Fifty One

41.6K 2.4K 86
                                    

Rio benar-benar serius untuk menyelesaikan masalah ini. Ia tak peduli mengeluarkan uang yang cukup banyak untuk mengalahkan orang yang sudah mencari masalah dengannya, apalagi berhubungan dengan keluarganya.

Rio melajukan mobilnya dengan cepat menuju rumah Vino. Ia baru saja dihubungi oleh Vino bahwa ia sudah menemukan bukti yang mengarah pada pelakunya.

Rio tersenyum pada perempuan paruh baya yang menyambut kedatangannya. Ia menyalami perempuan itu sebelum ia melangkahkan kakinya masuk.

Rio melihat ada lima orang yang duduk bersama Vino di ruang tamu mengarahkan pandangan ke arah dirinya. Ia menyalami mereka semua sebelum ia mendudukkan dirinya di samping Vino.

"Bagaimana?" tanya Rio pada Vino.

"Kita sudah mendapatkan nomer plat  orang-orang yang selalu mengawasi Arka di sekolah lewat cctv sekolah. Lalu mereka mencari alamat plat ini dan mengarah ke Jakarta Timur" jelas Vino menunjukkan bukti cctv di laptopnya.

"Lalu di mana tempatnya?" tanya Rio tak sabaran.

"Kita tidak bisa langsung ke alamat ini. Mereka berpindah-pindah tempat jadi masih belum pasti" jelas Vino.

Rio mendesah pelan sembari menyadarkan punggungnya, "Bos, ini dia" ucap salah satu orang tersebut sembari mengarahkan laptopnya pada Vino.

Vino mengerutkan dahinya memperhatikan secara seksama hasil video yang ditunjukkan oleh orang kepercayaannya. Rio menegakkan posisi duduknya dan ikut memperhatikan video itu.

"Lihat waktu di beberapa video ini" ucapnya menunjukkan waktu di video itu.

"Waktunya sama" gumam Rio.

"Berarti kita harus tepat saat jam pulang sekolah buat nangkap tuh orang" ucap Vino dan diangguki semua orang.

Vino mulai menjelaskan apa rencananya pada semua orang. Ia menjelaskan secara rinci dan siapa saja yang akan terlibat. Rio sempat menolak rencana itu karena melibatkan Arka juga. Tapi atas bujukan Vino, akhirnya Rio menganggukkan kepalanya menyetujui.

Rio, Vino, dan Arham mulai ada di posisi mereka untuk mengawasi dari jauh. Mereka mengerahkan beberapa orang suruhan mereka yang nantinya akan menangkap penjahat itu.

"Apa Arka akan baik-baik saja?" tanya Rio khawatir.

"Lo tenang aja, Arka juga gue anggap jadi anak sendiri. Jadi, nggak bakalan gue bahayain dia" jelas Vino sedikit kesal.

Mereka mulai fokus untuk mengawasi kembali. Rio beberapa kali memejamkan matanya berdoa untuk keselamatan Arka.

Rio melihat Arka yang keluar dari gerbang sekolah menoleh kanan kiri menunggu seseorang. Ia memang yang menyuruh Arka biasa saja seperti biasa dan bodyguard yang selama ini menjaga Arka, ia kerahkan nantinya untuk menangkap penjahat-penjahat itu.

Vania berkali-kali mendial nomer Rio tapi selalu tidak aktif. Ia khawatir dengan apa yang direncanakan. Rio kemarin sempat menelpon dirinya memberitahukan jika ia akan menangkap orang-orang yang selama ini mengintai anaknya.

"Bentar, Alina. Mama mau telpon papa dulu" keluh Vania memberikan pengertian karena Alina sedari tadi menarik tangannya meminta untuk dibelikan ice cream.

"No, Ma! Ayo!" ajak Alina terus menarik tangan Vania. Vania menghela napas dalam lalu beranjak dari duduknya mengikuti ajakan Alina.

Rio mengepalkan tangan melihat gelagat orang yang sedang ia intai mulai mendekati Arka. Ia berniat untuk turun dari mobil tapi dicegah langsung oleh Arham. Arham menganggukkan kepalanya mengisyaratkan bahwa Arka akan baik-baik saja.

OUR LOVEWhere stories live. Discover now