:: Bab XXI ::

399 61 2
                                    

Edo tergopoh-gopoh keluar dari lift. Di tangannya, ada sebuah amplop berisi surat klarifikasi yang telah dibuatkan pihak agensi untuk nantinya dibaca pria itu saat sesi konfrensi pers online berlangsung.

Pip! Pip! Pip! Pip! Pip! Pip!

Usai menekan rangkaian password, pintu akhirnya berhasil terbuka. Edo mendorong pintu itu dengan cepat disertai senyum sumringah. Setidaknya, konfrensi pers online malam ini hanya terlambat 5 menit saja.

"Rayn! Ayo, mulai...—"

Kata-kata Edo mengambang di udara begitu keheningan ruang tengah apartemen Rayn menyambut kedatangannya. Di sana sudah ada tripod yang diatur sedemikian rupa bersama lighting dan kamera. Ada pula sebuah meja dan kursi yang akan diduduki oleh Rayn. Dan seingat Edo, pria itu masih ada di sana ketika ia bilang perlu mengambil print out surat klarifikasi Rayn di kantor Tree Entertainment.

Begitu cepat berbagai kemungkinan menyambar kepala Edo. Namun, ia berusaha untuk tetap berpikiran positif, sambil mencari Rayn ke setiap ruangan yang ada di sana.

Edo memasuki kamar tidur Rayn, "Rayn! Mulai, yuk!"

Edo membuka kamar mandi, "Rayn, jangan main petak umpet gini, dong!"

Edo menggeser jendela balkon, "Rayn, ayo, dong! Gue mau cepet-cepet pulang, nih!"

Edo menginjak sebuah kemeja yang teronggok di belakang kursi. Sedangkan di kaki kursi, menempel sebuah sticky notes yang baru Edo sadari kehadirannya.

Gue mau ngajak cewek gue nge-date. Lu boleh langsung pulang.

"R-rayn— DEVON!"

...

Gwen mematung. Tidak ada kata yang sanggup keluar dari bibirnya begitu pria di hadapannya malah tertawa. "Gwen, kenapa bengong?"

"D-devon...?"

Devon mengangguk senang, "Denger kamu nyebut nama aku aja, aku udah seneng banget."

Lalu, pria itu merentangkan kedua tangan, "I miss you."

Gwen mungkin akan langsung pingsan jika Milo Ivy, dan Suster Mela tidak langsung menarik tubuhnya sehingga hanya angin kosong yang mampu dipeluk oleh Devon kemudian. Tentu saja, pria tampan itu kesal.

Terlebih Milo yang berlagak tidak suka. Matanya menyipit tajam —seakan sedang mengusir— pada Devon. Menggunakan tubuhnya yang tinggi, ia membetengi Gwen yang dirangkul Ivy dan Suster Mela. Kedua perempuan itu jadi terbengong-bengong begitu melihat idolanya ada di depan mata.

"M-mau apa lu?! Hah?!" Milo tergagap-gagap, tapi ia berusaha tidak gentar. Sejujurnya, aura Devon sangat mengintimidasi. Namun, tentu saja gengsi Milo tidak membiarkan ia untuk mundur.

"Lu yang mau apa?"

"Y-ya, gue mau lu p-pergi!"

"Kenapa gue harus pergi?"

"N-nanti Dokter Gwen kena m-masalah lagi gara-gara lu!"

"Gue pacarnya dia. Apa yang jadi masalah?"

Baik Ivy, Suster Mela maupun Milo seketika menahan napas. Shock berat dengan pengakuan Devon.

Penjagaan mereka terhadap Gwen pun mengendur. Alhasil, hanya dengan menggunakan satu jari, Devon bisa menyingkirkan Milo, Ivy, dan Suster Mela. Sebelum akhirnya menggandeng Gwen dan membawanya pergi.

Gwen buru-buru menyentak tangan Devon, "Ih! Devon, apaan, sih?!"

"Nge-date, yuk?" Dengan mata berbinar, Devon mencondongkan wajahnya. Yang seketika dihadiahi tamparan oleh Gwen. "Gwen?!"

Heal Me [ C O M P L E T E ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang