51. Crazy Possessive Boss

69.8K 4.8K 177
                                    

"Kita tidak pernah making love, Roxanne. Aku ingat betul sekarang. Jadi ...," Nathan menggantungkan ucapannya seraya memejam.

"... janin di dalam kandunganmu bukan anakku."

Nathan mengeraskan rahang serta mengepalkan kedua tangannya. Menekan emosinya. Iya, Nathan ingat betul, mereka---dirinya dan Roxanne---belum sampai pada tahap itu, sekali pun tidak. Nathan tidak berani merusak Roxanne sebelum mereka menikah. Harus ada ikatan dahulu. Itu komitmennya. Persis seperti komitmen Calista. Meski tak sereligius Calista, tetapi Nathan paham betul mengenai aturan-aturan dalam kepercayaannya, dalam norma agamanya. Berbanding terbalik dengan Steven yang tak acuh dan hanya memenuhi nafsu dunianya.

Selain itu, Nathan juga baru pertama kali berhubungan dengan wanita. Selama hubungannya dengan Roxanne, perempuan itu yang lebih dulu memancingnya. Tapi, paling jauh mereka hanya sekadar making out tanpa melakukan penyatuan.

"Nath ...," lirih Roxanne dengan kepala geleng-geleng pelan.

"Nathan," panggilnya lagi seraya menarik ujung jas yang membungkus badan ideal Nathan, menggoyang-goyangkan tubuh pria itu.

"Jangan berkata seperti itu. Ini calon bayimu, Nath."

"Anne---"

"Diam, El! Aku tidak sedang berbicara kepadamu! Pergi kau dari sini!" usir Roxanne, mengerling tajam pada Gabriel yang kembali bungkam.

Menatap Nathan lagi, ekspresi Roxanne benar-benar sedih. Sendu. Tatapannya nanar. Nathan yang melihat itu, hatinya mencelos sakit. Perasaannya campur aduk; sedih, kecewa, juga marah. Padahal, ia sudah sangat bahagia saat Roxanne memberi tahu bahwa perempuan itu hamil---anaknya. Hati Nathan kala itu meletup-letup, dia luar biasa senang. Bahkan kemarahannya kepada Roxanne karena masalah perempuan itu dengan Steven teredam seketika. Nathan melupakan itu demi mendengar kabar bahagia dari Roxanne mengenai kehamilannya.

Namun fakta yang sebenarnya adalah, Roxanne tidak mengandung anaknya, melainkan anak dari Gabriel, persis seperti pengakuan lelaki itu barusan. Sungguh, kebencian Nathan terhadap Gabriel kini jadi berkali-kali lipat. Ingin sekali ia merobek-robek mulut Gabriel sekarang juga, tapi ia tahan.

Nathan meraih sebelah tangan Roxanne, membuat perempuan yang matanya sudah berkaca-kaca itu mendongak.

"Makanlah, nanti keburu dingin," ujarnya kalem setelah menyerahkan sekotak isi makanan kepada Roxanne.

"Aku masih ada pekerjaan saat ini. Setelah itu, aku akan ke sini lagi," sambungnya lantas membalikkan badan dan melangkah, hendak keluar.

Di belakang, Roxanne memanggil-manggil namanya dengan suara lemah. Roxanne ingin menjelaskannya seperti apa pun, Nathan tidak akan percaya, karena janin itu memang bukan anaknya. Maka dari itu Nathan lanjut berjalan keluar. Tidak peduli lagi terhadap Roxanne yang saat ini sudah menangis. Hati Nathan jauh lebih sakit.

Kenyataannya memang seperti itu, mau bagaimana lagi?

Roxanne menatap nanar kepergian Nathan. Pria itu tidak marah. Namun justru itu yang membuat Roxanne semakin sedih dan gelisah.

"Anne," panggil Gabriel seraya mengulurkan tangan untuk memegang bahu Roxanne yang bergetar.

"Jangan sentuh," kata Roxanne menghindar.

"Pergi ...."

"Tapi, Anne---"

"PERGI!!"

Gabriel masih bergeming. Tidak mengindahkan perintah Roxanne untuk pergi dari sini. Membiarkan Roxanne tenang dahulu. Memastikan perempuan itu tidak menyakiti dirinya sendiri ataupun perutnya.

𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang