BAB 34: NAVYA

103K 8.3K 245
                                    

Happy reading!
.
.
.

19.45 PM

Setelah makan malam bersama Navya dan Samuel pergi ke ruangan keluarga untuk menonton tv sebentar, keduanya tidak tau mau ngapain sekarang. Samuel merebahkan tubuhnya di sofa dengan kepala yang berada diatas paha Navya.

Navya menundukkan kepalanya. Wanita itu mengelus rambut suaminya yang tebal dan halus, perlakuan Navya membuat Samuel jadi nyaman. Pria itu memegang tangan Navya. "Elus terus, sampe aku tidur sebentar." Navya mengangguk pelan.

"Oh ya, aku mau ngomong sesuatu," sambung Samuel yang teringat sesuatu.

"Apa?" tanya Navya.

Sebelum menjawab pertanyaan Navya, Samuel terdiam sejenak. Dia ingin membahas tentang istrinya yang masih menjadi spy dan kepercayaan Ayahnya. "Kamu nggak ada niatan ngundurin diri jadi spy?" celetuk Samuel.

Navya terdiam, dia belum ada kepikiran untuk berhenti menjadi spy. Entahlah, Navya sudah nyaman menjadi seorang spy yang membuat dia mempunyai banyak pengalaman setiap menjalankan misi kecil ataupun misi besar.

"Kamu nggak suka aku jadi mata-mata?" tanya Navya serius.

Tatapan keduanya saling bertemu, Samuel berubah posisinya menjadi duduk. Bukan dia tidak suka kalo Navya menjadi mata-mata, hanya saja dia takut terjadi sesuatu kepada istrinya. 

"Bukan aku nggak suka, cuman resikonya jadi mata-mata besar. Aku nggak mau kamu terluka sayang, kamu paham maksud aku, kan?" kata Samuel.

"I see. Tapi nggak semudah itu buat aku berhenti jadi seorang spy, apalagi jabatan aku di dalam mata-mata udah tinggi, buat dapetin gold card aja nggak mudah loh." Bola mata Samuel terbelalak, setinggi itu jabatan istrinya sebagai mata-mata? Sampai bisa dapetin gold card sebagai penghargaan dari Ayahnya.

Navya membalikan tubuhnya dan mengangkat rambutnya. Betapa terkejutnya Samuel melihat tato berwarna gold dileher Navya, siapapun yang masuk ke dalam FBI Ayahnya dan bisa mencapai jabatan tinggi pasti akan mendapatkan penghargaan.

Contohnya, seperti tato berwarna gold yang ada dileher Navya. Berarti kemampuan dia tidak bisa di ragukan lagi.

"Tato gold, berarti kamampuan kamu sebagai spy udah nggak bisa di ragukan lagi. Bahkan Farhan aja belum punya tato dan card gold. Tapi bagaimana bisa kamu dapetin semua itu?" Samuel penasaran dengan perjalanan istrinya selama menjadi mata-mata.

Navya tersenyum manis. "Aku pernah jalanin misi yang besar dan berhasil menyelesaikan misi tersebut sebelum waktu yang di tentukan selesai. Dan karna keberhasilan aku bisa dapetin semua ini," jelas Navya,

"Bangga aku punya istri kayak kamu. Udah cantik, baik, pintar, terus seorang spy," puji Samuel kepada Navya.

"Biasa aja. Dan aku minta waktu aja buat mikirin semua ini, kalaupun aku ada misi pun pasti nggak akan sendiri. Pasti bareng rekan yang lain," ucap Navya yang tidak mau membuat Samuel khawatir.

Samuel mengangguk pelan. Dia tidak mau memaksa istrinya, apapun keputusan Navya akan dirinya terima.

Drettt drettt drett

Samuel membuang napasnya kasar, ada saja yang mengganggu waktu berduanya dengan Navya. Pria itu langsung menggeser tombol hijau. "Apaan njing, ganggu aja lo," ketusnya.

Navya menatap tajam suaminya yang berkata kasar.

"Regal udah sadar."

"Oh, terus?"

"Ke rumah sakit anjing."

"Males, mending di rumah manja-manja sama Navya," kata Samuel.

"Bangsat ye, cepet nggak lo kesini."

NAVYA ||  TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang