"Santai. Entar juga baikan sendiri, lo kek nggak tau Mama gue aja." Regal mengangguk paham dan tau banget karakter Mamanya Bastian gimana.

Setelah dari apartemen Sean tadi, Bastian memutuskan untuk langsung pulang ke markas utama karna hari juga sudah malam. Di perjalanan menuju markas Bastian melihat seorang anak kecil duduk di halte sendirian dengan menangis, keningnya mengerut merasa tak asing dengan anak kecil itu.

Bastian menghentikan motornya ditepi jalan lalu menghampiri anak kecil itu.

"Astaga Kia, kamu kenapa bisa disini? Mama dimana?" kaget Bastian yang melihat adiknya berada dihalte malam-malam.

Bastian langsung membawa Kia ke dalam gendongannya. "HIKSS ABANG KENAPA NDA PULANG? KIA CELALU NUNGGUIN ABANG BABAS HIKSS!!!" pekik Kia ketika sudah berada di dalam gendongan abangnya.

Sedangkan Bastian terdiam mendengar ucapan adiknya. Memang dia sudah tak pernah bertemu adiknya, terakhir ketemu juga dua hari sebelum camping. "Maafin bang Babas ya, abang lagi ada urusan. Kia nungguin abang ya?" bisik Bastian lembut, namun ia menahan isakannya karna merasa bersalah.

Kia mengeratkan pelukannya. "Abang jangan pelgi lagi, Kia nda mau jauh dari abang. Mau sama abang aja, nda mau pulang ke lumah," rengek Kia.

"Nanti Mama cariin kamu gimana?" tanya Bastian.

Anak itu menggeleng. "KIA NDA MAU PULANG KALO ABANG BABAS NGGAK PULANG BARENG SAMA AKU!" jerit Kia lantang. Bastian menghela napas panjang, dia tidak mau ada keributan dengan Mamanya lagi.

Bastian pergi menuju motornya dan naik keatas motor dengan Kia yang duduk di depan. Pria itu akan mengantarkan Kia pulang ke rumah, karna dia juga tak mungkin membawa Kia pergi ikut bersamanya ke markas. Tempat itu terlalu bahaya untuk anak seumurannya.

Kia tak tau kalo dia akan diantarkan abangnya pulang dan berpisah kembali ke keluarganya. Dia senang bisa bertemu lagi dengan Bastian. Setiap hari selalu menangis dan minta kepada orang tuanya untuk menyuruh sang abang pulang ke rumah, tapi tidak diturutin sampe sekarang.

Dalam lubuk hati Bastian juga kangen dengan adiknya. Bahkan hampir setiap malam dia memikirkan Kia. Karna dia sadar, adiknya tidak akan mau makan, tidur, ataupun mandi kalo tidak ditemenin olehnya. Kia dan Bastian memang tak memiliki hubungan darah, tapi dari Kia bayi selalu Bastian yang menemani anak itu hingga gede seperti sekarang.

Bastian tidak pernah menyalahkan Kia dalam kehancuran hidupnya, karna anak itu tidak salah dan tidak tau apa-apa.

>>>>>>>>>>>>

Pagi ini Samuel dan Navya sedang beradu mulut, Samuel melarang istrinya untuk tidak sekolah dulu buat sementara waktu karna dia masih awal kehamilan dan pasti akan merasakan mual dan segala macamnya.

"Pokoknya kamu nggak boleh sekolah!" tegas Samuel.

Navya menatap datar Samuel. "Nggak, aku tetap mau sekolah!" bantah Navya yang tidak ingin izin kembali.

"Navya Beatarisa!" Samuel menatap istrinya itu dengan datar.

"Apa?!" ketus Navya.

Samuel menghela napas kasar, pria itu mencoba bersabar agar tidak lagi membentak istrinya kembali. "Nurut ya? Nggak usah sekolah, kamu kan belum baikan sayang," ucap Samuel lembut.

Wanita itu menggelengkan kepalanya pelan. "Aku ada ulangan Samuel. Lagian udah baikan kok," ujar Navya dengan menyakini Samuel bahwa dirinya sudah lebih baik.

"Baikan darimana? Tadi aja kamu masih muntah-muntah kok, udahlah izin aja dulu ya? Nanti aku suruh Mila sama Letta buat main," kata Samuel mengelus rambut istrinya dengan lembut.

NAVYA ||  TERBITWhere stories live. Discover now