Ten

49.5K 2.7K 29
                                    

Vania tersenyum kecil merasakan tangan hangat yang melingkupi tubuhnya dari belakang dan hembusan napas pelan di ceruk lehernya.

"Tak usah dipikirkan lagi, biarlah mereka sendiri yang mengurusnya" gumam Rio pelan.

"Aku tau jika Nadia orang yang kuat, dia pasti bisa menghadapi itu semua" lanjutnya.

Vania menganggukkan kepalanya pelan. Walau ia baru mengenal Nadia kurang dari tiga tahun, tapi ia yakin Nadia adalah perempuan yang kuat dan tegar.

Ia sungguh tak percaya melihat suami Nadia tadi bermesraan dengan perempuan lain, padahal yang ia dengar jika Nadia tengah berbadan dua.

Baru beberapa kali ini dia bisa memeluk suaminya saat tidur seperti ini tanpa ada penengah di antara mereka. Tadi Rio menitipkan Arka ke Mbak Endah. Untung saja Arka mau dan menurutinya.

Vania menatap wajah suaminya yang tertidur pulas. Ia terus berpikir apakah dia harus menghentikan meminum pil KB nya? Tapi ia sungguh belum siap jika harus mempunyai anak lagi. Di sisi lain dia tak ingin menghancurkan harapan suaminya.

"Apa yang harus lo lakuin, Van?" batin Vania berteriak. Ia bimbang sungguh bimbang. Bolehkah ia berteriak secara langsung? Pikiran ini selalu berkecamuk setiap kali ia menatap wajah suaminya.

Pagi ini Rio berencana mengajak keluarga kecilnya ke restoran yang sudah ia rintis. Vania sendiri sedang sibuk memandikan putera kecilnya.

"Van, bisa nggak lebih cepet?" teriak Rio seraya memakai jam tangannya.

"Jangan teriak-teriak mulu, capek dengernya" seru Vania ikut berteriak.

Rio menatap Vania yang sibuk memakaikan baju untuk Arka. Terkadang ia berpikir untuk apa maminya menyewa baby sitter sedangkan Vania tetap melakukannya sendiri.

"Kak, jaga Arka dulu. Aku mau mandi" ucap Vania yang langsung menaruh Arka ke pangkuannya.

Arka menatap papanya dengan senyum manisnya membuat Rio langsung mencium pipi anaknya gemas.

"Anak siapa sih kok ganteng banget?" ucap Rio yang terus menciumi anaknya.

"Dasar amnesia" gumam Vania yang mendengar perkataan suaminya seraya berjalan ke arah kamar mandi.

Vania melihat ke sekeliling restoran dengan perasaan bangga. Walau suaminya lulusan kedokteran tapi ternyata suaminya mempunyai jiwa bisnis yang kuat. Mungkin turunan karena keluarga yang berasal dari keluarga pebisnis.

"Kamu pengen makan apa?" tanya Rio menatap istrinya.

"Arka pengen makan apa?" tanya Vania mengalihkan pandangannya ke arah Arka yang berada di pangkuannya.

Arka hanya diam dan lebih fokus membaca daftar menu yang ada membuat Vania memutar matanya jengah.

"Anak sama bapak sama aja" batin Vania.

"Mbak Endah?" panggil Vania mengarahkan pandangannya ke arah Mbak Endah.

"Samain aja sama Mbak kalo minumnya jus melon aja" jawab Mbak Endah dan hanya diangguki oleh Vania.

"Yaudah, gurame aja tiga. Minumnya jus alpukat 2, air mineral satu, sama jus melon" pesan Vania seraya membaca daftar menu yang dipegang anaknya.

"Jus alpukat dua buat siapa?" tanya Rio seraya mengernyitkan dahinya bingung.

"Ya buat aku semua lah, kalo mau, pesen aja sendiri" jawab acuh Vania.

Rio memanggil waiters dan memesan makanan yang mereka pilih. Setelah waiters itu pergi, tak selang beberapa lama seorang memakai kemeja biru muda dipadupadankan dengan celana kain hitam mendekat ke arah mereka.

OUR LOVEWhere stories live. Discover now