Silla dan Alka yang melihat adik mereka berlari kearah orang tuanya, mereka pun terkaget melihat itu.

PLAKKK

Jess menutup matanya, wanita itu tidak merasakan sakit di pipinya. Jess membuka matanya dan terkaget melihat putri bungsunya malah yang terkena tamparan dari suaminya. "NAVYA!" Teriak Jess dengan kencang.

Navya tergeletak di lantai akibat kena tamparan papanya yang sangat kencang dan kuat.

Jess menghampiri putrinya dan melihat darah segar keluar dari hidung dan sudut bibir anaknya. "Nay sayang..." lirih Jess.

Wanita berusia 33 tahun itu menatap suaminya dengan tajam. "KAMU LIAT MAS SEKARANG? KARNA ULAH KAMU SEKARANG NAVYA YANG JADI KORBAN!" Teriak Jess dengan histeris.

Silla yang melihat Navya tergeletak di lantai pun mengepalkan kedua tangannya, anak itu langsung menghampiri orang tuanya. Silla mendorong tubuh papanya. "PAPA JAHAT! PAPA IBLIS! SILLA BENCI PAPA!!!" jerit Silla lantang.

Ia benci dengan papanya. Dan membenci orang yang berani menyakiti adik-adiknya.

Nevan menatap anak sulungnya dengan tajam. "JANGAN IKUT CAMPUR URUSAN ORANG TUA, SILLA!" Bentak Nevan dengan tajam.

"Silla benci papa, papa selalu nyakitin mama dan Nay. SILLA BENCI PAPA!!!" Jerit Silla dengan kencang.

"SILLA!!!" Hardik Nevan.

Kesabaran Nevan habis karna putri sulungnya. Pria itu memberikan tatapan tajam, bahkan sangat tajam. Namun, Silla sama sekali tidak takut dengan tatapan yang papanya berikan.

Plakk

Pria itu menampar pipi Silla dengan kencang, Jess yang melihat itu sama sekali tidak terima saat anaknya di pukul seperti itu.

"JANGAN PERNAH MAIN TANGAN SAMA ANAK!!!" sentak Jess.

"KAMU AJARKAN ANAK INI SOPAN SANTUN! KAMU SEBAGAI MAMANYA SAMA SEKALI TIDAK BECUS MENDIDIK MEREKA!!!" Balas Nevan dengan murka.

Nevan pun langsung meninggalkan rumah dengan keadaan yang sangat emosi tidak stabil.

Jess mendekati Silla yang sedang membangunkan Nayvya."Dek bangun, hikss ayo bangun, nanti kakak beliin es krim," ucap Silla dengan menepuk pipi Navya dengan pelan.

"Kita bawa adik kamu ke rumah sakit sekarang, kalian berdua ikut mama," kata Jess yang mengambil alih Navya,

Silla menatap Alka yang masih terdiam di pojok sana. "Alka ayo kita ke rumah sakit!" ucap Silla dengan menarik tangan Alka keluar rumah.

Alka hanya diam, anak itu memang pendiam sejak dulu. Hanya akan ceria ketika mereka sedang berkumpul berempat saja, tapi kalau ketemu sang papa langsung berubah.

Mereka masuk ke dalam mobil dengan Jess yang menyetir, dia sama sekali tidak terima dengan perlakuan suaminya yang berani main tangan kepada anak-anaknya. Dia rela terkena pukulan, asal bukan ketiga anaknya.

Dari dulu Jess sudah memberikan peringatan kepada suaminya, tapi Nevan tak mau mendengarkan peringatan yang dia berikan. Jess mengeratkan stir mobilnya, rasanya dia ingin menangis. Ia merasa gagal menjadi seorang Ibu.

Sekilas Jess melihat kearah anak-anaknya yang duduk dibelakang. "Maafin mama sayang..." gumam Jess pelan.

Skip

Di rumah sakit yang tidak jauh dari rumah mereka, Navya terbaring di atas brankar rumah sakit. Anak itu masih belum sadar sama sekali, Silla menatap kondisi adiknya yang terbaring di atas brankar. Jess menatap anak pertamanya. "Silla," panggil mama.

Silla melirik ke arah mama. "Kenapa?"

"Pipi kamu merah nak, pasti sakit, kan?" tanya mama dengan lembut.

Silla menggelengkan kepalanya pelan. "Engga kok, cuman perih aja," sahut Silla.

Jess yang tidak percaya pun menyentuh pipi Silla. "Awwhhh," ringis Silla.

"Tuh kan, ayo kita obatin dulu," ucap mama. "Jangan membantah Silla!" sela mama saat Silla ingin membuka suaranya.

Kini hanya tersisa Alka dan Navya, pria itu menatap adiknya yang masih senantiasa menutup matanya. Alka memegang pipi adiknya yang memerah dan luka dekat sudut bibirnya. Alka menundukkan kepalanya, anak itu memang selalu diam dimana pun dia berada. Bahkan saat di pukul papanya Alka lebih milih diam saja.

Walaupun dia merasakan sakit, tapi Alka hanya diam. Baginya, dipukul oleh sang papa udah hal biasa untuk Alka. 

Malam ini Navya berada di kamarnya, ia sudah pulang ke rumahnya karna katanya tidak harus di rawat di rumah sakit. Navya duduk di meja belajarnya dan menulis sebuah diary yang selalu dirinya tulis jika sedang ada masalah.

Pintu kamar Navya terbuka dan menampilkan Silla yang tersenyum kepadanya. "Kakak boleh masuk?" ujar Silla.

"Masuk aja," kata Navya tanpa menatap kakaknya. Navya langsung menutup buku diary dan menghampiri Silla.

Silla yang duduk di sofa dengan memberikan sebuah roti dan susu kotak yang dia ambil dari kulkas. "Buat kamu."

Navya tersenyum tipis. "Makasih kak." Navya mengambil pemberian Silla, sedangkan Silla hanya mengangguk pelan dan menatap adiknya.

"Nay," panggil Silla.

Navya menatap kakaknya dengan bingung. "Kenapa?"

"Kalo papa sama mama pisah gimana?" tanya Silla secara tiba-tiba.

Entah kenapa Silla merasa bahwa kedua orang tuanya akan berpisah, namun ia tetap menyakikan dirinya bahwa semua itu hanya firasat buruk dia saja.

Navya terdiam dan meletakkan roti dan susu kotaknya di atas meja. "Gimana ya kak, Nay juga gak tau, mau sedih atau seneng," sahut Navya dengan menatap kearah atap kamarnya.

Mata Navya dan Silla memanas, kakak dan adik itu memang dekat, bahkan mereka akan menangis bersama jika melihat orang tuanya yang berantem terus.

"Kakak bingung Nay, kakak gak mau jadi anak broken home tapi kakak juga benci sama kelakuan papa hiks," lirih Silla dengan isakan kecil.

Navya memeluk tubuh Kakaknya. "Sama kak, belum jadi anak broken home aja udah begini ya? Gimana pas udah jadi." 

"Bener, tapi kakak juga cuman ikut keputusan mereka aja, walaupun berat," ucap Silla.

Tanpa mereka sadari jika mama mereka mendengar semua pembicaraan kedua putrinya itu. Jess menyenderkan tubuhnya di dinding, wanita itu menundukkan kepalanya. Sekarang dirinya bimbang harus melakukan apa? Pisah? Dia rasa itu bukan jalan yang baik.

Jess pergi dari depan pintu kamar Navya dan kembali ke dalam kamarnya untuk menenangkan pikirannya yang kacau.

---------

See u next part!

31-07-2021

NAVYA ||  TERBITWhere stories live. Discover now