26. Everyday is Valentine Day

69.9K 5K 106
                                    

WARNING! ⚠
18+

gak ada adegan yang bener-bener dewasa, cuma kalau dibaca sama readers di bawah umur agak bahaya

mohon kebijakannya yaaa

÷÷÷

Nathan melihat Roxanne keluar dari Culture Espresso bersama dengan seorang perempuan yang tidak jelas wajahnya karena terhalang oleh tubuh Roxanne. Nathan memarkir mobilnya dan turun. Lalu, belum sempat Nathan menyusul, perempuan yang tadinya berbincang dengan Roxanne itu keburu pergi, membuat Nathan hanya bisa melihat punggungnya.

"Siapa?" tanya Nathan setelah berhasil menghampiri Roxanne.

Perempuan itu menoleh kaget. "Kau ada di sini?"

"Kebetulan lewat dan tidak sengaja melihatmu. Tadi siapa? Temanmu?"

"Iya, teman lama."

Nathan mengangguk-angguk. "Setelah ini kau mau ke mana? Ada pemotretan atau pekerjaan lain?"

"Tidak ada. Aku free hari ini. Kau sendiri?"

"Sama. Tadi aku baru selesai bertemu klien untuk membahas tentang investasi proyek Steven, karena ternyata banyak perusahaan lain yang tertarik dengan proyeknya. Sekaligus membahas hubungan perusahaan dengan pasar keuangan. Setelah ini, aku juga free— eumm, aku lupa. Sebenarnya ada. Steven memintaku untuk mengambilkan SSD dia yang tertinggal di rumah. Tapi masa bodoh, biar dia sendiri yang mengambilnya."

"Mau ke apartemenku?" tawar Roxanne, tersenyum tipis.

Nathan balas tersenyum hingga kedua lesung pipitnya terlihat. Manis sekali.

Mereka berdua memasuki mobil masing-masing dan menuju apartemen Roxanne. Sesampainya di sana, Nathan lebih dulu duduk di sofa, sementara Roxanne berjalan anggun menuju dapur untuk membuat sesuatu di sana.

Tak selang beberapa lama, Roxanne muncul dengan dua gelas jus alpukat di kedua tangannya. Meletakkan dua gelas tersebut di atas meja, lalu ikut duduk di samping Nathan.

"Nath," panggil Roxanne, membuat Nathan yang awalnya mengecek ponselnya itu menoleh.

"Ya?"

"Menurutmu, aku ini orangnya bagaimana?"

Nathan menyimpan ponselnya kembali, kemudian serong ke kiri untuk bisa menghadap kepada Roxanne.

"Cantik."

"Bukan itu, Nath. Sifatku maksudnya."

"Baik, pekerja keras, percaya diri, dan tentu saja, mandiri."

"Negatifnya?"

"Eum … tidak ada." Nathan geleng-geleng kepala.

Roxanne terkekeh mendengar jawaban Nathan. "Bohongnya terlihat sekali." Lalu dia mengambil satu gelas dan meminumnya.

Mendapat isyarat dari Roxanne agar meminum jusnya, Nathan mengangguk dan ikut mengambil gelas sisanya.

"Dulu kau mendekatiku karena diperintah oleh Steven kan, Nath?"

"Uhukk!"

Nathan terbatuk mendengar itu. Dia kaget hingga jusnya tumpah membasahi kemeja bagian atasnya.

"Tidak apa-apa?" tanya Roxanne lalu mengambil gelas Nathan yang isinya tinggal sedikit, menaruhnya kembali di atas meja.

Setelah itu dia mengambil tisu dan mengelap kemeja Nathan yang sudah sangat kotor dan basah.

𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒Where stories live. Discover now