Seven

52.1K 3K 33
                                    

Rio menatap istrinya dengan tatapan tajam. Sebelum itu, ia menitipkan Arka terlebih dulu pada Reynan yang kebetulan jalan bersisihan dengannya saat menuju ruangannya. Untung saja ruangannya masih sepi karena masih jam istirahat.

"Aku sudah bilang kan, kalo di tempat keramaian kayak gini jaga Arka baik-baik! Untung tadi Arka nggak sampek hilang. Kalo hilang gimana? Kalo diculik gimana? Hah" omel Rio menekan semua kata-katanya.

Sungguh ia tadi terkejut tiba-tiba ada Arka di kantin rumah sakit apalagi dia sendirian menghampirinya.

Vania menundukkan kepalanya tak berani menatap suaminya, "A....aku tadi lagi nerima telpon dari Bu Yuni" cicit Vania pelan.

"Bahas apa?" tanya Rio pelan.

"Bahas masalah lomba KTS"

Rio menghela napas dalam lalu menyandarkan punggungnya di sandaran kursi, "Aku dulu sudah bilang kan kalo kamu nggak usah kerja biar aku saja yang kerja. Aku masih bisa nafkahin kamu dan Arka. Yang penting kamu bisa jaga Arka dengan baik. Udah itu saja. Kalo ada masalah seperti itu, bahas di sekolahan aja jangan saat ada Arka. Nggak becus banget sih jaga anak" ucap Rio dengan nada kesalnya.

"Maaf jika aku tadi lengah jagain Arka. Tapi itu nggak ada hubungannya dengan kerjaan aku" kesal Vania tak mau kalah.

Rio menatap Vania yang berjalan keluar ruangan. Rio mengacak rambutnya kesal. Ia terkadang capek dengan sikap Vania yang sulit untuk diatur. Setiap ingin menyelesaikan masalah, Vania selalu pergi menghindarinya tanpa menyelesaikannya.

Vania berjalan cepat menuju ruangan Reynan untuk mengambil puteranya. Ia tak habis pikir dengan suaminya. Itu hanya masalah sepele tapi malah dibesar-besarkan.

Vania berdiri di depan pintu ruangan Reynan seraya mengubah ekspresinya seolah tidak terjadi apa-apa. Ia mengetuk pintu lalu membukanya.

"Mama!" teriak Arka yang langsung berlari ke arahnya. Vania tersenyum seraya bersimpuh dengan merentangkan kedua tangannya menyambut pelukan putranya.

Vania merenggangkan pelukannya dari Arka dan menatapnya seraya tersenyum, "Ayo pulang" ajak Vania yang langsung membuat ekapresi Arka berubah.

"No, papa" tolak Arka yang mengatakan jika ia ingin papanya membuat ekspresi Vania berubah seketika.

"Papa lagi sibuk, kita pulang aja ya. Nanti juga kan papa pulang" jelas Vania dan dijawab gelengan cepat oleh puteranya.

"Ada apa, Van?" tanya Reynan membuat Vania menengadahkan kepalanya menatapnya. Ia tahu jika Vania pasti ada masalah dengan sahabatnya. Tak mungkinkan Arka ditinggal dengannya begitu saja tanpa ada sebab.

Vania menggelangkan kepalanya, "Tidak ada" jawab Vania singkat lalu berdiri seraya menggendong Arka.

"Yaudah, aku pamit dulu. Terima kasih" pamit Vania.

"No, Ma. Ka ni" tolak Arka mengatakan jika dia mau di sini seraya memukul dadanya.

"Nggak Arka! Arka pulang ikut Mama" jelas Vania menekankan kalimatnya. Arka meronta ingin turun dari gendongan Mamanya seraya menangis.

"No, Ma. Ka ni" teriak Arka seraya meronta-ronta membuat Vania kewalahan menggendongnya.

"Arka diem! Turuti kata Mama!" bentak Vania membuat Arka langsung diam dengan wajah memerah ketakutan. Reynan sendiri mendengarnya juga ikut terkejut tapi tak bisa mengatakan apa-apa.

Brakk.....

Pintu terbuka kencang membuat mereka mengalihkan pandangannya. Rio langsung berjalan ke arah Vania dan merebut Arka paksa dari gendongan Vania.

OUR LOVEحيث تعيش القصص. اكتشف الآن