BAB 39: NAVYA

71.2K 7K 570
                                    

Happy Reading!
.
.
.

Navya terbangun dari tidurnya, ia menatap jam yang menunjukkan pukul 6 lewat 15 menit. Navya turun dari kasur lalu pergi ke dalam toilet untuk ritual mandi paginya, saat ingin membasuh muka tiba-tiba kepalanya terasa sangat berat. "Kok kepala gue pusing banget ya?" gumam Navya.

Navya membekap mulutnya dengan telapak tangan lalu pergi ke wastafel toiletnya. 

Huek huek huek

Ia merasa mual tiba-tiba dan memuntahkan isi perutnya. Navya membasuh mulutnya dengan air, tumben banget dia mual di pagi hari. Navya berpikir sejenak, apa dia salah makan? atau mungkin magh Navya kambuh lagi?

"Nay, kamu gapapa sayang?" celetuk Bunda Chika yang udah masuk ke dalam toilet.

Tadi dia ingin mengecek menantunya apa udah bangun atau belum, namun ketika ingin mengetuk pintu Chika mendengar suara orang muntah-muntah dari dalam. Karna merasa khawatir dengan menantunya, maka dia langsung masuk begitu saja.

Navya melirik kearah mertuanya. "Gapapa Bun, tapi aku mual banget," ucap Navya.

"Mual? kamu hamil?" kata Bunda Chika.

Perkataan mertuanya membuat Navya terdiam. "Nggak kok," ucap Navya.

"Ada testpack? kamu cek dulu coba, nanti kasih tau Bunda hasilnya." Navya mengangguk pelan, tapi sebenarnya dia deg-deg an. Takut hasilnya tidak sesuai dengan ekspetasi mertuanya dan membuat kecewa banyak orang nanti.

Chika keluar dari kamar menantunya. Setelah mertua dia keluar, Navya membuka laci yang ada disamping tempat tidur. Navya memang sengaja menyediakan testpack untuk jaga-jaga. Penasaran, apa benar yang dibilang mertuanya tadi? Karna baru sekarang Navya merasakan mual dan pusing.

Navya kembali masuk ke toilet untuk mandi sekalian mencoba memakai testpack.

Skip...

Satu jam kemudian Navya selesai mandi dan sudah rapih. Wanita itu sudah tau hasilnya dan berniat memberitahu mertuanya. Navya keluar dari dalam kamar lalu menutup pintu kamar dan turun ke bawah. Di dalam genggaman Navya ada hasil testpack yang dia pegang.

Ketika dibawah Navya melihat Bunda dan Ayah yang berada diruang makan. Navya terdiam saat melihat mertuanya yang sudah datang. Setiap melihat Ayah mertuanya membuat dia teringat dengan pembicaraan Samuel dengan pria itu.

Melihat menantunya yang sudah turun ke bawah Chika tersenyum. "Bagaimana sayang?"

Vano menaikan sebelah alisnya. "Bagaimana apanya?" tanya Vano.

"Kepo kamu," jawab Chika tanpa menatap suaminya.

Navya tersenyum tipis. "Negatif, maaf ya," kata Navya kepada Bunda.

Chika paham posisi menantunya, wanita itu mengangguk pelan dan membawa Navya ke dalam pelukannya. Tangan Chika mengelus rambut Navya lembut. "Gapapa, nak. Mungkin belum saatnya, tapi percaya sama Bunda, suatu saat akan ada baby di antara kamu dan Samuel ya," bisik Bunda lembut.

Diluar dugaan, Navya kira Bundanya akan marah atau kecewa. Nyatanya? ia malah disemangatin dan di mengertikan posisinya. Navya merasa beruntung bisa menjadi menantu dikeluarga Narendra yang tidak pernah menuntut banyak kepada dia.

Vano paham sekarang yang dimaksud istrinya tadi. "Saran Ayah sih jangan punya anak dulu. Biar kamu dan Samuel menghabiskan waktu bersama dulu di masa muda. Kami juga nggak buru-buru punya cucu kok, iya, kan sayang?" Chika mengangguk setuju dengan suaminya.

Bukan hanya alasan itu, tapi ada alasan lain juga yang membuat Vano harus menyuruh putra dan menantunya menunda punya anak.

Navya hanya tersenyum tipis saja. Wanita itu menatap sekitar yang tidak melihat suaminya. "Samuel belum pulang, Yah?" tanya Navya kepada mertuanya.

NAVYA ||  TERBITTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang