66. Epilogue

80.2K 4.4K 1K
                                    

[Republish: 18/06/21]

"You know, this world makes me wonder. Which would be worse, to live as a monster or die as a good man?"

▶▶▶

One years later.

"Ayo, bangun, Steve. Kita pulang."

Suara Nathan membuat Steven tersadar dari lamunannya. Mendongak, Steven melihat sebentar pada Nathan yang berdiri. Di samping Nathan, ada Roxanne yang sedang menggendong Mark, bayinya, yang kini terlelap setelah tadi menangis kencang entah karena apa.

Setelah itu, Steven kembali menunduk.

Sudah hampir satu jam ia jongkok di depan gundukan tanah tersebut. Tidak mengeluarkan sepatah kata pun. Bungkam. Hanya memerhatikan dalam diam.

Hanya benaknya yang sedari tadi bertanya-tanya, kenapa ...?

Bagaimana bisa?

Seolah tidak cukup penderitaan yang Steven alami sebelumnya. Kini, ia harus benar-benar kehilangan salah satu orang yang dia sayang.

Sulit dipercaya.

Padahal, setahun yang lalu, mereka masih bersama-sama. Namun, kini semua itu hanya tinggal kenangan.

Sebelah tangan Steven terangkat untuk menyentuh nisan yang sudah terukir nama seseorang di sana. Lengkap dengan ukiran tahun lahir dan tahun meninggal orang tersebut.

"Sudah setahun saja," monolog Steven seraya menjatuhkan pandangannya pada nisan tersebut. Tatapannya sayu.

"Selama satu tahun ini, aku dihukum dengan sangat berat. Cobaan demi cobaan datang silih berganti bagai gelombang. Dan aku harus menghadapinya sendiri. Tidak ada Calista di sampingku. Tidak ada suntikan semangat yang biasanya selalu perempuan itu berikan. Aku ... tenggelam dalam kesedihan, sendirian," ungkapnya mencoba menahan rasa sedihnya.

"Tuhan tidak menjanjikan langit selalu biru, mentari selalu bersinar, atau bunga selalu mekar. Tapi yakinlah, bahwa akan ada pelangi yang indah setelah hujan dan badai," sahut Nathan menyemangati Steven.

Belum sempat Steven membalas, suara tangisan Mark terdengar, lebih kencang dari sebelumnya.

Roxanne kewalahan menenangkannya. Bayi tersebut tetap menangis meskipun tadinya sudah diberikan ASI. Roxanne ingin memberikan ASI lagi yang sudah ia taruh di dalam botol kecil, namun si kecil tidak mau meminumnya dan lanjut menangis.

Nathan segera mengambil alih Mark dan menggendongnya. Namun tetap tidak bisa membuat bayi itu tenang.

Steven bangkit. Menatap penuh sayang pada Mark, mengulurkan tangan, lalu berkata, "Kemari, biar pamannya yang menggendong."

Nathan menyerahkan Mark pada Steven. Dengan lembut Steven menerimanya. Menimang bayi itu di tangannya pelan. Membuat Mark merasa nyaman hingga tangisannya berhenti. Mark kembali terlelap.

Bibir Steven terangkat sedikit saat melihat wajah Mark yang damai dalam tidurnya. Ia jadi berandai-andai, bagaimana jika ia juga memiliki bayi selucu ini?

Bayinya bersama Calista.

Pasti Steven akan merasa sangat bahagia.

÷÷÷

"Nath, kenapa?" Roxanne menghampiri Nathan yang tengah termenung di atas sofa.

Nathan mendongak, tersenyum singkat pada istrinya, kemudian menarik Roxanne agar duduk di sampingnya.

"Mark sudah tidur?" tanyanya seraya membawa kepala Roxanne untuk menempel pada dadanya.

"Baru saja."

𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒Where stories live. Discover now