Bagian

75 5 0
                                    

Saat Zirap Sero Pack mengalami guncangan hebat hingga menewaskan banyak bangsa werewolf, keadaan Yon tidak lebih baik dari yang lain. Monster pohon yang sedang dia hadapi seorang diri, sama sekali tidak berniat kalah darinya. Berulang kali serigala gagahnya melompat menyerang. Tetapi nihil, usahanya seolah tidak membuahkan hasil.

Yon kini beralih ke bentuk humannya. Tangan menyeka keringat yang bergulir turun dari dahi hingga ke lehernya. Mendadak kerongkongan pria itu mengering, meski sejatinya dia sama sekali tidak membutuhkan air. Namun entah mengapa, dia justru dapat merasakan perasaan manusiawi tersebut padahal dirinya adalah seorang werewolf.

Mungkinkah ini salah satu efek setelah berhadapan dengan musuhnya saat ini?

"Alpha, mungkin lebih baik bila Anda mundur dan biarkan aku yang maju sekarang. Aku pikir Anda butuh istirahat." Dari dalam barrier, suara Stick terdengar cemas. Sejatinya, Yon tahu apa yang tengah dikhawatirkan si tongkat, namun diapun tidak bisa membiarkan apa yang sudah menjadi mangsanya ditangani oleh orang lain.

Yon tidak meragukan kemampuan Stick. Mungkin saja dia memiliki rencana yang mumpuni untuk mengalahkan musuh. Namun sekali lagi, Yon tidak bisa melakukannya. Apa yang sudah dia mulai harus dia selesaikan sendiri. Dia telah bertekad untuk menghancurkan keberadaan monster itu, maka tidak akan ada yang bisa menghalanginya.

Mungkin dia dapat mempertimbangkan bila Stick hanya ingin bergabung bersamanya. Tetapi, Yon tentunya tidak akan menyetujuinya. Isabel akan berada dalam barrier seorang diri sementara pelindung tanpa keberadaan Stick sebagai pencipta, akan lemah dan dapat dihancurkan hanya dalam sekali serangan.

Stick semakin cemas. Yon melarangnya berganti. Jika kondisinya tetap seperti ini, bukan tidak mungkin mereka akan kalah dan musuh bisa saja mengubah mereka bertiga menjadi bunga iblis.

Sampai kemudian, Yon yang benar-benar tidak tahan dengan pergulatan yang terus berlangsung tiada henti, akhirnya memilih mengerahkan semua sisa kekuatan.

Serigalanya meliuk-liuk bagai kilatan cahaya di tengah-tengah tumbuhan Bunga Iblis Merah. Cepat dan juga kuat. Mendadak bunga iblis yang dilaluinya mati dan dan layu. Tampaknya, sang Alpha mengakalinya dengan hal lain. Sembari berlari dalam kecepatan tinggi, tak luput semprotan dari darah Isabel dia layangkan.

Begitu berada tepat di depan musuh, serigalanya melompat tinggi dan menyerang langsung ke arah depan. Yon beralih bentuk sesaat setelah dirinya masuk ke dalam mulut monster pohon.

Di sisi lain, Stick seketika berdiri. Tongkat itu berteriak keras dan menyerukan nama sang Alpha. Mendadak rupanya memucat saat berpikir Yon telah tiada.

"Alpha!!"

Sekali lagi, tongkat itu berseru memanggil. Tidak ada tanggapan. Stick kemudian melirik Isabel yang masih tidak sadarkan diri. Dia berharap wanita itu akan terbangun dan segera menolong sang Alpha.

"Oh tidak! Apa yang harus aku lakukan?" Lengan kayu tongkat itu meremas dinding barrier. Kemelut yang penuh kegelisahan membayanginya.

Namun, ketika Stick sedang berdebat dengan pemikirannya sendiri, mendadak monster pohon yang telah menelan Yon meledak dan hancur menjadi kepingan batang kayu yang tidak utuh. Stick terbelalak dengan raut terkejut. "Apa yang terjadi?" dia bergumam. Tatapannya mengunci keberadaan musuh yang telah binasa.

Sampai akhirnya, maniknya memicing tatkala mendapati satu kilatan cahaya menerus turun ke bawah dan ikut meledakkan bunga iblis di sekitarnya. Polanya melingkar sementara bunga lain tidak bisa memasuki tanah yang telah terkena ledakan.

Bergegas tongkat itu memindahkan bola barrier. Memaksanya bergerak menuju lokasi di mana ledakan keras terjadi. Raut tak percaya semakin terlihat jelas di rupanya. Lingkaran ledakan yang terjadi menimbulkan efek yang cukup mengerikan. Beberapa bunga iblis layu seketika, padahal mereka hanya terkena bara api ledakan.

"Alpha Yon!" Stick berteriak kembali. Masih tidak ada jawaban, dan karenanya Stick kian cemas. Bagaimana jika Yon ikut meledak bersama musuh? Namun, pemikirannya terbantahkan tatkala mendapati satu sosok tubuh. Lokasinya tepat di tengah-tengah ledakan sementara tubuh itu sedikit tertimbun puing-puing kayu.

Bergegas Stick mendekat. Dia menduga itu adalah Yon. Namun, semakin dekat dia dengan sosok itu, kian berdebar pulalah perasaanya. Bagaimana jika yang tersisa di sana hanyalah tubuh tanpa jiwa? Bagaimana bila Yon telah berakhir dan kembali ke alam lain bersama Alpha Kilian?

Mengingat bunga iblis tidak bisa mendekati lokasi ledakan, Stick mengambil kesempatan. Dengan terburu dia keluar dari dalam barrier dan melangkah tergopoh menghampiri Yon.

"Alpha, Anda baik-baik saja?" Ketika Stick meraih tubuh itu, sama sekali tidak ada pergerakan. Berulang kali si tongkat memberi guncangan, berharap dengan begitu Yon dapat sadarkan diri. Kendati bagian tubuhnya masih utuh, tetapi hampir sebagian kulit luarnya mengalami luka bakar yang cukup serius.

Stick mulai skeptis jika Yon masih hidup.

"Alpha!" Suaranya mulai terdengar parau. Ada pengharapan besar bahwa seseorang menanggapinya, dan sosok itu adalah Yon. Sayangnya, waktu terus berjalan dan Yon masih juga tidak bereaksi.

Stick lalu melirik ke arah barrier di mana tubuh Isabel tengah berbaring. Dengan tatapan muram, Stick bergumam, "Isabel, Alpha Yon telah tiada."

***

Koak!

Koak!

Detik itu juga kedua manik Zigot terbelalak terbuka. Di dasar rawa yang gelap, bayangan Yon seolah terlintas di benaknya lalu menariknya kembali ke alam kesadaran. Tangannya bergerak cepat mendayung, dan dia mulai berenang ke dasar. Di sisi lain, ketika dia mendapati sosok Alpha Daniel yang masih tenggelam di bawah rawa, dia bergegas menghampiri. Ditariknya pria itu lalu membawanya ikut ke permukaan.

Napas Zigot tersengal tidak beraturan. Tubuhnya bersandar di batang pohon tidak jauh dari rawa. Di sampingnya, tubuh Alpha Daniel terbaring tidak sadarkan diri.

Apakah Yon baik-baik saja? mendadak kata itu terlintas di benaknya.

Sampai kemudian, tubuh pria itu bergegas masuk ke dalam semak, sementara tubuh Daniel dia tutupi dengan daun-daun kering. Dua detik setelahnya, sekumpulan monster berwajah menyeramkan melintasi kawasan itu. Langkah mereka terburu dan cepat. Zigot mulai berpikir bahwa musuh hendak mencari keberadaannya, tetapi anggapan itu mendadak hangus sesaat setelah Zigot menyaksikan para monster justru menghilang di balik pusaran angin yang muncul dengan tiba-tiba.

Sudah pasti, itu adalah portal.

Zigot keluar dari persembunyiannya. Mendapati fakta bahwa pulau ini telah kosong tanpa keberadaan satupun musuh, Zigot mulai mengeluarkan tubuh Alpha Daniel.

Meski cukup terlambat, tetapi Zigot tetap menekan dada Alpha Daniel untuk membantu pria itu mengeluarkan air dalam paru-parunya.

Cukup lama Zigot bergelut dalam pertolongannya itu, sampai kemudian hasilnya mulai terlihat. Alpha Daniel terbatuk keras sementara Zigot bergerak memiringkan kepada sang Alpha agar air yang dia muntahkan dapat keluar dengan maksimal.

"Alpha, Anda baik-baik saja?"

Alpha Daniel melirik keberadaan Zigot. Pria gagak itu menatapnya dalam balutan kekhawatiran yang nyata. Inginnya Daniel segera merespon dan mengakhiri kecemasan Zigot, tetapi dia bahkan belum bisa sepenuhnya mendapati kesadarannya.

Di menit berikut, pria itu baru bisa menegakkan tubuh dan duduk sembari bersandar di batang pohon. "Zi, apa yang terjadi?" Manik pria itu berotasi menatap sekeliling. Tidak ada yang dia dapati selain keadaan sekitar yang tampak lengang, tanpa satupun musuh. "Di mana para monster itu?"

Namun, mimik wajah Zigot justru menampakkan keseriusan.

Sejurus kemudian, dia menjawab dengan gelengan samar, "Aku tidak tahu. Tetapi, aku menduga mereka ditarik mundur. Kemungkinan besar Derek ingin membuat rencana lain." Tatapan Zigot berlatih ke arah di mana sebelumnya para monster menghilang bersama pusaran angin. "Aku yakin, setelah ini, serangan besar pasti akan datang," ujarnya.

Ya, mereka harus bersiap-siap dengan kemungkinan ini.





















Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now