nineteen

45.1K 2.8K 47
                                    

Vania mengernyitkan dahinya merasakan usapan sentuhan lembut di rambutnya. Ia membuka matanya perlahan dan tersenyum melihat Rio yang tersenyum padanya.

Vania melihat jam dinding yang masih menunjukkan pukul tiga pagi, "Ini masih jam tiga pagi loh" ucap Vania dan hanya diangguki oleh Rio.

"Udah nggak panas tapi masih anget" ucap Vania seraya menyentuh dahi suaminya.

"Mau kemana?" tanya Rio seraya mencekal pergelangan Vania yang akan menuruni tempat tidur.

Vania mengernyitkan dahinya, "Cuma mau ngompres Kakak lagi" jawab Vania.

"Tidur lagi aja, aku udah nggak papa kok" pinta Rio.

"Turuti saja" ucap Rio ketika Vania akan membuka suaranya.

Vania mengangguk pelan dan menuruti permintaan suaminya. Vania membaringkan tubuhnya kembali di samping Rio. Rio beringsut turun lalu memeluk Vania.

Vania terkekeh pelan melihat kemanjaan Rio. Ia mengusap kepala suaminya sayang dan sesekali mengecupnya.

"Aku takut, Van" ucap Rio pelan.

"Takut apa?" tanya Vania sedikit mengernyitkan dahinya.

"Entah apa yang aku takutin tapi aku beneran takut" jawab Rio pelan.

Vania memeluk Rio lebih erat seraya tersenyum kecil, "Nggak usah berpikir macam-macam, nanti malah tambah sakit. Udah Kakak tidur aja" pinta Vania dan diangguki oleh Rio. Rio memeluk istrinya seraya memejamkan matanya erat. Ia berharap itu hanya pikirannya saja.

Pagi harinya, Arka menatap papanya yang masih tidur dengan tatapan polosnya. Sudah sejak dua puluh menit ia memperhatikan papanya.

"Pa" panggil Arka seraya menggoyangkan lengan papanya. Rio hanya mengerang pelan tanpa membuka matanya.

"Pa" kesal Arka sedikit memukul lengan Rio.

"Ada apa? Papa masih ngantuk" gumam Rio pelan tanpa membuka matanya.

Arka mulai merubah mimik wajahnya. Perlahan pipinya berubah menjadi  kemerahan.

"Papa hiks hiks!" teriak Arka dengan tangisannya membuat Rio langsung membuka matanya dan melihat wajah anaknya yang sudah sembab.

"Arka jangan nangis! Cup cup cup" ucap Rio menenangkan. Bukannya tambah berhenti malah lebih kencang dari tadi.

"Ya Allah, Arka. Diem jangan nangis! Nanti papa beliin ice cream ya" bujuk Rio membuat tangisan Arka langsung terhenti lalu menunjukkan senyuman manisnya.

"Ini sebenernya anak siapa sih?" batin Rio bertanya.

Setelah memeriksa suhu tubuh Rio. Vania membuka kotak obatnya dan memberikan Rio obat pereda demam. Rio menerimanya lalu meminumnya.

"Badan Kakak udah nggak panas, tapi tetep harus minum obat" ucap Vania membuat Rio tersenyum kecil.

"Baik, Bu Dokter" ucap Rio membuat Vania terkekeh kecil.

"Jangan sakit lagi" pinta Vania dan diangguki pelan oleh Rio.

"Maaf" pinta Rio membuat Vania tersenyum. Vania mendekatkan wajahnya dan mencium pipi suaminya sekilas.

"Semoga cepet sembuh" ucap Vania setelah melepaskan ciumannya.

---------------------

Setelah seharian ia beristirahat di rumah, akhirnya Rio bisa kembali ke rutinitasnya sebagai seorang dokter. Ia begitu bahagia bisa kemarin bisa bersama dengan Arka dan Vania tanpa ada gangguan dari siapapun.

OUR LOVEWhere stories live. Discover now