29. He Broke Me First

78K 5.3K 235
                                    

"Kenapa kau tidak membalas pesanku?" tanya Lalice setelah menghampiri Nuel yang sedang mojok dengan ditemani sebotol alkohol dan seputung rokok menyala di sela jarinya.

"Kenapa ke sini lagi?"

Sorot mata Nuel yang tajam kepada Lalice membuat gadis itu merinding sekaligus tertantang untuk terus mendekati pria itu.

Lalice mendudukkan diri di samping Nuel, tubuhnya serong agar berhadapan dengan pria itu, lalu berkata, "Kau belum jawab pertanyaanku. Kenapa tidak membalas pesan atau mengangkat panggilanku? Kau punya janji untuk menemaniku meminum kopi, kalau kau lupa."

Sebelum menjawab pertanyaan Lalice, Nuel menghisap rokoknya lagi, lalu membuang asapnya ke arah lain agar tidak mengganggu gadis di sampingnya itu.

"Aku tidak ingat pernah punya janji seperti itu," katanya santai tanpa memandang Lalice.

Melihat Nuel akan menghisap rokoknya lagi, Lalice buru-buru merebut benda itu dari tangan Nuel. Membuat sang pemilik menoleh dengan raut kesal. Lalice justru tersenyum, lalu dengan percaya diri menghisap rokok Nuel dan mengembuskannya tepat di wajah pria itu.

Nuel memejam saat asap tebal yang diciptakan Lalice mengenai seluruh wajahnya. Lalu saat asap itu hilang, dia membuka matanya kembali, menatap Lalice sejenak.

Lalice balik menatap dengan tatapan yang dalam kepada Nuel. Mereka saling pandang untuk beberapa saat.

"Rokoknya pahit," komentar Lalice sambil melihat rokok Nuel yang masih berada di tangannya. Sedetik kemudian, dia menjatuhkan rokok itu dan menginjaknya dengan sepatunya hingga mati.

"Kau ingin bermain-main denganku?" tanya Nuel dengan tampang datar.

"Sebentar." Tangan kanan Lalice merogoh jaket denimnya dan mengeluarkan sebuah lolipop dari sana. Mengupas bungkusnya, lalu menyodorkannya ke mulut Nuel.

"Ini lebih manis dan lebih baik dari rokokmu itu. Aaaa, buka mulut!"

"Just tell me, what do you want?"

Lalice menarik kembali tangannya, memasukkan lolipop yang ditolak mentah-mentah oleh Nuel itu ke dalam mulutnya sendiri. Dia ganti posisi menjadi menghadap depan sambil bersedekap dan menyandarkan punggung ke sandaran sofa.

"Pantas saja kau jomblo selama dua puluh enam tahun. Sikapmu tidak ada manis-manisnya sama sekali ke perempuan yang ingin mengenalmu lebih dekat. Kau dingin. Selalu serius. Tidak bisa diajak santai ataupun bercanda. Kau ini manusia atau tugu selamat datang?"

Nuel mendesah pelan mendengar kalimat panjang yang keluar dari gadis kecil di sampingnya. Menyebalkan, tapi memang benar.

"Sudah selesai bicaranya?"

Kepala Lalice kembali menoleh kepada Nuel. Lagi, mereka kembali saling pandang. Nuel dengan wajah dinginnya, serta Lalice dengan cengiran khasnya. Kedua pasang mata mereka saling mengunci selama beberapa detik.

Kemudian Lalice geleng-geleng, "Belum selesai. Masih ingin berbicara denganmu sepanjang malam."

"Katakan, apa yang harus aku lakukan supaya kau pergi dari hadapanku dan tidak menggangguku lagi?"

"Tidak ada," jawab Lalice enteng.

"Kau seharusnya senang, karena masih ada perempuan yang betah berinteraksi denganmu lama-lama, seperti aku ini," sambungnya.

"Senang?" Alis Nuel terangkat sebelah. "Aku justru menganggapnya sebagai musibah."

"Oke, lupakan," pungkas Lalice, agak sedikit kesal.

"Kesan pertamamu terhadapku, bagaimana?" tanya Lalice.

Tanpa sungkan, Nuel menjawab, "Childish, so chatty, and of course, you was a little bit bitchy."

𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒Where stories live. Discover now