Bagian 35

93 10 0
                                    

Gema teriakan keras seketika terdengar mengisi lokasi pertempuran seolah ingin memecah gendang telinga. Pekikan nyaring nan melengking itu umpama tombak tak kasat mata yang seakan terhunus lalu menembus kepala hingga meledak. Sementara di sisi lain, baik Zigot maupun Yon, keduanya tidak memiliki pilihan selain bergegas menutup telinga dengan kuat.

Siapa yang akan menduga jika teriakan Isabel akan sekeras ini hingga berdampak kepada orang lain di luar barrier. Rasa sakitnya seolah membungkus kepala kemudian menerus turun ke seluruh tubuh.

Kini, masing-masing dari mereka telah bersimpuh di atas puing bangunan beradu pasir sementara tangan masih bertengger menutup akses pendengaran. Yon mulai menggeliat tidak menentu saat lengkingan suara Isabel yang seolah berubah menjadi ribuan belati, menusuknya lalu memancarkan rasa sakit luar biasa di sekujur tubuh terlebih bagian kepala.

Napas sang Alpha mulai terasa pendek. Tubuhnya mengejang seiring teriakan wanita itu yang kian mengeras. Meski demikian, Isabel sama menderitanya. Ia terlihat kesakitan, tampaknya barrier bercahaya aneh yang sengaja Stick ciptakan telah menyakitinya.

Kendati sebelumnya Zigot pun ikut merasakan sakit, tetapi kondisinya tidak sampai separah Yon yang kini telah menggelepar.

Mungkinkan karena keduanya terhubung oleh tanda di leher Isabel?

Namun seharusnya hal itu tidak berdampak terhadap Yon.

Lalu mengapa Yon sampai sesakit itu?

Setelah menguasai diri dan mulai terbiasa dengan suara menyakitkan milik Isabel, Zigot segera menghampiri Yon sementara sang Alpha tidak lagi sadarkan diri. Pria itu meluruh lemah tak berdaya. Wajahnya yang biasa tegas dan penuh kesombongan kini memucat tanpa binar.

"Yon! Sadar lah!"

Bahkan ketika Zigot mulai berteriak memanggilnya, sama sekali tidak ada respon dari pria itu. Melihat kondisi Yon yang amat tidak biasa ini jelas telah mengundang kegundahan si Gagak. Tidak pernah sekalipun sang Alpha mengalami hal demikian.

Di sisi lain, ketika kedua manik Zigot kembali mengarah kepada Isabel, ia mendapati wanita itu masih dalam kondisi yang serupa. Berteriak sembari mencakar tubuhnya sendiri.

Mereka semua tidak lebih baik.

Zigot kemudian bergerak memapah Yon lalu menghampiri Stick yang masih berdiri kokoh untuk mempertahankan barrier tetap seimbang. Dan karena keseriusan di wajahnya tergambar dengan jelas, Zigot tidak memiliki pilihan selain diam dan menunggu hingga si Tongkat selesai dengan pekerjaan beratnya itu.

Meski hanya melihat, tetapi Zigot telah mengambil garis besarnya, bahwa kemungkinan besar Isabel bukan lagi Isabel yang selama ini mereka temui. Lihat saja perubahan fisiknya yang jauh lebih mirip dengan monster berlumuran darah berwarna hitam. Bau busuk yang menyengat pun menguar dari dalam tubuhnya bahkan jika ia sedang terkurung di dalam lapisan pelindung.

Pandangan si Gagak kemudian berotasi. Maniknya lalu menyipit ketika melihat gumpalan daging hangus terenggok di atas pasir. Mereka diam, tanpa satu pergerakan apapun.

Itu Bunga Iblis Merah.

Diletakkannya tubuh Yon di atas puing bangunan sementara ia bergegas mendekati Bunga Iblis Merah. Bentuknya yang tidak lagi utuh telah memberi gambaran jelas bahwa bunga itu sungguh mengalami perlambatan regenerasi karena darah Isabel.

Zigot tidak bisa menyimpulkan atau memberi spekulasi mengenai kapan tepatnya bunga itu akan memulih kembali. Tetapi yang ia tahu, mereka harus memanfaatkan situasi ini untuk melarikan diri.

Namun jelas, setelah Isabel kembali dalam kondisi normal tentunya.

Tangan pria kecil itu langsung saja bergerak cepat menutup hidung dengan kuat. Bau menyengat yang amat mengganggu dan benar-benar menusuk telah menjangkau indera penciumannya. Rasanya bagai dihujani ribuan jarum tak kasat mata hingga terasa ke ubun-ubun. Zigot sampai terbatuk karenanya.

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now