One

156K 5.2K 47
                                    

Vania menggaruk kepalanya frustasi melihat rumahnya yang seperti habis terkena angin puting beliung.

Bagaimana tidak? Tanah berceceran di ruang tamu maupun ruang keluarga, mainan yang sudah tak ada lagi di tempatnya dan berhamburan di seluruh ruangan, dan lebih menyebalkan lagi, si pelaku malah duduk santai membaca buku.

Vania sampai berpikir, anak yang masih berusia delapan belas bulan memangnya sudah bisa membaca ya?

"Arka sayang, kenapa rumahnya jadi berantakan seperti ini? Hem" tanya Vania menahan rasa kesalnya seraya membungkukkan badannya menatap serius anaknya.

Arka dengan wajah polosnya menengadahkan kepalanya beberapa detik menatap mamanya lalu mengalihkan pandangannya kembali pada buku ceritanya tanpa menanggapi pertanyaan Vania.

"Sabar, Van. Ini anak kamu bukan anak orang lain" batin Vania menahan rasa kesalnya.

"Arka, mainannya dimasukkan lagi ya, Sayang. Nanti kalau papa pulang dan mainan Arka seperti ini pasti dimarahi nanti" jelas Vania memberi pengertian seraya mengelus kepala Arka pelan.

"No, Ka u nti atu" jawab Arka dengan bahasa yang mungkin akan sulit dimengerti oleh orang lain kecuali Vania dan Rio. Arka bilang 'No, Arka mau ganti baju'

"Sekalian Arka mandi ya, udah mau ashar. Papa kan bentar lagi pulang" ajak Vania seraya menarik tangan Arka.

Vania menyabuni tubuh Arka sedangkan Arka lebih fokus pada mainan bebeknya. Untung saja Arka bukan anak kecil yang sulit untuk disuruh mandi seperti anak kecil lainnya.

Vania membalut tubuh Arka dengan handuk dan menggendongnya keluar kamar mandi. Vania mendudukkan Arka di kasur dan mendandaninya agar lebih tampan sebelum papanya pulang. Ia tak mau dimarahi suaminya lagi karena belum memandikan Arka saat dia pulang.

Rio dan Vania sepakat untuk tak memakai jasa baby sitter. Vania takut jika nanti Arka lebih dekat dengan pengasuhnya daripada dirinya. Setiap pagi Vania menitipkan Arka pada ibu mertuanya saat dia akan mengajar dan terkadang ia mengajak Arka ke sekolah.

"Udah wangi" ucap Vania seraya mencium Arka yang berada di gendongannya. Arka tersenyum geli menampilkan giginya yang masih tumbuh empat.

Vania mengayun-ayunkan Arka pelan agar Arka tertidur. Tadi siang Arka sulit sekali diajaknya tidur, kalau Arka tidak mau biasanya dia akan rewel jika dipaksa.

Vania menatap Arka yang sudah terlelap dalam gendongannya. Ia tak menyangka, bayi kecil yang pertama kali ia gendong sekarang sudah tumbuh menjadi balita yang tampan.

Arka begitu mirip dengan Rio membuat Vania terkadang iri dibuatnya. Padahal dia yang mengandung tapi hanya bibir Arka yang mirip dengannya.

Vania menatap ruangan yang amburadul akibat ulah anak semata wayangnya. Ia menggulung rambutnya bersiap membersihkan secepat kilat sebelum suaminya pulang.

"Semangat" gumam Vania menyemangati dirinya. Pertama, ia memasukkan mainan Arka di tempatnya lalu dilanjutkan menyapu dan mengepel.

Beberapa kali Vania menyeka peluh di dahinya seraya menghembuskan napas pelan. Ia tahu mengapa berat badannya turun dan inilah sebabnya.

Vania merebahkan tubuhnya sebentar du sofa untuk merilekskan tubuhnya setelah berjuang begitu keras membersihkan ulah anak kesayangannya.

Vania berjalan gontai ke arah kamar. Ia berniat untuk membersihkan tubuhnya terlebih dahulu sebelum pukul 16.00 WIB. Tak mungkin kan seorang Rio yang sekeren itu memiliki istri yang bau asam karena belum mandi?

"Assalamu'alaikum" Vania merapihkan meja riasnya lalu berlari keluar menyambut kedatangan orang yang telah bekerja keras untuk menafkahi dirinya.

"Wa'alaikumussalam" sahut Vania seraya lamgsung menyalimi tangan suaminya.

"Arka mana?" tanya Rio yang berjalan terlebih dahulu diikuti oleh Vania.

"Arka tidur, tadi siang nggak mau tidur" jawab Vania dan diangguki oleh Rio.

Rio membuka pintu kamarnya dan melihat anaknya yang tertidur pulas di tengah-tengah kasur king size nya.

"Yaudah, aku mandi dulu" ucap Rio lalu berlalu ke arah kamar mandi.

Memang Arka sejak masih bayi tidur bersama Rio dan Vania. Vania takut kalau Arka tidur sendiri, tapi kalau ada orangtuanya atau mertuanya datang, barulah ia bisa tidur berdua dengan Rio.

Vania berdiri menyiapkan masakan untuk makan malam nanti. Sedangkan Rio seperti biasa, membangunkan anaknya yang baru saja tidur dan sekarang ada dalam pangkuannya.

"Kakak tahu tidak? Arka tadi buat rumah seperti habis terkena puting beliung" adu Vania dengan nada kesalnya.

Rio menaikkan alisnya sebelah mendengar aduan istrinya, "Memang apa lagi? Kecoa mati yang ditaruh di dalam sepatu atau bedak kamu yang ditumpahkan lagi?" tebak Rio dan dibalas decakan kesal oleh Vania. Bahkan Vania hampir seminggu sekali membeli bedak baru, lipstik baru, bahkan segala kosmetiknya karena dibuat percobaan oleh Arka.

"Bukan itu, dia menghamburkan mainannya dan tanah di dalem rumah" jelas Vania dan hanya diangguki pelan oleh Rio.

"Anak papa ternyata pinter juga" puji Rio seraya menoel pipi anaknya dan dibalas dengan senyuman manis Arka.

"Kak, pisau ini masih tajem loh!" ucap Vania dengan penuh ancaman seraya memegang pisau membuat Rio bukannya takut tapi malah tertawa.

"Ternyata istriku sadis juga ya" canda Rio membuat Vania mengerucutkan bibirnya kesal.

Rio duduk di balkon kamar untuk menikmati semilir angin yang berhembus pelan. Seperti biasa, dirinya selalu meluangkan waktu untuk istrinya setelah Arka tertidur.

"Ada apa?" tanya Vania membuat Rio membalikkan badannya dan tersenyum manis.

"Sini!" pinta Rio agar Vania lebih dekat dengan dirinya. Vania menuruti permintaan suaminya dan berdiri di samping Rio.

Rio tersenyum kecil lalu melangkahkan kakinya lalu berdiri di belakang Vania, "Kangen" ucap Rio pelan seraya memeluk Vania dari belakang. Ia menumpukan dagunya pada bahu Vania seraya menggoyangkan badan Vania pelan.

"Bohong" balas Vania dan dibalas ciuman kilat Rio tepat di pipi kanannya.

"Kalau masalah ini, aku tidak pernah bohong" ucap Rio membuat Vania terkekeh pelan.

Rio mengerutkan dahinya ketika melihat sebuah mobil yang baru saja masuk perkarangan rumah di samping rumah mereka.

"Bukannya rumah itu kosong ya? Kok ada mobil masuk?" tanya Rio pada Vania.

"Oh itu tetangga baru, dia baru pindahan tadi siang" jawab Vania dan diangguki pelan oleh Rio.

"Ma!!!" teriakan Arka dengan tangisannya membuat Vania langsung melepaskan pelukan Rio dan melangkahkan kakinya cepat masuk ke dalam kamar meninggalkan Rio dengan wajah kesalnya.

"Ada saja gangguannya. Padahal mau minta program anak kedua" gerutu Rio lalu menyusul Vania masuk ke dalam kamar.

-------

Hai hai hai, Rio dan Vania kembali lagi dengan cerita baru yang begitu seru dan romantis. Jangan lupa vote and comment ya.......

Aku bakal update setiap hari rabu dan sabtu jadi tungguin notif dari aku. Oh ya jangan lupa kasih saran juga ya.

Terima kasih

Love you

OUR LOVEWhere stories live. Discover now