:: Bab LVI ::

276 42 3
                                    

“Dokter Gwen, gawat! Devon berhasil ngendaliin tubuh Rayn!”

Gwen tak mau membuang waktu. Tepat setelah telepon dari Edo menjawab rasa penasaran sekaligus membuat ketakutannya menjadi nyata, ia berlari secara serampangan keluar dari UGD.

Ia meninggalkan Audy yang masih kebingungan. Bahkan, melewati Milo, Ivy, dan Suster Mela yang kebetulan berpapasan dengannya di pelataran rumah sakit. Jangankan menjelaskan ia akan kemana. Menyapa mereka pun tidak. Sebab ia terlalu fokus mencari kunci mobilnya dari dalam tas.

Dengan kecepatan hampir di atas batas maksimal, Gwen mengendalikan mobilnya seperti orang gila. Di tengah jalanan pagi yang padat, ia menerobos setiap celah tanpa ampun. Ia menutup kuping atas klakson dari para pengguna jalan lain yang begitu memekakan.

Sementara tangan kanannya memutar kemudi, sebelah tangan Gwen mengutak-atik ponsel dengan niat menghubungi Profesor Adi. Namun, karena terburu-buru, ia malah menekan iconRadio’ sehingga suara penyiar dari saluran berita itu merusak atmosfer keheningan di dalam mobilnya.

“Ya, kami persilahkan petugas kami yang meliput langsung dari TKP untuk menjelaskan keadaan di sana. Silahkan, Yahya.”

“Baik, terima kasih Irwan. Saya sudah berada di TKP dimana penemuan mayat laki-laki yang meninggal ditembak, tepatnya di pinggir jalan TOL menuju bandara. Petugas polisi sudah datang sejak beberapa jam yang lalu segera setelah mendapatkan laporan. Dan setelah melakukan identifikasi, hasil pemeriksaan sementara menunjukkan bahwa korban bernama Anto, berusia 37 tahun, dan berprofesi sebagai supir yang bekerja di keluarga Tommy Harsono.

Fakta ini tentu saja mengejutkan karena menyusul dari penemuan ini, Tree Entertainment mengumumkan bahwa Tommy Harsono telah mengundurkan diri dari posisi Direktur Utama dan kini tengah dilangsungkan rapat antar pemegang saham untuk menunjuk pengganti yang akan menduduki posisi Tommy Harsono. Seperti itu, Irwan.”

“Baik. Kalau begitu, apakah ada kemungkinan bahwa Tommy Harsono juga ada di TKP saat peristiwa itu terjadi?”

“Untuk saat ini, polisi masih menyelidiki kasus ini, termasuk salah satunya apakah Tommy Harsono juga berada di TKP ketika peristiwa terjadi atau tidak. Kepolisian baru bisa memberikan hasil penemuan sementaranya terkait identitas korban dan akan melakukan penyelidikan lebih lanjut.”

Tenggelam di dalam pikirannya sendiri, suara dari radio yang menyala seakan teredam di telinga Gwen. Kepalanya seketika penuh oleh banyak suara yang berseru. Dan ia pun refleks menginjak pedal gas semakin kencang, sembari menatap plang penunjuk arah yang di atasnya tertulis ‘Kampung Pancarsari 20 km’.

‘Devon, tolong beri aku waktu untuk menghentikan kamu.’

Byur!

HAH!”

Siapa yang tidak akan terperanjat jika tiba-tiba disiram air dingin se-ember yang membuat tubuh basah kuyup? Bahkan, seseorang seperti Tommy Harsono pun terpaksa menahan nyeri yang bersarang di kepalanya akibat dibangunkan secara kasar dengan cara itu.

Matanya yang memerah lantas terbuka untuk kemudian disajikan pemandangan buram yang perlahan tapi pasti semakin jelas. Dirinya perlu beradaptasi. Sebelum akhirnya menemukan keberadaan seseorang yang baru saja melempar ember ke sembarang arah.

“SIAPA KAMU?!” teriaknya, sembari menggerakan tubuhnya yang dililit tali. Tulangnya seakan tengah diremukkan karena nyatanya lilitan tali tersebut teramat sangat kencang.

“Bodohnya.”

Kening Bos Tommy otomatis mengkerut begitu gumam lirih itu tak sengaja tertangkap oleh telinganya. Sementara orang yang ia tanya, justru memunggungi dirinya. Entah tengah melakukan apa.

Heal Me [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang