Twenty two

36.9K 2K 70
                                    

Rio mengalihkan pandangannya mendengar pintu rumah terbuka. Ia tersenyum melihat orang yang sedang ditunggunya sedari tadi.

Rio berjalan mendekat ke arah istrinya yang sedang menggendong Arka, "Kamu kemana aja kok lama banget?" tanya Rio seraya mengambil Arka dari gendongan Vania.

Vania tersenyum paksa, "Aku tadi kan udah bilang kalo aku ke rumah Erisa, eh aku malah keblablasan sampai jam segini" alibi Vania.

Rio menganggukkan kepalanya mengerti, "Itu apaan?" tanya Rio melihat kantong plastik hitam yang dibawa oleh Vania.

"Oh ini tadi aku lewat penjual mie ayam favorit Kakak itu loh jadi sekalian aku beliin" jawab Vania.

"Yaudah, aku mau ganti baju dulu" pamit Vania dan diangguki oleh Rio.

Rio dan Vania duduk berdua menonton televisi seraya memakan mie ayam. Arka sendiri sudah pulas tertidur setelah disusui oleh Vania.

"Kamu ke rumah Erisa ngapain?" tanya Rio mengawali pembicaraan.

"Oh itu tadi mamanya Erisa ke Jakarta terus katanya kangen sama aku jadi ya aku ke sana. Kan udah lama nggak ketemu" alibi Vania dan diangguki oleh Rio.

"Oh ya tadi Kakak pulang jam berapa?" tanya Vania mengalihkan pembicaraan.

"Jam setengah enam soalnya tadi harus ketemu Papa dulu" jawab Rio dan diangguki oleh Vania.

-----------------

Rio memperhatikan wajah Vania yang tertidur pulas di sampingnya. Wajah cantik yang pertama kali ia lihat saat bangun tidur di pagi hari dan juga saat akan tidur di malam hari. Wajah yang begitu menenangkan untuknya.

Rio merebahkan tubuhnya menatap langit-langit kamarnya. Pikirannya terus berkecamuk memikirkan sesuatu yang terus membuatnya curiga.

"Kira-kira itu parfumnya siapa?" batin Rio terus bertanya.

Ia tadi tak sengaja mencium wangi parfum itu ketika mengambil alih Arka dari gendongan Vania. Ia yakin Vania tak memakai parfum ini karena ini bau parfum laki-laki.

Ketika ia memeluk Nafis, wangi parfumnya tak seperti ini. Reynan, Papa mertuanya, papanya, Vino, bahkan Kakak iparnya juga tak memakai parfum dengan wangi yang ia cium dari baju istrinya.

Rio memejamkan matanya mencoba mengenyah pemikiran negatif yang bersarang dalam pikirannya. Ia yakin Vania tak melakukan hal yang begitu ia benci.

-------

Rio memutar ponselnya seraya berpikir keras. Hari sabtu ini pekerjaannya cukup lenggang tak seperti hari biasanya, jadi ia bisa sedikit menyegarkan pikirannya di kantin rumah sakit.

Jujur saja ia curiga dengan tingkah laku Vania tiga hari belakangan ini. Istrinya selalu meminta izin padanya untuk pergi ke rumah Erisa dan pulang malam.

Setiap kali ia bertanya, Vania pasti selalu mempunyai jawaban berbeda-beda. Mulai dari mama Erisa yang rindu dengannya, Erisa mengadakan acara makan malam, dan seperti pesan yang barusan ia baca, katanya membantu Erisa mencari oleh-oleh untuk mamanya.

Ia juga dibuat kalang kabut ketika ia berusaha menelpon istrinya tapi hanya operator yang menjawabnya.

"Lagi mikir apaan lo?" tanya seseorang membuat Rio tersentak.

Ia memutar matanya jengah ketika melihat Reynan yang berada di hadapannya, "Nggak mikir apa-apa" elak Rio dengan nada santainya.

"Halah, jujur saja sama gue" desak Reynan. Ia tahu jika sahabatnya sedang memikirkan sesuatu.

OUR LOVEWhere stories live. Discover now