:: Bab XX ::

472 63 6
                                    

Gwen tidak tahu mengapa semenjak kakinya menginjak area lobby, hampir berpuluh-puluh pasang mata tertancap padanya. Atau lebih tepatnya, ia berpura-pura tidak tahu.

Padahal, Gwen yakin, semalam ia sudah memanjatkan doa paling baik —yang salah satunya agar tidak lagi muncul masalah begitu ia bangun tidur— sebelum tidur. Namun, mendapati kenyataan yang meninju ulu hatinya pagi ini, Gwen semakin yakin bahwa ia memang dituntut untuk semakin rajin beribadah agar doanya bisa dikabulkan Tuhan.

Gwen hanya bisa meringis —paling tidak berusaha ramah— walau wajahnya jadi terlihat tidak mengenakan. Sekedar cengar-cengir membalas sapaan dari para dokter ataupun staff rumah sakit lainnya yang biasanya tidak pernah menyapanya. Ada beberapa dari mereka yang menepuk pundak Gwen, sok akrab.

Kalau bukan karena gossip yang menyebut Gwen adalah kekasih dari seorang Rayn Abrian, mana mungkin mereka memperlakukan dirinya seramah ini?

"Oho! Diam-diam, Dokter Gwen jago juga, ya." Ledekan itu berasal dari bibir pria berkepala plontos yang mencegat langkah Gwen. Kendati kelelahan menghiasi rautnya usai berjaga di UGD sepanjang malam, dia masih bisa nampak sumringah.

Pria itu merangkul Gwen tanpa permisi dan mengajaknya menuju mesin kopi, "Ayo, dong, traktir saya. Kalau kata anak jaman sekarang itu PJ alias pajak jadian."

"Eng... Dokter Dio—" Gwen melepas rangkulan Dio dengan hati-hati. Pria sejawatnya tersebut pun otomatis mencureng bingung. "Traktirannya nanti siang aja, ya. Saya traktir yang banyak, deh. Tapi, jangan percaya sama gossip yang ada. Itu gak bener. Itu gossipnya salah. Bukan saya itu."

"Gimana gak bener? Kan, ada videonya." Dio membantah. Ia lebih mempercayai berita yang muncul di kolom notifikasi ponselnya beberapa menit yang lalu, ketimbang kesaksian korban yang tertuduh di depannya secara langsung.

"Tapi, beneran, deh. Itu bukan saya, tahu."

"Emang Dokter Gwen punya kembaran?"

"Hah? Ya... gak ada, sih—"

"Nah, berarti itu udah pasti Dokter Gwen, lah. Saya nonton videonya dan cewek yang ada di video itu benar-benar mirip Dokter Gwen, kok."

Gwen mendesah, hampir kehilangan kesabaran. "Oke, itu emang saya. Tapi, pemberitaannya gak benar. Aslinya gak kayak gitu kejadiannya. Semua salah paham."

"Jangan ada satu orang pun yang foto atau video-in cewek ini buat di sebar ke media sosial. Dia cewek gue, dan kalau ada yang berani macam-macam sama dia, orang itu bakal berurusan sama gue."

Meniru cara bicara Devon semalam, Dio kelihatan tidak mau berhenti meledek Gwen. Sehingga wajar bila muka Gwen langsung memerah. Sementara ia mengacak-acak rambut dengan frustasi sebab bukan reaksi tubuh seperti itu yang ia inginkan.

"Cie, mukanya merah!"

"Dokter Dio!"

"Tapi, saya salut sama Dokter Gwen, deh. Udah dinobatin jadi manusia purba sekaligus jomblo terngenes seantero Grace Premiere, eh, tahu-tahu dekatnya sama yang sekelas Rayn Abrian. Pasang dimana, Dokter Gwen?"

Gwen mengernyit, "Pasang? Pasang apaan, sih, Dokter Dio?"

"Susuk, lah. Apalagi?"

'Devon sialan!'

...

Entah sudah berapa kali Rayn memijat kening. Bahkan di saat gedung Tree Entertainment masih berjarak 1 kilometer lagi, ia sudah bisa mendengar teriakan khas Bos Tommy. Hal tersebut lah yang menyebabkan kepalanya terus-terusan berdenyut nyeri.

Heal Me [ C O M P L E T E ]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt