Fourteen

45.8K 2.6K 56
                                    

Mama Rio memincingkan matanya menatap anak dan menantunya yang duduk di hadapannya secara bergantian. Rio yang ditatap mamanya hanya bisa diam pura-pura tidak tahu begitu pula dengan Vania.

Arka malah sibuk sendiri memainkan legonya di pangkuan omanya. Secara tiba-tiba pagi ini mama Rio berkunjung ke rumah mereka tanpa ada pemberitahuan terlebih dahulu.

"Kalian kenapa?" tanya Mama Rio penasaran.

Rio menghentikan memainkan ponselnya sebentar dan menatap mamanya, "Emmmm..... Nggak ada apa-apa kok, Ma" elak Rio dengan nada gugupnya seraya mengalihkan pandangannya kembali pada ponselnya.

Sedangkan Vania langsung mengalihkan pandangannya ketika mama mertuanya mengalihkan pandangan ke arahnya. Vania mencengkram rok yang dipakainya untuk membantu menghilangkan rasa gugupnya.

"Lalu kenapa kalian duduk berjauhan seperti itu? Tak seperti biasanya nempel mulu" sindir Mama Rio yang sudah memulai curiga pada sikap anak dan menantunya.

Vania memainkan jarinya mencoba berpikir untuk mencari jawaban yang tepat. Rio dan Vania memang duduk berjauhan. Mereka duduk di sofa panjang, Vania di ujung kiri dan Rio di ujung kanan.

"Kalian masih berantem?" tebak Mama Rio memincingkan matanya.

"Tidak" elak serempak Rio dan Vania dengan suara keras mereka.

"Lalu?" tanya Mama Rio kembali.

Rio menggerakkan matanya seraya mencoba mencari jawaban, "Aduh, Ma. Bentar ya? Ini Rio mau telpon Nafis dulu" pinta Rio mencoba mengalihkan pembicaraan seraya menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

Rio berdiri dan berjalan meninggalkan Vania yang sekarang menjadi satu-satunya orang yang akan diintrogasi habis-habisan, rasanya seperti tersangka yang akan disidang.

"Suami kampret!" batin Vania berteriak.

"Vania" panggil Mama Rio membuat Vania tersadar.

Vania memukul pahanya pelan, "Aduh! Bentar ya, Ma. Aku lupa belum matiin kompor" pamit Vania yang langsung berjalan cepat ke arah dapur membuat mamanya bertambah curiga.

"Ada apa dengan mereka berdua?" gumam Mama Rio penasaran.

Kecurigaan Mama Rio bertambah ketika Vania menolak duduk di depan dan memilih duduk di belakang sendiri. Mereka berencana ke bandara untuk menyambut kedatangan orangtua Vania setelah menjalankan ibadah umroh.

Sesampainya di bandara, Vania langsung ngacir duluan tanpa menunggu suami dan mertuanya. Setiap melihat suaminya rasanya pipinya seperti kepiting rebus.

Rio sendiri sungguh malu dibuatnya. Kejadian malam kemarin terus teringang di kepalanya. Ia terus merutuki kebodohannya.

Flashback On

Rio mengucek matanya lalu mencoba membuka matanya secara perlahan. Rasanya tubuhnya begitu lelah seperti telah melakukan pekerjaan berat.

Napas Rio tercekat mendengar deru napas seseorang. Perlahan Rio menggerakkan kepalanya dan menoleh ke sampingnya.

Ia dibuat terkejut ketika melihat Vania yang tidur di sampingnya. Perlahan Rio membuka selimutnya lalu memejamkan matanya seraya meruntuki kebodohannya.

"Astaga" batin Rio.

Ia kira hanya mimpi ternyata ini nyata adanya. Rio menoleh ke arah Vania kembali. Vania begitu lelap tertidur.

Rio mendudukkan dirinya lalu berdiri dan berjalan mengambil pakaiannya yang tercecer di bawah. Ia langsung memakainya dan pergi meninggalkan Vania di kamar sendirian.

OUR LOVEWhere stories live. Discover now