47. Will You Marry Me?

72.5K 5.1K 147
                                    

Steven menggendong tubuh Calista ala bridal style dan membawanya ke kamar. Setelah sampai, pria itu langsung membanting tubuh Calista di atas kasur dengan kasar.

"Duh, sakit. Pelan-pelan bisa kan, Steve?" Calista meringis merasakan sakit pada punggung dan pinggangnya.

Tanggapan Steven hanya terkekeh pelan melihat ekspresi Calista. Berikutnya, Steven ikut naik ke atas kasur, mengungkung tubuh Calista menggunakan tubuhnya yang jauh lebih besar. Sebelah tangan Steven mencoba melepas kancing baju Calista. Setelah berhasil membuka, ia menatap perut dan dada Calista sejenak. Setelah itu ganti menatap wajah Calista dengan tatapan lembut.

Di bawah kungkungan tubuh Steven, Calista melemah. Ia merasakan tubuhnya memanas. Darahnya berdesir hangat. Pasokan udara di sekitarnya seolah-olah menipis. Dadanya naik-turun. Lalu ia mendesah pelan saat jari-jari Steven bergerak menyapu perut ratanya, menuju ke atas, pada dadanya.

Tangan Steven bermain-main di sana, sementara wajahnya mendekat pada ceruk leher Calista, mencium kulit leher gadis itu.

Steven berhenti sejenak, membuat Calista bisa bernapas lega dan membuka matanya. Keduanya saling pandang, lalu tersenyum kecil.

"Cantik," puji Steven membuat pipi Calista semakin memerah padam.

Steven kembali bergerak. Kini ia mendekatkan wajahnya pada wajah Calista dan menyatukan bibir keduanya. Hanya menempel sebentar. Setelah itu Steven berpindah untuk menciptakan tanda di sekitaran leher dan tulang selangka Calista.

Tentu saja, Calista tidak bisa menahan desahannya. Dan desahan seksi yang keluar dari mulut Calista semakin membuat Steven bersemangat. Kedua tangannya tidak diam. Pinggang Calista ia elus-elus menggunakan satu tangannya, sedangkan tangan satunya lagi ia satukan dengan telapak tangan Calista.

Saat sudah berhasil menciptakan banyak tanda merah pada tubuh Calista, kini tangan Steven mencoba untuk menurunkan celana jeans milik gadis itu.

Calista tahu betul apa yang ingin Steven lakukan. Oleh karena itu, Calista segera mencekal tangan Steven untuk menghentikan aksi pria itu.

"Kenapa?" tanya Steven lirih. Tampak dari raut wajahnya menunjukkan bahwa ia sudah tidak bisa menahan.

Mengetahui ekspresi wajah Steven serta tatapannya yang sayu, Calista merasa kasihan. Sebenarnya, Calista juga ingin lebih. Ia juga ingin merasakan tubuh Steven. Tapi, tidak bisa. Belum saatnya.

Calista geleng-geleng pelan. "Tidak sekarang, Steve."

"Kenapa, Cale?" Nada suara dalam ucapan Steven terdengar kecewa.

"Kita belum menikah. Tidak boleh."

Calista memang kolot. Iya, benar. Gadis itu masih menjunjung tinggi nilai-nilai moral yang kedua orang tuanya ajarkan saat ia masih kecil. Di saat hampir semua temannya sudah berani berkencan hingga berakhir di ranjang, Calista memilih jalannya sendiri, menjomblo, hingga lulus kuliah dan berakhir bertemu alien mesum bernama Steven yang selalu gencar menggodanya, menipiskan imannya. Tapi syukurlah, hingga detik ini Calista masih bisa menjaga dirinya.

Meskipun Calista hidup di dunia barat yang menjunjung tinggi kebebasan, namun budaya timur masih melekat pada dirinya. Yang mana mengajarkan bahwa harus memiliki ikatan suci dulu sebelum melakukan itu.

Harus menikah terlebih duhulu.

"Cukup sampai di sini, Steve."

Bibir Steven tersungging. Lalu ia berkata, "Tidak salah aku memberikan hatiku kepadamu, Cale. Kau benar-benar perempuan langka yang membuatku beruntung bisa memilikimu."

"Kau harus bersyukur," ujar Calista merasa bangga akan dirinya sendiri.

"Ya, pasti. Setelah ini temani aku ke gereja untuk memanjatkan rasa syukurku pada Tuhan."

𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒Where stories live. Discover now