Eight

52.4K 2.8K 24
                                    

Baru saja Vania dan Rio akan membuka pintu mobil tapi tertahan oleh kedatangan Mbak Ela yang berjalan cepat mendekat ke arah mereka.

Rio menatap sekilas ke arah istrinya yang sedang menatap tajam Mbak Ela lalu mengarahkan pandangannya ke Mbak Ela kembali.

"Mas Rio" panggil Mbak Ela dengan nada genitnya yang sekarang berdiri tepat di hadapan Rio. Vania yang melihatnya hanya bisa memutar matanya jengah melihatnya.

"Ada apa ya, Mbak?" tanya Rio sopan. Tak mungkin kan seorang Rio berkata tak sopan jika tanpa sebab.

"Ini kemarin saya dapet kiriman dari saudara saya yang tinggal di Inggris. Sebenarnya sih untuk suami saya tapi suami saya sudah banyak punya jam tangan merek itu jadi ya dengan inisiatif saya sendiri, saya kasih ke mas Rio" jelas Mbak Ela seraya menyodorkan paperbag pada Rio.

Rio diam tak tahu harus bagaimana. Ia menatap ke arah Vania dan hanya dibalas tatapan mata oleh istrinya seolah ia berkata 'Jangan diterima',

"Ini limited edition loh dan tentu saja mahal" jelas Mbak Ela kembali.

Rio tersenyum sungkan, "Maaf ya, Mbak.Saya nggak bisa nerima, saya juga masih punya dua jam tangan yang belum saya pakek walau ya harganya nggak sebanding dengan yang Mbak punya" tolak Rio seraya mendorong pelan paperbag yang masih disondorkan kepadanya.

Mbak Ela langsung merubah mimik wajahnya, "Ya bagus dong kalo terima jam ini, jadi Mas Rio bisa punya jam tangan mahal. Kan Mas Rio juga tau gaji seorang dokter biasa pasti lama ngumpulin buat beli jam tangan seperti ini" remeh Mbak Ela.

Rio hanya tersenyum kecil berbeda dengan Vania yang sudah mengepalkan tangannya kuat. Ingin sekali menyumpal mulut tajam Mbak Ela. Enak saja ia menghina suaminya. Nggak tahu apa kalau suaminya bisa saja menghancurkan hidupnya.

"Emang suami Mbak kerja di mana dan gajinya berapa? Kok enak sekali Mbak menghina suami saya" ucap Vania tak terima. Sedangkan Rio hanya bisa diam. Ia tahu jika istrinya tak terima dengan perkataan orang yang ada di depannya.

Mbak Ela tersenyum remeh, "Suami saya itu kaya, kaya banget. Dia kerja di salah satu perusahaan besar di Indonesia. Mbak Vania tau AFR Group? Suami saya kerja di situ jadi manager dan tentu saja gajinya gede" sombong Mbak Ela membanggakan pekerjaan suaminya.

Vania mengangguk pelan, "AFR Group ya? Emang siapa sih pemiliknya?" tanya Vania dengan nada santainya.

Rio yang tau apa yang sedang dipikirkan istrinya. Rio menatap Vania seolah untuk memintanya menghentikan perdebatannya tapi itulah Vania, sebelum dia bisa membungkam salah satu manusia ini, ia takkan bisa puas.

"Ya tentu saya tau lah, namanya Arham Sebastian Al-Fariz" jawab Mbak Ela Santai dan diangguki pelan oleh Vania seraya tersenyum manis.

"Eh, Mbak Ela. Maaf ya, saya udah terlambat ini. Lain kali aja ya dilanjutin" ucap Rio menengahi perdebatan istrinya dan tetangganya.

"Ayo, Van. Ntar terlambat" ajak Rio seraya memberi kode untuk Vania agar masuk ke dalam mobil lewat gerakan matanya.

Sebelum itu, Vania tersenyum kecil lalu menuruti suaminya untuk masuk ke dalam mobil. Sedangkan Rio tersenyum sungkan pada Mbak Ela sebelum menyusul Vania yang sudah masuk lebih dulu.

Mbak Ela meminggirkan tubuhnya memberikan jalan pada mobil tetanggannya. Ia sungguh kesal ditolak seperti itu.

"Dokter biasa aja blagu apalagi tuh istrinya" gerutu pelan Mbak Ela seraya menatap kepergian tetangganya.

Rio hanya bisa diam saja mendengar gerutuan istrinya sejak tadi. Untung saja Arka tertidur pulas jadi puteranya tak bisa mendengar perkataan mamanya.

"Udah lah, Van. Biarin aja" ucap Rio berusaha menghentikan gerutuan istrinya.

"Kakak mau bela dia? Inget ya, Kak! Dia itu udah ngehina Kakak. Emang itu mulutnya pengen banget ya dilakban" kesal Vania.

"Kakak tau, bukan kita aja yang digituin tapi tetangga-tetangga kita juga. Padahal itu orang baru pindah tapi blagunya na'udzubillah" lanjut Vania.

Rio menghela napas dalam seraya menatap ke arah istrinya, "Ya aku tau, tapi kasian Arka tidur sama dengerin gerutuan kamu. Nggak berfaedah juga inget-inget tadi" ucap Rio.

Vania kali ini tak mencoba menyangkal ucapan Rio. Ia menatap puteranya yang tertidur lelap di pangkuannya.

"Udah, nggak usah dipikirin lagi" ucap Rio mengakhiri lalu fokus pada kemudinya kembali karena lampu merah sudah berganti warna hijau.

Seperti biasa, sebelum mengantarkan Vania ke sekolah, ia terlebih dahulu menitipkan Arka pada mamanya. Untung saja mamanya siap siaga kapanpun jika ia membutuhkannya.

"Van, udah sampek loh" ucap Rio menyadarkan lamunan Vania.

Rio menatap Vania yang begitu sibuk mengambil tasnya yang ada di bangku belakang.

"Jangan lupa morning kiss nya" sindir Rio ketika Vania akan membuka pintu mobil.

Vania memutar tubuhnya kembali ke arah suaminya seraya menghela napas pasrah. Rio langsung mendekatkan wajahnya ke arah istrinya dan di sambut dengan kecupan cepat Vania tepat pada bibir suaminya.

"Udah. Ntar aja nambahnya" pinta Vania ketika Rio memintanya kembali. Rio menghela napas pasrah seraya menegakkan tubuhnya kembali.

Rio menganggukkan kepalanya pelan dan disambut dengan senyuman manis Vania. Vania mengambil tangan kanan suaminya lalu menciumnya tak lupa ia mengucapkan salam.

"Hati-hati di jalan. Jangan ngebut!" peringat Vania dan diangguki oleh Rio.

Vania membuka pintu mobil lalu turun seraya membawa tasnya. Vania menatap mobil yang dikendarai suaminya sampai mobil itu tak terlihat lagi.

--------------------

Rio tersenyum ketika mendengar berita baik dari Reynan. Bagaimana tidak? Reynan memberitahukan padanya jika kini istri sahabatnya tengah berbadan dua. Buah hati yang selalu dinantikan Reynan setiap hari.

"Selamat, Bro. Gue ikut seneng" ucap Rio seraya menepuk bahu Reynan.

"Ah akhirnya gue punya anak juga, Yo. Anak yang selalu gue nanti-nantikan" seru Reynan dengan bahagianya.

"Terus kapan lo ngasih adik buat Arka?" tanya Reynan membuat senyum Rio memudar.

"Doa'in aja. Rencananya minggu depan gue ke Palembang sekalian bulan madu kedua" jawab Rio pelan.

Reynan menepuk bahu sahabatnya, "Semangat, Bro. Jangan nyerah. Lo harus cepet ngasih adik buat Arka. Gue doa'in dah" ucap Reynan dan diangguki oleh Rio.

"Perasaan ini sudah dua bulan gue berusaha. Kenapa Vania belum hamil juga? Padahal gue ngelakuinnya tepat di masa subur Vania" batin Rio bertanya. Ia saja dulu berbuat sekali langsung jadi Arka tapi mengapa sekarang harus butuh waktu yang lama.

🍃

Tepat hari ini Rio dan keluarga kecilnya akan berangkat ke Palembang. Rio harus menambah satu tiket karena mamanya menyewa baby sitter untuk menjaga Arka di sana.

"Buatin Mama cucu keempat ya?" bisik mamanya membuat Rio memutar matanya jengah.

Rio menatap ke arah istrinya yang sedang bermain dengan Arka. Entah mengapa ia tak yakin bisa memenuhi permintaan maminya? Rio hanya menganggukkan kepalanya sebagai jawabannya.

OUR LOVEWhere stories live. Discover now