60. Cause You're The Reason Why

53.4K 3.6K 203
                                    

Calista memasuki kamar dengan langkah cepat. Steven yang mulanya duduk terpekur di pinggir ranjang itu mendongak saat menyadari kehadiran Calista. Pria itu bangkit menghampiri Calista yang kini membuka lemari dan mengambil kopernya.

"Dengarkan aku dulu."

"Enyah!"

Calista mengambil pakaiannya dan memasukkannya ke dalam koper dengan asal. Dia harus pulang. Dia ingin menenangkan diri dahulu. Tidak ingin melihat wajah pria yang telah menipunya ini. Setelah itu, baru ia akan mengajukan gugatan perceraian ke pengadilan.

"Aku tidak ada niatan sedikit pun untuk membohongimu."

"Bullshit!" balas Calista cepat tanpa mengalihkan pandangan dari kopernya yang kini sudah penuh dengan pakaian.

Steven mendekat lalu mengarahkan tubuh Calista untuk menghadap pada dirinya. "Just listen to me."

"Mendengarkan bualanmu lagi, hah?!" murka Calista menghempaskan kedua tangan Steven dari pundaknya.

Steven geleng-geleng seraya membuang napas kasar. Calista tidak peduli lagi. Ia segera mengambil kopernya untuk ia bawa keluar dari sini.

Baru berjalan satu langkah, koper Calista direbut begitu saja oleh Steven lalu dilempar ke atas kasur. "Kau tidak boleh keluar dari rumah ini."

"Wow! Kenapa baru sekarang kau menunjukkan sifat aslimu?!"

Steven menghirup napas dalam lalu mengeluarkannya perlahan, mencoba menenangkan diri.

"Saat di Osaka, bukankah kau yang menginginkan agar aku lenyap?"

"Iya dan sialnya kau masih ada hingga sekarang!"

"Aku mengaku salah karena telah membohongimu dan bersandiwara."

"Gampang sekali kau tinggal meminta maaf. Kau menyakitiku, bajingan! Kau pura-pura jadi Steven-ku selama berbulan-bulan!"

"Aku terpaksa melakukannya, Calista."

"Siapa yang memaksamu, hah? Siapa?!"

"Aku pernah bilang kepadamu bahwa aku sendiri pun tidak tahu caranya agar kepribadian kami berdua kembali bertukar. Ingat, kan?"

Calista tidak menjawab. Ia hanya menatap nyalang pada Steven. Mata serta hidungnya sudah memerah. Namun sebisa mungkin Calista tidak boleh menumpahkan air matanya di sini. Tidak di depan pria ini.

"Kau sangat menginginkan aku lenyap dan Steven-mu kembali," lanjut Steven.

"Aku paham apa yang kau rasakan waktu itu. Dan karena kau yang sangat membenci diriku, juga karena kau sangat berharap Steven-mu kembali, aku berniat mencoba melakukan sesuatu agar kepribadian kami kembali bertukar, yaitu dengan sengaja menabrakkan mobil pada pembatas jalan, berharap semoga dengan cara itu bisa berhasil."

Steven berhenti sebentar. Menatap lurus pada Calista yang diselimuti oleh emosi dan kemurkaan.

"Tapi sayangnya, tidak berhasil," tambah Steven geleng-geleng pelan.

"Dan akhirnya aku memilih untuk bersandiwara kepadamu. Aku terpaksa, karena aku tidak memiliki pilihan lain. Aku hanya tidak ingin dirimu merasa sedih, Calista. Aku ingin membahagiakanmu, melihatmu tersenyum, membuat dirimu kembali tertawa tanpa beban, persis ketika dirimu bersama Steven dulu."

Pandangan Steven kepada Calista meneduh. Pria itu benar-benar tulus.

"Aku melakukan itu semua, dengan harapan agar kau kembali seperti dulu. Kembali ceria. Tidak tenggelam dalam kesedihan. Andai aku bisa dengan mudah bertukar lagi dengan pribadi yang satunya, sudah aku lakukan saat itu juga, saat kita berada di Osaka. Tapi memang tidak bisa." Steven menggelengkan kepala seraya masih mengunci tatapan Calista.

𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒Where stories live. Discover now