:: Bab XXXVI ::

418 75 16
                                    

Napas Gwen tercekat sesampainya ia di taman rooftop. Ternyata, ia bukanlah orang pertama yang datang. Karena ada beberapa petugas medis yang sudah lebih dulu datang. Mengawasi pergerakan seorang pria yang berdiri di tepian balkon rooftop, nampak sangat tenang.

Di belakangnya, terdapat Rayn yang mengekor. Pria itu hanya mengikuti instingnya. Setelah mendengar siaran dari pengeras suara, Rayn tahu Gwen akan dihadapkan pada situasi yang buruk atau mungkin berbahaya. Dan ternyata, dugaannya tidak meleset.

Gwen lekas menghampiri Milo yang kalang kabut. Disampingnya, ada Ivy yang tidak berhenti meringis ketakutan. Sementara Profesor Adi tengah berjalan menuju pria di tepian balkon rooftop. Pria paruh baya itu menjadi satu-satunya orang yang tidak terpengaruh oleh kepanikan di sekitarnya.

"Mil."

"Akhirnya, Dokter Gwen datang juga! Eh, t-tapi, kok..." Milo terbata-bata ketika pandangannya tertuju pada orang lain yang berdiri tepat di belakang Gwen. Ivy pun menunjukkan respon serupa. Gadis mungil itu tergagap-gagap.

"Please! Jangan ngurusin Mas Rayn dulu! Tolong, jelasin kenapa Mas Aksa bisa ada di sini dan sejak kapan?!" gertak Gwen, menyadarkan Milo dan Ivy untuk hanya fokus pada dirinya dan apa yang terjadi sekarang. Teriknya matahari menyebabkan Gwen mesti menyipit. Ia tidak bisa berpaling dari punggung Aksa yang membelakangi dirinya.

"I-itu Dokter Gwen... tadi petugas keamanan yang ngontrol CCTV, ngelaporin ada Mas Aksa di sini. Terus kita samperin. Karena kebetulan Mas Aksa pasiennya Dokter Gwen, jadi kata Profesor Adi suruh panggil Dokter Gwen." Milo menjelaskan seringkas mungkin. Suaranya bergetar. Ketara sekali bahwa dia juga panik.

"Dia gak ngomong apa-apa sama kalian?"

"G-gak, Dok. Kita udah berusaha bujuk dia, Profesor Adi sampai turun tangan. Tapi, dia masih gak mau turun. Di bawah emang udah ada petugas yang jaga-jaga. Nah, masalahnya... dia juga bawa semacam belati, gitu, Dok." Giliran Ivy yang menjawab pertanyaan Gwen. Menimpali.

Gwen berkacak pinggang sambil menyingkirkan helai rambutnya yang bertebangan. Ia tengah memikirkan beberapa cara. Kecemasannya bertambah dua kali lipat mendengar penuturan Ivy.

Rasanya, Aksa tidak mungkin tidak memperkirakan kalau rencananya ini akan membuat kegaduhan dan memerlukan petugas yang harus berjaga-jaga. Jadi, bukan tidak mungkin kalau Aksa sengaja membawa belati agar dia bisa menjalankan rencananya melalui cara lain yang sama efektifnya.

Waktu berlalu dan Gwen tidak bisa hanya diam. Segala hal telah ia perhitungkan sebelum akhirnya langkahnya terurai tanpa ragu. Milo, Ivy, beserta Rayn yang sejak tadi menunggu suaranya pun, kompak terhenyak.

"Dokter Gwen!"

"Dokter Gwen mau ngapain?!"

"Gwen!"

Gwen mendekati Profesor Adi. Ditatapnya pria itu sejenak. Dan seakan mengerti, Profesor Adi pun menepuk pundaknya beberapa kali. Seolah tengah menyerahkan urusan ini untuk Gwen atasi.

Sempat melirik ke arah bawah, Gwen pun mendengus lega karena petugas keamanan sudah berjaga di sana.
Rencana yang Gwen susun adalah berusaha membujuk Aksa. Kalaupun pria itu bersikukuh, maka Gwen akan menemani Aksa jatuh. Paling tidak,  airbag sudah disiapkan di tanah.

Gwen mengatur napasnya yang sempat tidak beraturan. Perlahan tapi pasti, ia mendekati Aksa yang asik menelaah langit dan tidak menghiraukan orang-orang yang sangat khawatir dengan keadaannya.

"Mas Aksa..."

Gwen memanggil lembut. Sudut bibirnya memaksakan senyum, "Kenapa Mas Aksa di sini? Saya nyariin Mas Aksa dari kemarin karena perbincangan kita di kafe belum selesai."

Heal Me [ C O M P L E T E ]Where stories live. Discover now