Thirty Four

41.1K 2.9K 786
                                    

Arka berusaha mengeja setiap kata perkata yang ada di buku pengetahuan yang ia miliki sendirian tanpa ada yang menemani. Malam ini ia sungguh tak bisa tidur apalagi papanya tadi pagi izin mau pergi ke Bandung dan akan pulang besok.

Arka membalikkan halamannya dan melihat satu foto yang terselip di tengah-tengah halaman. Satu foto yang ia ambil dari album foto yang tak sengaja ia temukan.

Arka mengambilnya dan memperhatikan foto itu dengan tatapan kerinduan, "Kalo Mama ada, sekarang Mama di mana?" tanya Arka pelan seraya mengusap foto dirinya yang sedang dicium oleh Vania.

Walaupun dia tak ingat siapa mamanya, tapi cukup melihat foto ini membuat dirinya rindu. Ia sungguh ingin merasakan kasih sayang seorang ibu seperti teman lainnya. Terkadang ia iri saat temannya menceritakan tentang ibunya yang membuatkan bento cantik untuknya.

Setiap malam setelah ia tahu jika dia punya mama, dia selalu bermimpi tentangnya. Ia bermimpi jika mamanya menyanyikan lagu tidur untuknya.

Arka mengusap air matanya lalu meletakkan foto itu kembali. Ia ingat satu kalimat yang ia eja di salah satu surat dari mamanya yang mengatakan jika dia tak boleh membuat papanya sedih.

"Arka sayang Mama" gumam Arka lalu menutup bukunya.

Vania terbangun dari tidurnya seraya berkali-kali memejamkan matanya mencoba untuk melupakan mimpinya. Ia menatap ke seluruh penjuru kamar yang ia tempati tapi hanya ada kegelapan yang hanya disinari oleh lampu meja.

Vania baru saja keluar dari rumah sakit pagi tadi setelah dokter mengatakan jika ia diperbolehkan pulang, asal ia harus kontrol dan terapi dua minggu sekali.

Vania mendudukkan dirinya seraya mengusap wajahnya. Ia bermimpi mendengar seorang anak laki-laki yang mengatakan jika dia sayang padanya. Mimpi itu terasa nyata membuat Vania sedikit bingung.

"Apa Arka yang mengatakannya?" gumam Vania bertanya pada dirinya sendiri.

Keesokan harinya, Arka memilih datang ke rumah omanya yang merupakan ibu dari mamanya sepulang sekolah. Ia rindu dengannya karena jarang berkunjung ke sini setelah ia mendaftar sekolah.

Setiap pagi memang dirinya diantar oleh oma atau papanya tapi saat pulang, ia dijemput sopir atau terkadang pulang bersama Dea.

Arka turun dari mobil lalu berlari ke arah pintu utama rumah besar yang ada di hadapannya. Ia tersenyum melihat omanya yang baru saja keluar dari rumah.

"Oma!" teriak Arka membuat omanya tersenyum cerah lalu menyambut Arka dengan pelukannya.

"Haduh, cucu Oma dateng" ucap omanya seraya mencium pipi kiri kanan Arka. Arka tersenyum lalu mencium pipi kanan omanya.

"Ayo masuk!" ajak omanya seraya menggandeng tangan Arka.

Arka mengedarkan pandangannya ke seluruh dinding rumah tapi ia sama sekali tak menemukan foto yang ia cari. Ia mengikuti langkah omanya yang mengajaknya ke ruang keluarga.

Pandangan Arka teralihkan ketika melihat Iza yang merupakan sepupunya sedang bermain barbie bersama Kenzo.

"Arka main sama Kak Iza dulu ya, oma mau ambilin Arka makan. Arka pasti laper kan?" tanya omanya dan langsung diangguki cepat oleh Arka. Memang sejak tadi ia begitu lapar karena di sekolah ia lebih banyak bermain.

----------

Sesampainya di bandara Halim Perdana Kusuma, Vino sudah disambut oleh asisten pribadinya. Seperti biasa, Alina sudah tertidur manis dalam gendongan ayahnya sejak menaiki pesawat di Bandara Changi, Singapura.

Alina tak terganggu oleh gerakan ayahnya sama sekali. Vino yang melihat Alina yang masih tidur dalam pangkuannya hanya bisa tersenyum kecil seraya menggelengkan kepalanya pelan.

OUR LOVEOù les histoires vivent. Découvrez maintenant