BAB 43: NAVYA

84.6K 7.7K 926
                                    

Happy Reading!
.
.
.

Mila melepaskan pelukannya, ia menangkup pipi kekasihnya yang sudah dibasahi oleh airmata pria itu. "Dengerin aku." Sean mengangguk seraya menunggu ucapan Mila selanjutnya.

Gadis itu mengelus pipi Sean lembut. "Aku tau kamu kecewa, kamu trauma dan kamu yang belum bisa berdamai dengan masalalu kamu. Tapi sikap kamu tadi ke Ayah kandung kamu sendiri itu salah. Aku bukan nggak ngertiin perasaan kamu, tapi aku hanya mau mengingatkan satu hal buat kamu." Mila menjeda ucapannya.

"Ada kalanya kita harus berdamai dengan masalalu. Nggak mungkin kamu terus-menerus berada difase kecewa, benci dan marah ke Papa kamu, kan? Aku tau kamu kangen dia, keliatan dari mata kamu, Sean. Hanya saja kamu gengsi untuk mengakui semua itu. Karna apa? Dalam hati kamu udah ditutupi perasaan yang sangat kecewa kepada dia," sambung Mila lembut.

Sean memalingkan wajahnya. "Nggak, aku nggak kangen dia," elak Sean datar.

Dengan gemas Mila mencubit perut Sean. "Jangan bohong!!!" ketus Mila.

Pria itu meringis kesakitan karna cubitan maut Mila. "Iya." Mila tersenyum puas, dia menatap manik mata Sean. "Coba sekarang kamu pejamin mata kamu deh," suruh Mila kepada Sean.

"Ngapain?" tanya Sean bingung.

"Udah sih turutin aja." Sean menghela napas pasrah, dia memejamkan matanya yang disuruh oleh pacarnya.

Tanpa keduanya sadarin kalo Regal dan Bastian memperhatikan mereka. Regal melirik kearah Bastian dan meminta penjelasan. Bastian yang paham pun menarik pergelangan tangan temannya dan pergi dari apartemen sahabat mereka. Sepertinya mereka tidak akan jadi pergi menemui Sean sekarang, waktunya kurang pas.

Kedua pria itu pergi ke taman apartemen yang sepi. "Tadi bokapnya Sean?" celetuk Regal.

Bastian mengangguk pelan. "Bener, cuman om Sergio pernah di penjara karna satu kesalahan. Dia terlibat kasus pembunuhan berencana, dan karna hal itu membuat Sean dan keluarganya hancur. Selebihnya lo tau, kan?" Regal mengangguk paham.

Regal menatap bintang-bintang yang bertaburan diatas langit. "Dari kejadian tadi yang gue liat, sebenarnya Sean memendam rasa kangen ke bokapnya, tapi dia gengsi buat bilang. Bukan hanya itu, rasa kangen dia udah ke tutup sama rasa kecewa dan masalalu Sean," kata Regal dengan mata yang terpejam.

"Lo benar, gue juga mikir gitu. Dulu Sean sama om Sergio deket banget. Bahkan lo percaya nggak, kalo sebenarnya Sean tuh lemah lembut anaknya. Maybe, karna kejadian dulu yang buat dia berubah," timpal Bastian yang jadi teringat dengan sahabatnya.

Mereka berdua menjadi diam. Regal dan Bastian hanyut dalam pikiran masing-masing.

Regal yang jadi penasaran dengan siapa sosok Papanya. Dia masih butuh banyak penjelasan dari pihak satunya, ia tak ingin langsung percaya tanpa mendengar suara dari kedua belah pihak. Apalagi selama ini dia ingin sekali mempunyai seorang Papa seperti teman-temannya.

"Gue mau cari bokap gue, Bas. Kira-kira kalo ketemu dia tau gue nggak ya? Gue takut semua yang di ceritakan sama mbak Fira itu benar, nggak siap gue buat membenci orang yang selama ini gue tunggu," ujar Regal.

Mendengar hal itu membuat Bastian kasian dengan sahabatnya. Pria itu menepuk pundak Regal. "Gue bakal bantu lo buat cari bokap lo. Kita cari bareng-bareng ya? Lo jangan merasa sendiri atau merasa ngebebanin gue. Kita sahabat, kan? Gue malah senang kalo sahabat gue bebanin gue, itu artinya gue berguna jadi sahabat lo," tutur Bastian.

Regal tersenyum tipis. "Thankyou ya, lo sahabat gue yang paling ngertiin gue. Dan maaf gue belum bisa bantu selesaikan masalah antara lo dan tante Selina," kata Regal kepada Bastian.

NAVYA ||  TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang