Seventeen

45.6K 2.7K 89
                                    

Rio duduk di kantin bersama Reynan. Reynan begitu lahap memakan makanannya. Suasana kantin juga ramai karena ini jam makan siang.

Suara seseorang membuat Rio menghentikan makannya. Bukannya ia menguping tapi orang yang diceritakan oleh sekumpulan anak koas yang duduk di belakangnya membuat dia penasaran.

"Kalian tahu Gilsha, anak koas yang di poli mata?" ucap salah satu anak koas.

"Ya kenal lah, emang kenapa?"

"Kayaknya dia hamil dah" ucapnya.

Rio mengenyitkan dahinya bingung, "Hamil? Bagaimana Gilsha bisa hamil? Bukannya dia belum nikah" gumam Rio seraya melahap makanannya.

"Yang bener aja lo"

"Ah jangan hoax"

"Beneran, lihat aja perutnya. Gue tadi lihat dia muntah di toilet" ucap perempuan itu meyakinkan.

Reynan menatap Rio yang terdiam dengan kening berkerut, "Lo kenapa?" tanya Reynan membuyarkan lamunan Rio.

Rio menggeleng pelan, "Tidak" jawab Rio lalu memakan makanannya kembali.

Rio mengumpulkan anak koas yang ia bimbing setelah jam pulang. Ia memberikan pengarahan tugas untuk besok tapi pandangannya terus mengarah pada salah satu anak koas yang menundukkan pandangannya.

"Oke, sekian pengarahan dari saya. Kalian sekarang boleh pulang kecuali Gilsha" ucap Rio membuat anak koas lainnya bertanya-tanya.

Untuk apa pembimbingnya hanya tak memperbolehkan Gilsha pulang? Walau seperti itu mereka menuruti perintah pembimbingnya dan mulai satu persatu keluar dari ruangan meninggalkan Rio dan Gilsha.

"Bagaimana keadaanmu sekarang?" tanya Rio mengawali pembicaraan.

"Tidak apa-apa kok, Dok" jawab Gilsha pelan seraya tersenyun dengan wajah yang masih sedikit pucat.

"Kamu boleh tidak datang besok jika keadaanmu masih seperti ini" tawar Rio dan langsung dibalas gelengan oleh Gilsha.

"Tidak usah, Dok" jawab Gilsha spontan.

"Tapi kamu sama sekali tidak fokus dengan apa yang kamu kerjakan" ucap Rio kembali membuat Gilsha sontak terdiam.

"Boleh saya bertanya sesuatu?" tanya Rio membuat kening Gilsha berkerut.

"Iya"

"Apa kamu sedang hamil?" tanya Rio berhati-hati.

Gilsha menundukkan kepalanya lalu menganggukkan kepalanya pelan. Rio memejamkan matanya seraya mengepalkan tangannya, "Gimana itu bisa terjadi?" kesal Rio dan Gilsha hanya bisa menunduk bersalah.

--------------------

Rio menemani Arka yang ingin ke rumah pamannya. Siapa lagi kalau bukan Nafis. Ia bilang jika dia rindu dengan Iza.

Daripada tidak ada acara, akhirnya malam ini mereka mengadakan acara barbeque bersama. Rio sendiri sibuk memanggang daging bersama Nafis, sedangkan Vania dan kakak iparnya menyiapkan bumbu.

"Alka, Sakit tau!" keluh Iza menarik rambutnya yang dijambak oleh Arka. Bukannya melepaskan malah Arka semakin kuat menarik rambut sepupunya.

"Alka!" teriak Iza membuat Vania mengalihkan pandangannya.

Vania berjalan cepat ke arah Arka dan mencoba melerai. Memang Arka paling suka menarik rambut Iza yang dikuncir dua. Katanya seperti coboy yang naik kuda. Bapak sama anak sama saja.

"Ya Allah, Arka. Lepasin, Nak. Kasian Kak Iza" lerai Vania seraya membantu Iza melepaskan jambakan Arka.

"No, Ma!" tolak Arka yang masih berusaha menjambak rambut Iza.

OUR LOVEWhere stories live. Discover now