Three

70.9K 3.5K 58
                                    

Vania menatap orang yang duduk berhadapan dengannya yang dandanannya begitu mencolok daripada yang lain.

Memakai dress merah darah selutut dipadupadankan dengan syal putih dilehernya dan gelang emas di pergelangan tangan kanan kirinya. Padahal kan ini arisan komplek bukan arisan kaum sosialita.

"Ibu-ibu, sekarang anggota arisan kita sudah bertambah satu orang, kenalkan ini namanya Mbak Ela" Bu Dewi, selaku bu RW serta ketua arisan memperkenalkan.

Bu Ela yang dimaksud langsung tersenyum manis membuat Vania jengah dibuatnya. Bukannya benci ya tapi perkataannya itu loh pedes banget.

"Halo ibu-ibu" sapa Mbak Ela dengan suara yang dilembut-lembutkan.

Vania hanya tersenyum singkat dan mengalihkan pandangannya ke arah Arka yang duduk dipangkuannya.

"Wah ternyata Bu Ela ini fashionable ya" cetus salah satu ibu-ibu.

"Ya tentu dong, Mbak. Fashion itu penting apalagi di jaman sekarang" jawab Mbak Ela membuat Vania muak dibuatnya.

"Haduh jadi saingannya Dek Vania ya" canda salah satu ibu-ibu membuat Vania hanya bisa tersenyum kecil.

"Bedanya Dek Vania ini sederhana tapi fashionable" imbuhnya.

"Kan suami saya kerja di perusahaan besar apalagi jadi manager pula. Jelas gajinya lebih gede" sahut Mbak Ela dengan nada angkuhnya.

"Contohnya ini, tas saya ini beli di paris waktu liburan bulan kemarin. Limited edition loh ibu-ibu" sombong Mbak Ela menunjukkan tasnya dengan bangganya. Sedangkan Vania hanya acuh tak memperdulikan.

"Udah-udah, arisannya dimulai dulu kalo mau bincang-bincang nanti saja ya" ucap Bu RW menengahi.

Vania hanya bisa diam saja mendengar kumpulan arisan komplek yang dipenuhi dengan kesombongan Mbak Ela. Mulai memamerkan tasnya, dress nya, kacamatanya, dompetnya. Aih sungguh membuat Vania muak.

'Sabar, Van' batin Vania menahan rasa kesalnya.

Tiga jam hanya mendengar ocehan Mbak Ela akhirnya berakhir juga. Vania sebenarnya ingin pulang lebih dulu tapi ia sungguh tak enak dengan ibu-ibu lainnya apalagi si punya rumah yang sudah menyiapkan banyak makanan.

Vania menidurkan Arka di tengah kasurnya. Mungkin ia kelelahan mendengar ocehan tidak berfaedah Mbak Ela seperti mamanya.

Ia mengelus kepala putranya dengan sayang. Vania sebenarnya masih tidak menyangka di usianya ke 26 tahun, ia telah memiliki seorang anak. Padahal dia dulu sempat berencana menikah saat sudah menginjak usia 27 tahun.

"Ma" panggil Arka terbangun dari tidurnya.

"Apa? Hem. Ayo tidur lagi" ucap Vania seraya menepuh paha Arka agar tertidur kembali. Sungguh sulit bagi Vania menidurkan Arka di siang hari.

"Cu" pinta Arka pelan dan dimengerti betul oleh Vania. Vania mendekatkan Arka pada dirinya, membuka kancing bajunya dan menyusui Arka. Arka begitu semangat meminum ASI nya, mungkin dia begitu haus setelah tiga jam menemaninya.

Memang sejak kecil Arka selalu diberi ASI olehnya tanpa bantuan susu formula. Vania memang ingin menyusui Arka sampai usianya genap 2 tahun sesuai anjuran dokter. Untung saja ASI nya cukup lancar.

Pernah sekali Vania memberikan susu formula pada Arka dan Arka langsung muntah setelah meminum susu itu.

Di lain tempat, Rio sedang membaca hasil pemeriksaan salah satu pasiennya. Seharusnya memang sudah waktunya untuk istirahat. Tapi Rio bersikeras ingin menyelesaikan pemeriksaannya dan pulang lebih awal.

"Andai saya punya jodoh seganteng dokter, pasti saya betah deh" ucap pasien yang sekarang duduk di hadapannya.

Pasien cantik berusia 20 tahun dari tadi memang melontarkan pujian terus pada Rio. Walau sudah punya buntut satu, tapi pesona Rio masih begitu memancar.

OUR LOVEWaar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu