:: Bab XV ::

547 68 7
                                    

Akan menjadi genap 15 jam Rayn mengunci dirinya di kamar, begitu jarum panjang jam dinding menunjuk angka 12. Dia tidak keluar meski Edo sudah berkali-kali menggedor-gedor pintu dan berteriak memintanya keluar. Entah apa yang dia lakukan di dalam, yang jelas, Edo jadi cemas bukan kepalang.

"Rayn, keluar, kek. Sorry, sorry gue udah marah-marah tadi. Tapi, jangan ngambek gini, dong." Edo menjeda selagi matanya melirik jam di pergelangan tangannya, "Masalah jadwal hari ini bisa diatur dan dire-schedule besok, kok. Tapi, lu ada jadwal pemeriksaan sama Dokter Gwen sekarang."

Hening. Tidak ada sahutan apapun dari Rayn. Sama persis seperti yang sudah-sudah.

Edo menghempaskan tubuhnya di atas lantai di depan kamar Rayn. Ia menghela napas letihnya sembari membuka ponsel.

Kontak Grace Premiere Hospital yang muncul di log panggilan paling atas, membuat sebuah ide muncul di dalam kepala Edo. Sempat ia melirik ke pintu kamar Rayn yang tentu saja masih tertutup. Sampai akhirnya, ia pun men-dial kontak tersebut hingga suara seorang wanita terdengar di sana.

"Selamat sore, Grace Premiere Hotel, ada yang bisa kami bantu?"

"Hm, saya udah mengatur jadwal untuk pemeriksaan bersama Dokter Gwen dari Departemen Psikiatri. Tapi, ada beberapa hal yang menghambat saya untuk ke rumah sakit sekarang. Saya perlu ngomong ke Dokter Gwen-nya. Apa saya bisa dihubungkan ke Dokter Gwen langsung? Saya gak punya kontak pribadinya soalnya."

"Maaf, Bapak. Registrasinya atas nama siapa?"

"Edo Bassir."

"Tunggu sebentar, ya, Pak. Saya cek dulu."

Edo menunggu dengan sabar. Tidak sampai semenit, wanita di telepon itu kembali bersuara, "Atas nama Edo Bassir, jadwal pemeriksaan bersama Dokter Gwen hari ini jam 5 sore, ya, Pak?"

"Iya."

"Baik, sebentar, ya, Pak. Saya sambungkan dulu ke ruangannya Dokter Gwen."

"Iya."

Untuk kedua kali, Edo menunggu. Dan sama seperti sebelumnya, tidak lama kemudian terdengar suara wanita yang berbeda.

"Halo, dengan Gwen di sini."

"Dokter Gwen? Ini saya!"

"Oh, Mas Edo, ya? Gimana, Mas?"

"Hm... maaf banget sebelumnya, Dok. Tapi, saya sama Rayn gak bisa ke sana."

"Loh, kenapa, Mas? Apa terjadi sesuatu sama Mas Rayn?"

"Duh, kayaknya saya gak bisa cerita di telepon soalnya bakal panjang banget. Yang jelas, Rayn ngurung dirinya di kamar sekarang."

"Ngurung diri di kamar?"

"Iya. Hm... saya tahu ini pasti kelewatan banget dan kesannya gak tahu diri. Tapi, bisa gak, ya, kalau Dokter Gwen meriksa Rayn di sini aja, di apartemennya?"

...

Edo merasa dirinya sangat beruntung karena memilih Gwen sebagai psikiater yang akan mengobati Rayn. Gadis itu tidak banyak neko-neko, dan mau dengan senang hati mengenyahkan gundah gulananya tentang keadaan Rayn di dalam kamar. Terbukti dari waktu yang hanya terambil sekitar 20 menit hingga akhirnya Gwen berhasil sampai di apartemen Rayn tanpa kesasar.

Sementara itu, berbanding terbalik dengan Edo yang mampu mendengus lega, Gwen malah merasa aliran napasnya sedikit macet. Tatapannya terpaku pada pintu tertutup di hadapannya, yang seakan menyimpan banyak misteri di dalam sana. Namun, mau putar badan dan menyesali keputusan, sepertinya sudah terlambat jauh untuk Gwen.

Heal Me [ C O M P L E T E ]Where stories live. Discover now