Fifty Two

43.1K 2.6K 183
                                    

Rio meloncat dari sofa satu ke sofa lain sembari berlari menghindari amukan singa betina yang membawa sapu lidi di tangan kanannya siap memukul dirinya. Sore ini ia bermaksud untuk berkunjung ke apartemen Vania untuk memberikan kejutan tapi ia langsung disambut dengan pukulan bertubi-tubi yang dilayangkan Vania.

"Ya Allah, Van. Sakit" keluh Rio mengusap lengannya yang terkena pukulan dari Vania sembari terus menghindar.

"Ini balasannya buat Arka jadi umpan. Kalo Arka trauma bagaimana?" kesal Vania terus mengejar Rio.

Alina yang melihat orangtuanya yang sedang kejar-kejaran, hanya bisa duduk diam mengarahkan pandangannya mengikuti gerakan orangtuanya. Ia tak mengerti apa yang sedang diperdebatkan.

Ia menganggapnya seperti melihat serial kartun Tom and Jerry yang sering ia tonton secara langsung. Sesekali ia tertawa ketika papanya terkena pukulan.

"Ya maaf, Van. Itu bukan rencanaku. Itu rencananya Vino" ucap Rio membela dirinya sembari menangkis pukulan Vania.

Vania tak mau kalah, ia terus memukul Rio dengan sapunya. Ia berjingkat nyeri merasakan pukulan Vania yang lumayan menyakitkan. Ia berusaha menggapai tangan Vania sembari terus mengelak pukulan Vania dengan susah payah.

Rio menggapai tangan Vania lalu menariknya cepat sampai menabrak tubuhnya. Rio mencekal kuat kedua tangan Vania sampai sapu yang dibawa Vania tak sengaja terlepas.

Rio menarik pinggang Vania lalu memeluknya erat sembari tersenyum kecil di sela pelukannya.

Vania berusaha melepaskan diri dengan bersusah payah. Jantungnya berdegup cepat merasakan napas Rio di ceruk lehernya.

"Lepas, Kak!" titah Vania mencoba melepaskan diri.

"Salah sendiri. Kalau kamu mau membuatku tersiksa di kamar, aku rela sepenuh hati. Kalau yang seperti ini ya sakit, Sayang" bisik Rio membuat Vania membelalakkan matanya.

"Awhhhh! Shit!" umpat Rio melepaskan pelukannya dan berganti memegang miliknya yang terkena tendangan lutut Vania. Ia meringis nyeri sampai terduduk sembari memukul lantai dengan tangannya.

Vania menutup mulutnya terkejut sampai membelalakkan matanya. Ia spontan melakukannya, "Kak" ringis Vania merasa bersalah.

"S..sum.....pah, Van. Ini sa.....sakit" desis Rio menahan rasa sakitnya.

"Inget, Van. Dia yang buat Arka dan Alina ada sekarang" lanjut Rio sembari memejamkan matanya kuat sampai terguling.

Alina yang tak mengerti perkataan papanya hanya bisa tergelak karena melihat papanya yang begitu kesakitan. Vania mengusap wajahnya kasar menatap Rio khawatir.

"Biar aku obati ya" ucap Vania asal ceplos membuat Rio menatapnya tajam.

"Kamu gila apa?" desis Rio masih menahan sakitnya.

"Padahal habis ini mau program lagi tambah satu" lanjut Rio sembari memejamkan matanya.

"Akh!" teriak Rio kembali merasakan kakinya diinjak oleh Vania. Ia menatap kesal ke arah Vania yang melangkahkan kakinya tanpa merasa bersalah.

"Dasar singa betina!" teriak Rio yang masih menahan sakitnya malah sekarang double.

"Dasar gila!" balas Vania tak kalah keras.

Setelah perdebatan gila tadi, Rio menemani Vania menidurkan Alina. Ia berencana menginap malam ini karena Arham ada tugas di luar kota setelah membantunya menyelesaikan masalah kemarin.

Vania menyelimuti Alina pelan lalu beranjak dari duduknya, "Mau ke mana?" tanya Rio melihat Vania sedang memakai sendalnya.

"Mau matiin lampu" jawab Vania lalu berjalan ke arah saklar lampu.

OUR LOVEजहाँ कहानियाँ रहती हैं। अभी खोजें