Roxanne sambil menatap penuh sayang.

Di tempatnya berdiri, Calista merasa prihatin. Roxanne belum mengetahui mengenai donor jantung yang harus perempuan itu dapatkan. Dia belum tahu kalau kondisinya sangat kritis. Nathan melarang mereka memberi tahu. Pria itu tidak ingin Roxanne menjadi down hingga berdampak pada janinnya.

"Tadi kata dokter bagaimana? Jantungku lemah lagi, ya?"

"Iya, itu karena kau terlalu kelelahan. Tapi tidak masalah. Kau dan janin di dalam kandunganmu baik-baik saja. Tidak ada yang perlu dikhawatirkan," bohong Nathan.

"Syukurlah. Setelah ini, aku sudah boleh pulang, kan?"

Ketiganya bungkam, saling berpandangan sebentar.

"Hm, boleh."

"Nath ...," panggil Calista pelan dengan geleng-geleng kecil.

"Tidak perlu khawatir, Cale. Aku sudah sehat. Justru aku akan tambah sakit jika berada di sini lama-lama."

Calista tidak tahan berada di sini. Melihat Roxanne yang tersenyum tanpa beban, tanpa tahu bahwa dirinya sedang tidak baik-baik saja, membuat Calista ingin menumpahkan air matanya. Calista menyesali kenapa ia tidak bisa berbuat apa-apa untuk saudarinya. Kenapa ia tidak berdaya.

"Aku ... ke toilet dulu," pamit Calista, menahan untuk tidak memecahkan tangisnya di sini.

Berikutnya gadis itu keluar. Karena ingin memastikan Calista baik-baik saja, beberapa saat kemudian Steven menyusul keluar.

Calista berhenti di lorong kecil yang mengarah pada toilet rumah sakit. Cairan beningnya merembes keluar.

Bagaimana ini?

Apa yang harus Calista lakukan?

Kenapa bukan dirinya saja yang diberi penyakit seperti itu?

Kenapa harus Roxanne?

Terlebih, ada nyawa lain yang kini berada dalam rahim perempuan itu. Calista rela menanggung penyakit itu asal Roxanne kembali sehat. Sungguh, seberharga itu sosok Roxanne bagi Calista.

"Cale ...," panggil Steven, mendekat pada Calista yang menempel pada dinding.

Mengetahui itu, Calista lanjut melangkah. Memasuki toilet, menutup pintunya. Dia ingin sendiri dulu.

"Cale, buka."

"Tinggalkan aku sendiri, Steve." Calista membalas dari dalam.

"Jangan memiliki pikiran macam-macam, Cale."

"Aku hanya takut akan terjadi apa-apa dengan Roxanne dan bayinya."

"Tidak akan terjadi apa-apa. Aku dan Nathan akan berusaha sekuat tenaga untuk mencari donor jantung bagi Roxanne."

"Kalau tidak kunjung dapat ... bagaimana?"

"Please, Cale. Buka pintunya dulu." Steven menaik-turunkan kenop pintu toilet, berusaha membukanya. Namun Calista mengunci dari dalam.

"Calee ...."

Selanjutnya Calista membuka pintu tersebut. Ia mendapati Steven lengkap dengan wajah khawatirnya berdiri di sana. Pria itu segera melangkah masuk, mendekap tubuh Calista yang terisak, menenangkan.

𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒Where stories live. Discover now