:: Bab XXIII ::

376 57 0
                                    

Brak!

Gwen tergemap oleh pintu yang dibanting tepat di hadapannya. Bukan perkara mudah baginya menerima begitu saja didepak keluar layaknya kucing kampung berkuman.

Padahal, ia hanya tidak sengaja lewat kamar rawat Rayn dan mendengar pria itu mengigau. Makannya ia masuk untuk menenangkan dia yang kelihatan gelisah. Tapi, pembalasannya justru tidak sepadan dengan apa yang telah Gwen lakukan.

Kendati demikian, terlepas dari kekesalannya, Gwen merasa kekhawatiran menyelimuti seluruh hatinya. Jelas-jelas ia melihat bahwa infus Rayn terlepas. Dan Gwen tidak mau mengambil resiko Rayn jadi terinfeksi karena infusnya yang terlepas tidak segera ditangani.

"Mas Rayn! Itu infusnya!" Gwen menggedor-gedor pintu kamar rawat Rayn. Sekuat tenaga tangannya terayun. Namun, hal itu tidak bisa ia lakukan lebih lama sebab bahunya yang kembali terasa nyeri.

"A-aw...!"

Gwen membuang napasnya dengan kasar, usai mengatasi bahunya walau hanya melalui pijatan-pijatan pelan. Untuk sekali lagi, ia melirik pintu yang tidak menunjukkan tanda-tanda akan dibuka itu, ditemani hatinya yang terasa berat.

"Saya panggilan suster aja, deh, ya. Soalnya itu kalau infusnya gak dibenerin nanti Mas Rayn bisa infeksi."

Mau menunggu sampai besok pagi pun, pasti tetap tidak akan ada sahutan. Gwen hanya membuang-buang energinya saja.

Sambil memijat bahunya kembali, Gwen meninggalkan kamar Rayn. Ia menghampiri counter perawat, dimana ada dua orang perawat perempuan yang berjaga di sana.

"Permisi, suster?"

"Eh, Dokter Gwen."

"Boleh minta tolong, gak? Itu pasien di kamar V605, infusnya lepas. Tolong dibenerin, ya. Takutnya infeksi."

Alih-alih mengiyakan, kedua perawat tersebut malah cekikikan. Memancing kebingungan Gwen yang menatap mereka dengan alis bertautan, "Kenapa, Sus?"

"Kenapa gak Dokter Gwen aja, deh, yang bantuin benerin?"

"Lah, orang pasiennya aja gak mau sama saya. Udah sana, Sus. Biar bisa istirahat juga dia." Sampai di titik ini, Gwen masih belum mengerti kalau kedua perawat itu tengah meledeknya.

"Cie...pasti habis berantem, ya, Dokter Gwen?"

"H-hah?"

"Gak apa-apa, Dokter Gwen. Orang pacaran berantem itu wajar, kok."

Sedikit-sedikit, Gwen pun mengerti apa yang sedang dibicarakan sekarang. Dan pembicaraan ini mengingatkan Gwen akan sikap menyebalkan Rayn tadi. Ia jadi tidak tahan untuk tidak menggebrak meja counter, yang berpengaruh buruk pada bahunya yang masih terkilir.

"A-aw wadaw...!"

"Ngasih kodenya pelan-pelan aja, Dokter Gwen. Nanti, yang peka malah yang lain lagi." Salah satu dari dua orang perawat tersebut pun keluar dari counter bersama alat tempurnya. Dia akan menjalankan apa yang Gwen minta barusan, tapi godaannya terhadap gadis gempal itu tentu tidak bisa berhenti begitu saja.

Dia mengerling aneh bin tidak jelas, yang menyebabkan Gwen jengkel sendiri.

"Hih! Apaan, sih, Sus?!"

"Mau nitip salam buat Mas Pacar, gak, Dokter Gwen?"

"Suster!"

...

Masih pagi buta, namun sebuah van hitam yang baru saja terparkir di parkiran rumah sakit 5 menit yang lalu, sudah bergerak pergi lagi. Melaju di atas jalanan yang lengang. Bahkan, tampak di sisi kiri dan kanan jalan, toko-toko masih tutup.

Heal Me [ C O M P L E T E ]Where stories live. Discover now