Bagian 94

73 7 2
                                    

Ribuan burung elang beterbangan sementara beberapa di antaranya hinggap di pulau Duu. Yon bisa merasakan genderang aneh begitu menyaksikan fenomena yang terbilang tidak biasa tersebut. Ada gerangan apa hingga burung pembawa informasi sampai diterbangkan sebanyak ini, pikirnya. Firasatnya tidak condong ke arah hal yang buruk tetapi justru sebaliknya, tetapi ia tidak ingin mengambil kesimpulan terlalu cepat untuk menghindari tancapan duri di hatinya kelak.

Ia jelas tidak ingin kecewa dengan harapan yang terlalu tinggi.

Tangan pria itu bergerak cepat menarik kertas dari dalam kotak kecil di punggung si elang putih. Tidak ada mimik berarti di wajah sang Alpha, namun kesan tegang cukup tergaris di sana meski sekilas terlintas. Begitu kertas putih itu membuka, sementara Yon membacanya dengan teliti, kontan saja raut kegembiraannya terbentuk. Ia tidak berpikir lagi untuk menghentikan pencariannya lalu bergegas meninggalkan hutan barat. Langkah yang ia bawa tampak terburu sekaligus tegas. Bahkan ketika ia merasa dirinya berjalan terlalu lamban pun, ia seketika mengubah diri menjadi serigala kemudian melesat bagai kilatan cahaya membelah hutan di siang hari.

"Alpha!!"

Langkah Yon tertahan sedang tubuhnya berbalik arah ke sumber suara. Dua meter dari tempatnya, ia bisa melihat Alpha Kilian dalam wujud serupa berlari menghampirinya. Rautnya terlihat antusias dan Yon jelas menyadari hal apa yang membuat pria itu sesenang itu. Yon paham betul sebab sekarang ia pun merasakan hal serupa meski dirinya sendiri tidak bisa menampik kekecewaan mengingat bukan kelompoknya yang menemukan tanda bulan.

Namun ini tetap saja kemajuan yang baik.

Napas Alpha Kilian tampak tidak beraturan ketika ia masih memaksa untuk mengutarakan kalimatnya dengan tergesa, "Alpha Yon ... aku baru saja mendapati elang putih—"

"Aku tahu," potong Yon.

Kedua manik Alpha Kilian terbelalak. "Jadi, ini benar?!" Ada ketidakyakinan ketika nada suara itu terlontar dari dalam mulut sang Alpha. "Aku baru saja ingin memastikan keaslian informasi ini sebab berpikir hanya aku yang mendapatkannya."

Yon terkekeh. "Tenang saja, aku juga mendapati hal serupa." Telunjuk pria itu mengarah ke atas langit. Burung-burung elang masih berterbangan hingga berbaur dengan awan putih, tampak tidak jelas. "Aku menyadari ini bukan kabar biasa setelah menyaksikan burung penting ini diterbangkan hingga sebanyak ini."

Kendati demikian, Alpha Vraco tampaknya tidak cukup senang dengan fakta tersebut. Mimik wajahnya sudah sangat jelas menampakkan hal itu. "Apakah dengan mengirimkan keributan semacam itu—mengirim elang terlalu banyak—tidak akan membuat musuh mengetahui langkah kita?"

Alpha Yon tahu jelas apa yang sedang Alpha Kilian maksud. "Kamu benar, tentu saja hal ini akan membuat musuh tahu, tetapi coba kita pikirkan lebih jauh, bahwa sejak awal musuh sudah bergerak selangkah lebih di depan kita. Kemungkinan besar, bahkan tanpa kita beritahu pun mereka akan tahu apapun pergerakan kita."

"Tetapi tetap saja ...," Alpha Kilian tidak meneruskan kalimatnya. Hatinya berontak ingin menyampaikan banyak hal tetapi ia seolah kehilangan kemampuan berbicara untuk mengutarakan semua pemikirannya. Dan sekali lagi, ia tidak bisa. Kata-katanya menggunung seolah menumpuk di ujung lidah tanpa bisa jatuh dan keluar.

Yon menarik napas. "Untuk sekarang mari kita kembali ke kemah dan menemui Isabel. Kemungkinan wanita itu sudah ada di sana sekarang."

Kilian akhirnya mengangguk dan mereka meninggalkan tempat itu dengan cepat.

***

"Sayang ...," Kalimat itu tidak berhasil diteruskan. Yon menyengir lebar begitu mendapati raut wajah Isabel berubah berang saat mendengar sang Alpha mengucap kata itu. "Ehm, Isabel, sepertinya saat ini kita perlu berunding," koreksi Yon setelahnya.

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now