Bagian 75 Peliharaan Spesial

70 7 0
                                    

"Kalian sudah aman sekarang."

Suara gadis itu terdengar lembut. Maniknya yang teduh menatap Isabel dan Yon yang kini terbaring di atas tanah sementara Kilian terbujur tidak jauh di samping mereka. Si gadis kemudian tersenyum, lalu berjongkok sembari menatap Isabel lamat-lamat. Diusapnya rambut wanita itu dengan sayang seraya mengantarkan perasaan hangatnya yang tidak biasa. Sesaat kemudian jemarinya berpindah. Mengelus wajah Yon sembari kedua bola matanya berbinar bahagia.

Ia bergumam, "Aku selalu mengawasi kalian. Jangan kecewakan aku," ucapnya.

Dan begitu kalimat itu berakhir, sosok itu pun lenyap. Menghilang tanpa sisa keberadaan sedikitpun. Di saat yang sama, Yon pun membuka kedua mata dan kontan terkejut begitu mendapati keadaan sekitarnya setelah luluh lantak tak berbentuk. Tetapi di sisi lain, ia mengambil napas lega saat menyadari Isabel dan Kilian baik-baik saja.

Untuk sesaat pria itu meringis. Merasai rasa pusing yang tiba-tiba saja menghampiri kepalanya. Ada sekelebat bayangan pun kilasan mengenai kejadian terakhir yang terjadi kepadanya. Sontak, maniknya terbelalak begitu teringat bahwa dirinya telah tertelan cahaya aneh yang berasal dari pohon kuning yang nyatanya adalah musuh.

Yon segera beranjak dari posisinya, kemudian mengitari keadaan sekitar untuk mencari keberadaan musuh. Sayangnya, ia sama sekali tidak menemukannya. Langkah pria itu lalu beralih ke arah kawah-kawah yang telah terbentuk entah karena apa. Detik berikutnya, Yon justru tersenyum saat memikirkan jika kemungkinan Isabel lah yang telah melakukan hal ini. Siapa yang tidak kenal gaya bertarung wanita itu. Semua yang ia lakukan dalam pertarungan akan mengakibatkan kawah. Entah karena ia yang melakukannya sendiri, atau justru musuh yang terpancing untuk melakukan hal serupa.

"Alpha ... Yon?" Sebuah suara terdengar dari arah belakang. Dalam getarannya, tampaknya si pemilik suara sendiri tidak yakin dengan apa yang dikatakannya. Keragu-raguannya terlalu kentara untuk Yon lewatkan.

Sang Alpha kemudian berbalik, lantas menemukan sosok Kilian yang kini sedang menatapnya kebingungan, namun di detik berikutnya raut wajah pria itu sontak berbinar saat menyadari dugaannya tidaklah salah.

"Anda sudah sadar Alpha Kilian?" Yon bertanya. Langkahnya mantap mengarah kepada pria itu. Setelah memastikan jika Kilian terlihat baik-baik saja, Yon kemudian beralih kepada Isabel. Wanita itu sama sekali belum menunjukkan tanda-tanda akan tersadar. Kendati demikian, Yon bersyukur bahwa wanita itu tidak mengalami luka luar yang parah. Tangan sang Alpha kini bergerak mengusap wajah Isabel, membersihkan sisa darah di sana.

"Apa yang terjadi sebenarnya?" Kilian sama bingungnya. Jelas saja, bagaimana mungkin ia tidak terkejut begitu terbangun ia lekas mendapati kondisi sekitarnya berubah semrawut. Lubang-lubang tanah yang dalamnya tidak bisa ia perkirakan, pepohonan yang nyaris tidak bersisa, dan jangan lupakan tanah basah seolah-olah tempat ini baru saja diterjang banjir dahsyat.

Pada dasarnya, tempat itu memang baru saja terkena tsunami yang cukup hebat. Mereka saja yang tidak menyaksikannya secara langsung.

"Aku rasa, musuh mencoba menawan kita berdua." Yon mengamati Isabel lantas mengusap wajah wanita itu dengan sayang. "Sementara Isabel yang menyadari kita dalam bahaya, sudah pasti mencoba yang terbaik untuk menyelamatkan kita." Pria itu kini menatap sekelilingnya. "Hanya dengan melihat kerusakan ini, aku sudah cukup tahu bahwa Isabel pun telah mempertaruhkan nyawa."

Kilian termenung. Apa yang Yon utarakan benar-benar membuatnya tercengang. Jelas, itu antara takjub dan tidak percaya. Ia mulai bertanya-tanya, siapakah sosok Isabel ini sebenarnya. Bagaimana mungkin ia dapat melakukan hal semacam ini?

Kilian jelas tidak bisa menyangkal bahwa musuh mereka sebelumnya pasti amatlah kuat, terbukti bahwa Yon saja tidak bisa menghindar dari serangannya, kendati Kilian pun tahu hal itu terjadi karena fokus sang Alpha teralihkan karenanya.

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now