BAB 41: NAVYA

75.3K 7.1K 405
                                    

Happy reading!
.
.
.

Malam ini di kediaman keluarga Narendra seorang anak kecil tengah menangis karna akan di tinggal orang tuanya. Chika berdiri dengan menyamankan tinggi badannya Alva. Wanita itu mengusap airmata putranya yang sudah membasahi pipi.

"Dengerin Bunda. Alva cuman satu hari aja sama Bang Samuel dan Kak Navya. Mau ya? Nanti pulangnya kami jemput lagi," ucap Bunda lembut.

Alva menggeleng pelan. "Mau sama Bunda..." rengek Alva. Chika melirik kearah suaminya, mereka sudah harus berangkat sebenarnya sekarang.

"Sini sama Ayah." Vano menggendong putra bungsunya yang masih menangis. Pria itu membawa anaknya ke depan dan membiarkan sang istri mengecek semua keperluan mereka agar tak ada yang ketinggalan.

Di luar Alva masih dalam mode cengengnya. Anak itu tak mau ditinggal satu hari oleh kedua orang tuanya. Vano mengelus punggung Alva lembut. "Gapapa ya ditinggal? Nanti kalo urusan Ayah sama Bunda udah selesai baru kita jemput," celetuk Vano.

Alva menggeleng pelan. "Nda mau sama abang. Mau sama Ayah," lirih Alva.

"Why? Bang Sam galak?" Alva menggeleng. 

Vano menatap wajah Alva yang sudah basah dengan keringat dan airmata. Pria itu mengelus rambut anaknya agar kembali rapih. "Alva cita-citanya jadi apa?" tanya Vano seraya mengalihkan pembicaraan.

"Alva mau kayak abang sama Ayah," jawabnya. Vano tersenyum tipis, dia sudah menebak kalo putra bungsunya akan mengikuti jejak dia dan putra sulungnya.

"Kalo Alva mau kayak Ayah dan abang, Alva harus mandiri. Nggak boleh cengeng, harus bisa ditinggal. Karna nanti kalo Alva udah besar pasti punya jalan hidup sendiri. Emang Alva mau terus manja dan nggak mau ditinggal sama Ayah dan Bunda?" 

Anak itu terdiam dan menggeleng. "Nggak Ayah."

"Berarti mau dong sehari sama abang dan kak Navya?" ucap Vano lagi. 

Dan Alva mengangguk pelan. Walaupun dia berat, tapi tidak mau di anggap anak manja dan cengeng oleh orang-orang tentang dia. Vano tersenyum, pria itu mencium pipi Alva yang chubby. Walaupun bukan anak kandungnya, tapi rasa sayang Vano dan Chika kepada anak itu tak mereka bedakan.

Tak lama Chika keluar dari dalam dengan menyeret dua koper berukuran sedang. Satu koper milik anaknya yang berisikan baju, celana, pakaian dalam, dan keperluan lainnya agar tidak membuat Samuel dan Navya pergi beli lagi.

"Gimana? Al udah mau tinggal sama abang sehari?" celetuk Bunda.

"Udah kok, iya, kan Al?" Vano menatap anaknya yang mengangguk sebagai jawabannya.

Chika tersenyum lembut, ia mengambil alih putranya. Alva yang berpindah menjadi di gendong oleh sang Bunda. Jika sudah bertemu dengan sang Bunda, maka dia akan sangat manja dan nempel banget seperti perangko.

Sedangkan ditempat lain Samuel dan Navya yang tengah ke datangan tamu. Tantenya Navya datang ke rumah secara tiba-tiba bersama dengan Jessy.  Navya senang karna keluarganya pada main. Wanita itu tengah bermain dengan bayi perempuan yang dimana adalah sepupu Navya yang paling kecil.

Jessy menatap putrinya dan menantu dia. "Navya sama Samuel nggak keberatan kalo Rere disini dulu sampe besok? Mama sama tante mau ke Bandung. Ada temen kami yang sakit, dan nggak mungkin Rere ikut kami," ucap Mama lembut.

"Gapapa ma. Samuel malah seneng kok kalo ada anak kecil, iya, kan sayang?" Navya mengangguk setuju dengan ucapan suaminya.

Apalagi Navya juga sedang hamil, jadi dia semakin senang ada anak bayi di dekatnya. "Kalian tenang aja, ya? Rere aman kok sama kami." Navya mengelus rambut Rere.

NAVYA ||  TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang