:: Bab LXIV ::

263 39 0
                                    

From : Aksa

I'm sorry, Gwen. Manajer aku baru ngabarin kalau aku ada jadwal manggung nanti jam 8. Sebagai ganti karena ngebatalin acara makan malam kita, aku udah pesenin kamu makanan. Jangan lupa dimakan, ya. Hope you feel better right now.

Gwen tersenyum kecil usai membaca pesan yang baru saja Aksa berikan padanya. Tak lama, menyusul kedatangannya yang baru saja sampai di rumah, seorang pria muda dengan jaket hijau khas-nya datang membawa sebuah paper bag.

"Permisi, Mbak. Ini kiriman makanan. Nama pengirimnya Mas Aksa."

"Terima kasih, ya, Mas."

"Sama-sama, Mbak. Saya permisi kalau begitu."

Bersama paper bag yang ditentengnya, Gwen hendak masuk ke dalam rumah. Namun, niatnya digagalkan oleh perhatiannya yang tak sengaja terpaku pada sebuah pot bunga baru yang menghiasi teras rumahnya. Langkahnya terhenti secara otomatis.

Kelopak panjang berwarna kekuningan dengan bagian tengahnya yang berwarna kecoklatan. Bunga matahari yang mekar sempurna itu mempercantik teras rumah Gwen yang sebelumnya hanya berhiaskan warna hijau dari tanaman-tanaman berdaun milik sang Papa. Tanpa diminta, ia malah teringat dengan squishy bunga matahari miliknya yang sudah ia buang juga dengan balon bunga matahari yang ia lihat kemarin.

"Kamu pesan makanan online, Gwen?"

"Bunga itu punya siapa?"

Tanpa basa-basi, Gwen bertanya. Lengkap dengan tatapan menuntut penjelasan yang mengarah kepada Papanya yang baru saja menghampirinya dari dalam rumah.

Papa Gwen ikut melirik pada bunga tersebut, kemudian ber-oh ria kendati ia gugup setengah mati. "Itu... t-tadi ada yang ngasih."

"Siapa, Pah?"

"I-itu... ada pokoknya. Orang."

"Ya siapa?"

"Saya."

Gwen terburu-buru mencari sumber suara. Tubuhnya berputar dengan cepat, lantas mengalihkan atensinya pada seorang pria brewokan yang berdiri di balik pagar rumahnya. Pria itu menyapa Papa Gwen dengan sopan sambil mengulas senyum. Seolah tak merasakan sesuatu yang janggal.

Tatapan Gwen berubah. Tanpa sadar, ia bergerak membuka gerbang agar bisa berhadapan langsung dengan pria itu. Ditatapnya pria itu dengan perasaan tak suka.

"Untuk apa Mas Edo ngasih bunga itu?"

"Selamat malam, Dokter Gwen," sapa Edo, tak sedikitpun terintimidasi oleh bagaimana cara Gwen memandanginya. "Bunga itu hadiah buat Dokter Gwen. Titipan dari Rayn."

Hening segera mengambil alih situasi begitu nama itu terucap dari bibir Edo. Ia masih tak gentar menghadapi Gwen yang diam tanpa menjawab apapun.

"Saya gak bohong, Dok. Untuk kali ini, biarkan saya tebus kesalahan saya waktu itu. Saya bakal bawa Dokter Gwen ketemu Rayn. Karena Rayn benar-benar masih hidup dan ingin ketemu sama Dokter Gwen sekarang."

Gwen masih bergeming. Bahkan, matanya tak berkedip sama sekali meski beberapa kali angin berhembus di antara mereka.

"Rayn lagi nunggu Dokter Gwen di Dream World sekarang. Kalau boleh, saya akan antar Dokter Gwen ke sana."

Papa Gwen yang sejak tadi memperhatikan putrinya tidak bergerak, langsung mendekati keduanya sesaat setelah menyadari bahwa sebenarnya Gwen tengah meremas tali paper bag makanan di tangannya.

Sambil menggenggam lembut tangan gadis itu, ia menengahi, "Maaf, Mas Edo. Tapi, Gwen harus istirahat sekarang. Dia baru aja sampai. Tolong, jangan diganggu, ya."

Heal Me [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang