:: Bab XXII ::

409 63 7
                                    

Langit telah menjadi gelap saat Gwen memasuki kamar Rayn. Bersama Suster Mela, ia akan melakukan pemeriksaan terhadap pria itu.

Begitu Gwen masuk, Rayn sedang termenung. Entah apa yang dia pikirkan, tapi kelihatannya dia mengerahkan banyak usaha hanya untuk berpikir.

"Permisi, Mas Rayn?"

Konsentrasi Rayn terpecah karena suara Gwen. Ia menoleh pada gadis gempal itu yang ternyata tidak datang sendirian.

"Ini Suster Mela. Suster Mela yang biasanya membantu saya. Jadi, Mas Rayn gak perlu khawatir. Suster Mela jago menyimpan rahasia." Gwen menjelaskan, kemudian mengangkat alis sambil mengedipkan satu matanya pada Suster Mela yang kelihatan tegang. Nampaknya, wanita tersebut masih tidak menyangka bisa bertemu Rayn secara langsung. Sampai-sampai ia tidak bisa menjaga imej-nya sebagai wanita dingin yang terkenal berwibawa dan sulit ditaklukan.

Gwen menjejalkan tangan ke dalam saku jas. Dalam diam ia memperhatikan keadaan Rayn. Sementara Suster Mela menilik kantung infus Rayn yang sudah berkurang setengah.

"Kita mulai darimana?" Rayn memulai perbincangan.

"Apa yang Mas Rayn rasakan sebelum dan sesudah Devon muncul?"

"Pusing."

"Mas Rayn bisa nyimpulin, gak, kira-kira apa yang mancing Devon untuk keluar?"

"Kamu."

Gwen mengernyit. Lagi-lagi, Rayn menuduhnya. "Bisa, gak, dijelasin secara spesifik kenapa saya?"

"Setiap ada kamu, Devon pasti langsung muncul. Jadi, jelas munculnya Devon itu karena kamu."

Gwen membersihkan tenggorokannya yang tercekat. Begitu singkat, padat, nan jelas. Meski begitu, ia tetap masih kebingungan. Mungkin, efek belum makan malam.

Untung saja, ada beberapa detik dimana ia teringat apa yang pernah Devon bilang padanya.

'Bener juga. Berarti emang gue biang masalahnya.' Gwen menghempaskan napasnya kemudian. Ia pun tidak mengerti mengapa ia jadi sepasrah ini dan merasa begitu bersalah sekarang.

"Lalu, apa ada hal lain yang Mas Rayn rasakan? Atau mungkin Mas Rayn ingat sebelum pingsan semalam?"

"Gak...—"

Ciiit! Bruk! Bum! Sreet!

Rayn tidak jadi melanjutkan kata-kata. Bunyi mengilukan itu kembali terngiang di dalam kepalanya sekarang.

Gwen menunggu dengan tidak sabar. Ia sengaja menanyakan hal itu sebab Gwen tidak bisa berhenti memikirkan tentang Rayn yang kelihatan aneh semalam, sebelum akhirnya dia pingsan di dalam dekapannya.

"Mas Rayn...?"

"Kecelakaan itu..." Rayn berbisik lirih. Sorot matanya menunjukkan keraguan dan kegelisahan.

"Kecelakaan?" Gwen mengulang kata yang sama, untuk memastikan ia tidak salah dengar.

"Waktu melihat motor itu, tiba-tiba saya ngelihat kalau saya yang naik motor itu. Terus di bayangan saya, ada mobil dari arah yang berlawanan dan saya berusaha ngehindar. Tapi, saya malah nabrak pembatas jalan dan..."

Rayn tidak sanggup melanjutkan. Dadanya diserang sesak yang sangat menyiksa. Tentu saja hal itu menimbulkan kepanikan bagi Gwen dan juga Suster Mela.

"Kalau memang Mas Rayn gak siap, gak apa-apa. Gak perlu dilanjutin."

"M-maaf... saya cuma shock sama apa yang saya ingat itu."

"Berdasar cerita Mas Rayn, bisa jadi itu ingatan dari masa lalu Mas Rayn. Mas Rayn pernah kecelakaan sebelum amnesia, kan? Sekitar 10 tahun lalu?"

Heal Me [ C O M P L E T E ]Where stories live. Discover now