:: Bab XLVI ::

354 57 0
                                    

Ketakutan mulai melahap diri Gwen ketika seutas kain hitam diarahkan untuk menutup kedua matanya. Sedangkan mulutnya masih dibekap dan tangannya terus dicengkram oleh dua orang yang mengapit dirinya saat ini.

Gwen teramat yakin bahwa dirinya tidak pernah membuat masalah dengan orang lain. Apalagi dengan lingkaran pertemannya yang terbatas. Dan seharusnya, hal-hal menegangkan semacam ini tidak berlaku untuknya. Sekarang, ia persis seperti seorang putri konglomerat yang dijadikan tawanan agar para penculik itu mendapatkan uang dari orang tuanya.

Papanya saja menganggur. Cicilan mobilnya bahkan belum lunas. Masih banyak kebutuhan yang harus ia tutupi dengan gajinya. Lantas, apa yang penculik itu harapkan dari dirinya?

Berkat indera penglihatannya yang tertutup, indera lain yang Gwen miliki pun menjadi lebih peka. Ia berhenti memberontak untuk beberapa saat begitu deru mesin tidak lagi terdengar. Digantikan oleh suara pintu yang dibuka dengan kencang. Dan tahu-tahu, tubuhnya ditarik secara paksa.

"Ayo! Keluar!"

Kekuatan Gwen yang terbatas pun mengakibatkan dirinya hanya bisa menurut. Kakinya malah menjadi pegal ketika ia berusaha menahan diri agar tidak bisa ditarik-tarik. Meski begitu, otaknya tidak berhenti bekerja.

Gwen tidak mau hidupnya berakhir sekonyol ini.

Usai terseok-seok mengikuti tarikan dua orang di sampingnya, tiba-tiba saja pergerakan itu terhenti. Otomatis Gwen juga berhenti dan langsung menerka-nerka apa yang terjadi saat ini. Semoga saja ada malaikat baik yang tengah menghadang di depan sana dan ingin membantunya lepas dari cengkraman penculik-penculik itu.

Dunia Gwen yang tadinya sebatas warna hitam, seketika berubah. Matanya mengerjap untuk beradaptasi. Sementara kain penutup matanya sudah dilepas, kini kain yang membekap mulutnya sedang dibuka.

Tanpa pikir panjang, Gwen menelaah keadaan di sekitarnya. Irama jantungnya semakin tidak karuan. Dan ia hampir mati kena serangan jantung ketika suara berisik terdengar dan beberapa orang muncul dari tempat persembunyian mereka.

"SURPRISE!"

Gwen melongo. Yang terpikirkan olehnya saat ini adalah keberadaan Milo, Ivy, Suster Mela, dan sang Papa di hadapannya karena mereka menjadi korban penculikan juga. Sama sepertinya.

Namun, pikiran absurd Gwen itu dipatahkan oleh kehadiran sosok lain yang membawa sebuah kue dengan lilin yang menyala di atasnya. Lidahnya pun semakin kelu. Ia tidak bereaksi apa-apa, kecuali terdiam kebingungan.

"HAPPY BIRTHDAY, DOKTER GWEN!"

Papanya sibuk mengadukan balon di tangannya dengan ekspresi wajah ceria. Milo meniup terompetnya keras-keras. Ivy menerbangkan konfeti hingga mengotori lantai. Sedangkan Suster Mela menghampirinya dan memasangkan topi khas ulang tahun di kepalanya yang mendadak kosong.

Lalu, sosok yang membawa kue dengan lilin menyala itu pun menghentikan langkahnya tepat di depan Gwen. Dia menyunggingkan senyum. Walau dia jadi kelihatan konyol karena memakai topi ulang tahun serupa, dia tetap tampan.

Apalagi ketika suara merdunya keluar. Menyanyikan lagu 'Selamat Ulang Tahun' yang cukup ampuh untuk membangkitkan bulu kuduk Gwen, saking bagusnya.

"Selamat ulang tahun... Selamat ulang tahun... Selamat ulang tahun, untuk Gwen... Semoga panjang... umur."

"Mas Aksa... k-kok bisa di sini?"

...

Sirine yang tiba-tiba menyala pun menggemparkan seisi rumah peristirahatan pribadi milik Bos Tommy. Ditambah dengan listrik di seluruh bagian rumah yang berhenti mengalir. Mengakibatkan semua lampu di rumah itu padam dan membuat seisi rumah gelap gulita.

Heal Me [ C O M P L E T E ]Where stories live. Discover now