20. The Guy who Broke Me [03/01/21]

87.9K 6.1K 161
                                    

EDITED | 03/01/21

÷÷÷

Setelah pulang dari kerja, Calista menyempatkan diri untuk pergi ke toko buku. Hari ini dia pulang sendiri karena Steven masih ada urusan di kantor dengan Nathan.

Setelah memasuki toko, Calista langsung menuju ke rak khusus buku fiksi sejarah. Kebanyakan orang pasti menyukai cerita bergenre romantis atau fiksi remaja. Tapi menurut Calista buku seperti itu terlalu ringan. Alurnya terlalu mudah ditebak. Tidak seperti buku fiksi sejarah yang mengandung cerita berat serta alur yang susah ditebak.

Ia menyukai cerita yang berkisar pada kerajaan serta tentang seluk-beluk politik di dalamnya. Tak lupa juga tentang perebutan tahta hingga pertaruhan nyawa. Menurutnya itu sangat menantang.

Setelah menemukan buku yang menarik hatinya, Calista segera menuju kasir hendak membayar.

"Biar aku yang membayarnya."

Calista cukup kaget mengetahui William tiba-tiba ada di sini dan mengulurkan uang ke kasir untuk membayar bukunya. Calista hendak menolak, namun kasir itu keburu menerima uang yang diulurkan William.

"Aku akan menggantinya," ucap Calista sambil merogoh tas hitamnya.

"Tidak keberatan kalau menggantinya dengan traktiran makan?" tanya William sambil menyunggingkan senyumnya.

Calista diam sebentar, mencoba memikirkan tawaran William. Dia masih takut kalau mata-mata Steven masih mengawasinya. Tapi dia juga ingin menanyakan perihal ucapan William waktu itu. Dengan ragu-ragu akhirnya Calista mengangguk.

"Baiklah."

William tersenyum mendengar jawaban Calista.

"Kali ini aku yang memilih tempatnya," kata William. Kemudian dia berjalan keluar toko terlebih dahulu.

Calista menurut, dia berjalan pelan di belakang William. Sampai akhirnya pria itu memasuki restoran bergaya Eropa yang tidak jauh dari toko buku tadi. Restoran ini tidak asing lagi bagi Calista. Ini adalah restoran keluarga Steven, dan sudah tiga kali ia dan Steven makan di restoran ini.

"Sepertinya restoran ini tidak asing lagi bagimu," ucap William dan segera memesan makanan.

"Kau tahu pemilik restoran ini?" tanya Calista.

"Jangan ditanya lagi. Dulu aku sering ke restoran ini bersama Steven saat pulang sekolah. Waktu itu, restoran ini belum sebesar sekarang." William mengedarkan pandangannya ke seluruh restoran.

Calista mengangguk mengerti. Dia kemudian melirik jam di tangannya. Sudah sore. Dia harus segera bertanya pada William dan pulang sebelum matahari tenggelam.

"Kau tidak ikut makan?" Calista menggeleng. William kemudian melanjutkan makannya.

"Maaf kalau merepotkanmu," kata William setelah dia selesai makan.

"Tidak masalah," balas Calista. "Aku ingin bertanya," lanjutnya.

"Mengenai ucapanku waktu itu?" Calista mengangguk. "Lupakan. Meski kukatakan apa alasannya kau pasti tidak akan menjauhi Steven, kan?"

Sudah pasti! Calista menyahut dalam hati.

Meski William memberitahu alasannya, Calista tidak akan pernah menjauhi Steven. Calista sudah tidak peduli sifat Steven di masa lalu. Yang terpenting, sifat Steven yang sekarang jauh lebih baik dari Steven yang pertama kali bertemu dengannya. Yah, meski kemesuman pria itu belum bisa hilang sampai sekarang.

Tapi Calista tetap penarasan apa alasan William berkata seperti itu. "Tapi aku tetap penasaran apa alasanmu berkata demikian."

William menjilat bibir bawahnya yang masih ada sisa makanan. Kemudian dia berujar, "Steven itu ...," William menggantungkan kalimatnya, semakin membuat Calista penasaran dibuatnya.

𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐰𝐢𝐭𝐡 𝐂𝐫𝐚𝐳𝐲 𝐁𝐎𝐒𝐒Where stories live. Discover now