33. Kiss Me Hard Before You Go

91K 5.8K 264
                                    

Di bawah guyuran hujan, Calista berjalan pelan menyusuri jalanan Kota New York yang semakin padat. Pendar cahaya lampu dari pinggir jalan maupun lampu kendaraan berlomba-lomba untuk menyorotinya, seakan tahu bahwa Calista sedang tidak baik-baik saja.

Tubuhnya basah kuyup, namun itu tidak membuat Calista berteduh atau mempercepat langkahnya agar segera sampai di rumah. Justru yang ada dia malah memperlambat langkahnya. Ingin berlama-lama di bawah guyuran hujan. Berharap semoga perasaannya luruh dibawa oleh alam.

Perasaannya ....

Perasaannya yang ternyata selama ini tidak terbalas.

Tatapannya kosong ke depan. Pikirannya melayang. Hatinya ..., hatinya jangan ditanya bagaimana kondisinya. Yang jelas, Calista baru pertama kali ini merasakan sakit yang benar-benar sakit. Sangat sakit.

Bahkan ia tidak tahu cara untuk menghentikan derai air matanya yang sedari tadi meluncur bebas keluar dari kelopaknya. Bercampur dengan hujan. Seolah-olah langit juga turut menumpahkan kesedihannya bersama Calista.

"Steven ...," gumamnya pelan, hampir tak terdengar karena suaranya nyaris hilang.

Tangisannya semakin deras saat kembali mengingat kata demi kata yang keluar dari mulut Steven dengan sangat lancar. Dadanya sesak, seperti ditekan, hingga untuk bernapas pun harus susah payah ia lakukan.

Steven tidak mencintai Calista. Pria itu hanya memanfaatkannya. Pria itu hanya menginginkan tubuhnya, bukan hatinya. Lalu setelah itu ... Calista dibuang.

Tega sekali dia.

Jadi, sikap dan ucapan Steven selama ini yang menunjukkan bahwa pria itu mencintai Calista--hanya mencintai Calista--hanya sandiwara?

Iya, hanya pura-pura.

Dan betapa bodohnya Calista karena tidak menyadari bahwa dirinya telah menjadi target pria bajingan itu untuk memenuhi hasrat bejatnya.

Kaki jenjang Calista yang terbalut vans hitam-putih itu terus melangkah, pelan. Membelah trotoar yang sepi oleh pejalan kaki sebab hujan semakin deras.

"CALISTAA!!"

Sampai di perempatan jalan, Calista berhenti. Tepatnya, teriakan dari orang yang memanggilnya itu membuatnya terpaksa berhenti. Aneh. Padahal Calista tidak ingin melihat wajah pria itu lagi--selamanya kalau bisa. Namun secara naluriah, anggota badannya menyuruh dia berhenti. Menunggu pria itu menghampirinya, menemuinya. Calista memang bodoh karena masih saja menaruh harapan kepada Steven meskipun jelas-jelas Steven hanya mempermainkannya.

"Calista, maaf!"

Steven memeluk Calista dari belakang dengan erat. Membuat Calista memejam, memaksa cairan beningnya kembali berdesakan keluar.

Entah kenapa, tubuh Calista sulit untuk digerakkan. Dia sangat ingin mendorong tubuh Steven jauh-jauh dari tubuhnya. Namun, tidak bisa. Lucu sekali. Padahal seharusnya ia merasa jijik dan segera melepaskan pelukan Steven. Tapi nyatanya tidak semudah itu. Calista justru hanya diam.

Steven memeluk tubuh Calista lumayan lama. Keduanya semakin basah kuyup di pinggir jalan sana. Berikutnya, Steven melonggarkan pelukannya dan menghadapkan tubuh Calista kepadanya.

"Kau salah paham," ujar Steven sambil menunduk, menatap Calista, dan memegangi kedua pundak gadis itu yang bergetar.

"Kalimatku tadi bukan yang sebenarnya. Tidak seperti itu." Steven geleng-geleng, mencoba membuat Calista percaya. "Kumohon, Cale, percaya padaku kali ini."

"Cukup, Steven ...," lirih Calista. Ia menyingkirkan tangan Steven yang berada di pundaknya.

"Calista ...."

𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒Where stories live. Discover now