"Caelus, cinta mu itu bukanlah hal yang sia-sia belaka"

Akan lebih baik jika perasaan itu bisa terbalaskan, tetapi yang terjadi malah sebaliknya. Perasaan itu dibuang begitu saja tanpa pernah mendapatkan jawaban.

"Aku memang tidak bisa berbuat apa-apa terhadap kejadian yang sudah berlalu. Tapi setidaknya, aku berharap kamu bisa sekali lagi merasakan perasaan itu. Aku akan berdoa untuk masa depanmu"

Caelus yang sedari tadi diam, kini membuka mulutnya.

"Apakah kamu bisa melihat masa depanku dengan penglihatanmu?"

"Oh....."

Mendadak aku kehilangan kata-kata. Didalam dunia yang kujalani sebelum perjalanan waktu, Caelus telah tiada, jadi aku tidak tahu masa depannya. Jadi aku hanya membuat alasan.

"Aku.. aku tidak bisa melihat masa depan sesuka hati ku"

"Hmm... begitu kah?"

Sepertinya Caelus cukup mempercayai alasanku, baguslah. Jika topik mengenai penglihatanku terus dibahas, kurasa kebohonganku akan terbongkar. Aku harus segera mengubah topik.

"Bagaimana reaksi Putri Mahkota?"

"Dia..."

Mata Caelus menerawang jauh.

"Dia sepertinya sama terkejutnya sepertiku. Aku sempat mematung sebentar dan memberikan salam pada Putri Mahkota. Ia juga bilang Heli yang menyuruhnya datang"

"Sesungguhnya aku juga merasa kaget. Aku tidak tahu kalau Putra Mahkota segera memerintahkan pelayanannya begitu mendengar ramalan dari ku. Itu semua akibat kecerobohan aku sendiri"

"Kamu belum cukup memahami sifat Helios. Dia tidak pernah ragu-ragu, tidak seperti aku"

"Apakah kamu iri dengan sifatnya yang begitu?"

"....Kurang lebihnya..."

Caelus juga cukup bisa mengungkapkan perasaannya dengan terus terang. Aku merasa tersentuh karena itu berarti ia sudah cukup percaya padaku. Lalu kudengar ia berbicara lagi

"Jika kamu tidak cukup mempertimbangkan sesuatu dengan baik ketika ragu, kamu akan merasakan akibatnya dikemudian hari.."

Kita memang harus berhati-hati ketika berada pada situasi yang mengharuskan. Jika tidak, kita akan tetap merasakan hari dimana kecemasan itu datang menghantui lagi.

Mengambil keputusan tanpa ragu ataupun sifat yang sejenis, tidak selalu hanya memiliki sisi yang baik.

"Caelus, kamu selalu membuat keputusan yang terbaik. Entah masa lalu atau pun sekarang. Coba untuk mempercayai dirimu sedikit lagi"

Bahkan jika Caelus melakukan perjalanan waktu dan membuat keputusan berbeda pada situasi yang sama, Diana tetap tidak akan menjadi miliknya. Karena dalam novel ini, Diana sudah ditetapkan untuk menjalin hubungan dengan Helios.

Ya, memang benar, bias kesayanganku sudah ditakdirkan menjadi pemeran kedua sejak awal. Tak peduli muslihat apa yang dilakukan, ia tidak akan bisa menjadi pemeran utama.

Caelus kini mengguncangkan gelas di gengamannya. Anggur merah berputar didalam nya.

"Aku selalu percaya jika kerja keras kita akan selalu membuahkan hasil"

"..............."

"Aku yakin aku bisa berhasil jika hidup dengan cara seperti itu, aku masih percaya...."

Aku merasakan emosi Caelus walaupun ia berbicara dengan samar. Perasaan kecewa yang mendalam pada dunia dan juga Diana yang mengkhianatinya.

Aku tidak punya pilihan selain bersumpah. Didalam dunia yang terjadi setelah novel tamat, aku bersumpah tidak akan membiarkan Caelus menjadi pemeran kedua yang menyedihkan. Kemudian aku menahan rasa ingin menangis dan berdehem agar suaraku tidak serak.

Demi Biasku yang Tersakiti | For My Abandoned Beloved | For My Derelict FavoriteΌπου ζουν οι ιστορίες. Ανακάλυψε τώρα