Twenty Nine

42.7K 2.6K 211
                                    


Tiga Tahun Kemudian.........

Rio berjalan cepat ke arah ruang operasi bersama dengan dua perawat yang ada di sampingnya. Ia hampir saja lupa jika ada operasi hari ini padahal ia sudah berencana akan mengantarkan dan menemani Arka di hari pertamanya masuk sekolah PAUD.

Ia begitu bersyukur karena ada sang mama yang suka rela mengantarkan dan menemani anaknya walau tadi ia harus bersusah payah membujuk Arka agar mau berangkat bersama omanya.

"Sudah dibius?" tanya Rio menormalkan pernapasannya dan diangguki oleh satu perawat yang sudah menunggu di ruang operasi. Rio mulai mengambil baju O.K lalu memakai sarung tangan dan langsung memulai operasinya.

Di lain tempat, Arka sudah memulai mode ngambeknya di awal masuk sekolah. Ia marah pada papanya yang lebih memilih pekerjaannya dari pada mengantarnya. Ia iri pada teman lainnya yang di antar mama, papa, ataupun keduanya. Lah dirinya malah diantar oleh omanya.

"Arka ayo masuk!" ajak omanya seraya menggandeng tangan Arka. Arka  melepaskan tangannya paksa lalu bersendekap dada.

"Ayo, Arka. Katanya pengen sekolah?" bujuk omanya seraya berjongkok menyamakan tingginya dengan cucunya.

"No, Arka mau papa" tolak Arka seraya memalingkan wajahnya dari omanya.

Omanya hanya menghembuskan napas pasrah. Ia tahu jika cucunya sudah menolak maka akan sulit membujuknya walau membujuknya dengan makanan favoritnya tetap saja tidak mau.

"Alka" teriak anak perempuan yang berlari ke arah Arka membuat Arka mengalihkan pandangannya. Arka tersenyum melihat teman dekatnya sejak ia masih berusia dua tahun berlari ke arahnya.

"Dea" panggil Arka seraya tersenyum manis.

Omanya mengalihkan pandangannya ke arah pandangan Arka. Ia tersenyum ketika melihat Nadia yang berjalan mengikuti anaknya yang berlari mendekat ke arah mereka.

"Hai, Tante" ucap Nadia seraya mencium pipi kiri dan pipi kanan mama sahabatnya.

"Loh Dea kok sudah sekolah?" tanyanya seraya melihat ke arah Dea yang memeluk Arka.

Nadia tersenyum kecil, "Tante kayak nggak tau aja. Dea kan emang paling suka ngikutin Arka. Sampai dia maksa pengen sekolah di sini karena tau Arka daftar di sini" jawab Nadia membuat mama Rio terkekeh pelan. Mama Rio memang sudah menganggap Nadia seperti anaknya sendiri karena Dea begitu sering main ke rumah apalagi cucunya semua laki-laki.

Ia berharap jika Rio mau menikah dengan wanita yang ada di hadapannya. Menggantikan posisi wanita di masa lalu anaknya.

Setelah satu jam operasi, Rio langsung berlari ke arah parkiran. Memang hari ini ia meminta cuti untuk menemani Arka tapi ia lupa kalau ada operasi.

Rio hanya fokus tak mengindahkan banyak pasang mata yang mengarahkan pandangannya di koridor, yang terpenting sekarang ia cepat sampai di sekolah.

Rio menghembuskan napas lega sesampainya di depan sekolah anaknya. Ia melangkahkan kakinya masuk gerbang sekolah dan tak sengaja melihat mamanya dan Nadia yang duduk bersama di bawah pohon.

"Ngapain Nadia ke sini?" gumam Rio heran. Ia yakin jika Dea belum waktunya sekolah. Rio melangkahkan kakinya kembali mendekat ke arah mereka.

"Ma" panggil Rio seraya menyentuh bahu mamanya membuat Mamanya tersentak kaget.

"Ya Allah, Rio. Mama kaget" ucap Mama Rio seraya mengelus dadanya membuat Rio terkekeh pelan.

"Udah selesai?" tanya Mamanya membuat Rio menghentikan kekehannya. Rio menganggukkan kepalanya sebagai jaeaban atas pertanyaan mamanya.

OUR LOVEWhere stories live. Discover now