:: Bab XXIV ::

433 60 4
                                    

"Itu beneran, gak, sih, Gwen? Papa masih bingung."

Menempelkan kain yang sudah direndam air hangat pada bahu sang putri, Papa Gwen pun mengambil tempat di sebrang Gwen. Gadis itu meringis, sambil mengusap-usapkan kain pada bahu serta bagian belakang bahunya yang ternyata membengkak, "Gak, Pah. Kan, Gwen udah bilang dari tadi."

"Jadi...?"

"Jadi, sebenarnya Rayn Abrian itu pasien Gwen, Pah. Dia punya kepribadian ganda gitu. Di dalam badannya, ada 2 sosok, yaitu Rayn Abrian sama satu sosok kepribadian lagi yang namanya Devon."

"Terus, terus?"

"Nah, si Devon ini kepribadiannya emang suka bikin masalah. Dia juga kasar dan agresif orangnya. Makannya, kalau ada berita yang katanya Rayn Abrian kasar sama fans-nya, lah, atau, Rayn Abrian jahat sama fans-nya, atau Rayn Abrian bilang hal-hal yang gak benar, itu bukan Rayn Abrian yang ngelakuin sebenarnya. Itu Devon."

Papa Gwen terlihat berpikir. Sepertinya, pria setengah baya itu perlu waktu untuk mencerna apa yang Gwen katakan. "Berarti... yang kemarin ngaku-ngakuin kamu jadi pacarnya, itu juga Devon?"

Gwen mengangguk kemudian. Sambil mengusap-usap bahunya yang bengkak menggunakan kompresan, Gwen mendengarkan pertanyaan ketiga dari sang Papa, "Kok, bisa begitu, sih, Gwen? Pasti ada sebabnya, dong, dia punya 2 kepribadian gitu?"

"Trauma masa kecil, Pah. Dia itu dulu korban pelecehan Pamannya pas masih kecil. Terus, karena kejadian itu terlalu menyakitkan, dia bikin pertahanan supaya dia gak perlu ngerasan sakit. Kira-kira, begitu, lah."

Papa Gwen membuang napas panjang. Kedua bahunya turun dengan lesu, "Kasihan, ya, dia."

Gwen hanya diam. Ia ingin membenarkan. Karena jujur saja, dirinya pun turut merasa kasihan pada Rayn. Apalagi, dengan fakta dia yang kecelakaan dan amnesia sampai tidak bisa mengingat masa lalunya itu.

Dan sekarang, Devon muncul. Kemunculannya membawa masalah. Yang dimana Gwen selalu terlibat di dalamnya sehingga wajar bila dirinya kecipratan perasaan bersalah.

"Kalau Papa yang kayak gitu, bisa, gak, Gwen?"

"Maksudnya?"

"Iya. Papa, kan, pernah trauma juga. Pas Mama kamu ninggalin kita—"

Srek!

"Pah, Gwen istirahat dulu, ya. Papa juga istirahat, gih. Udah malam, tahu."

Derit dari kursi yang ia dorong, menghentikan kata-kata Papanya. Gwen lantas bangkit dan mengecup pipi sang Papa sejenak, sebelum akhirnya beranjak menuju kamar bersama kompres yang menempel di bahunya.

Sementara itu, Papa Gwen hanya mampu menghela napas. Matanya tidak sedikitpun beralih dari daun pintu kamar Gwen yang sudah tertutup rapat.

Nampaknya, Gwen masih tidak bisa jika tidak menghindar ketika ia mulai menyinggung Mamanya —sang istri—, yang telah meninggalkan mereka sejak 10 tahun lalu.

...

Sekarang, Gwen bisa keluar-masuk rumah sakit dengan tenang seperti semula. Meski begitu, masih ada banyak orang yang mengenali dirinya berkat video serta pemberitaan yang tersebar di media. Belum lagi label sebagai 'pacar' Rayn Abrian yang terlanjur disematkan oleh staff-staff Grace Premier Hospital padanya.

Sambil menyimpan kedua tangan di dalam saku, Gwen berjalan sendirian di antara lorong. Ia baru saja selesai memeriksa salah satu pasien dan sekarang, ia ingin segera pulang. Tapi, sepasang kaki yang tertutup sneakers lusuh itu mencegatnya. Membuat kepalanya mendengak untuk mencari tahu siapa pemilik kaki itu.

Heal Me [ C O M P L E T E ]Where stories live. Discover now