"Kau akan mengajakku ke mana?" Calista berucap dengan nada kesal, tidak bersemangat sama sekali. Ia belum sepenuhnya sembuh, bahkan kepalanya masih terasa pusing, tapi pria itu malah mengajaknya jalan kaki menuju tempat ramai seperti ini.
"Kau belum pernah mencoba makanan Jepang, kan?"
"Ya, lalu?" balas Calista malas-malasan.
"Di sini adalah tempat yang paling cocok untuk meledakkan ususmu yang tidak pernah kenyang itu."
"Aku anggap itu pujian."
Steven membelokkan langkahnya menuju salah satu kedai. Di belakang, Calista terpaksa mengikuti.
"Konbanwa," sapa penjaga kedai.
"Korehanandesuka?" tanya Steven sambil menunjuk sesuatu di dalam etalase kaca.
"Kore wa, hachimitsu purindesu."
Penjaga kedai mengambilkan dua tabung kaca berisi puding madu dan menyerahkannya kepada mereka berdua.
Setelah membayar, Steven mengucapkan terima kasih, "Arigatou."
"Domo arigatogozaimashita," balas penjaga kedai.
Lalu keduanya kembali berjalan.
Mereka berkeliling, mampir ke semua kedai yang terlihat menjual makanan yang enak. Awalnya Calista memang tidak bersemangat, namun mulut serta perutnya tidak bisa berbohong. Apalagi setelah mencoba berbagai street food di Dotonbori yang menurutnya benar-benar enak. Calista berubah antusias dan memakan apa pun yang Steven belikan.
"Perutku hampir meledak," celetuk Calista setelah puas memakan banyak makanan dan kini kekenyangan. Sebelah tangannya mengelus-elus perutnya yang terbalut jaket tebal. Rasanya ia ingin berbaring di kasur sekarang.
"Kau masih sanggup berjalan?"
"Mau ke mana lagi?"
"Tempat terakhir."
"Aku lelah, ingin segera kembali ke New York, ingin tidur."
"Masih belum terlalu malam."
"Ya Tuhan, iya, terserah apa katamu."
"Lagipula saat tiba di New York kemungkinan sudah bukan malam lagi."
"Lalu?"
"Kita bermalam di sini."
"Iya-iya, terserah." Calista mempercepat langkahnya dengan perasaan dongkol. "Sekarang kita ke mana?" tanyanya sambil menghadap ke belakang.
÷÷÷
Mereka kini berada di sungai Dotonbori, tepatnya di atas jembatan sehingga dapat melihat pemandangan sungai dan perahu motor di bawah sana. Papan-papan billboard berjejer dan menyala di bangunan-bangunan tinggi, meramaikan suasana serta mempercantik nuansa malam di wilayah Namba Osaka tersebut. Di atas sana, keduanya menikmati pemandangan kota yang menyala.
YOU ARE READING
𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒
Romance★ 𝘼 𝘾𝙀𝙊 𝙍𝙊𝙈𝘼𝙉𝘾𝙀 ★ "Now, you are mine. Aku tidak menerima penolakan." "Yes, Boss, I'm yours." Steven Bennet, bos gila yang posesif akut terhadap sekretaris barunya, Calista. Jika kamu jadi Calista, bagaimana perasaanmu ketika bosmu sendiri...