Bagian 70 Keindahan yang Berbahaya

90 6 0
                                    

Pagi kemudian, burung elang kesayangan Yon akhirnya tiba kepadanya. Sayap burung itu mengepak beberapa kali sebelum akhirnya bertengger dan hinggap di lengan sang Alpha. Betapa riangnya Yon saat mendapati hal itu, dan karenanya ia telah membuka kotak suratnya dengan tergesa.

Sementara Isabel yang berdiri di sisinya hanya bisa mengernyit saat mendapati bagaimana perubahan aroma pria itu berganti begitu cepat, hanya karena ia membuka surat dalam genggamannya. Binar wajahnya yang semula sendu, kini berseri tak terhingga. Jika Isabel menduga dengan tepat, maka pria itu kemungkinan baru saja mendapatkan kabar baik. Itu kian terbukti saat Yon akhirnya menoleh lantas menatap Isabel sembari tersenyum.

"Isabel," panggilnya. Isabel tahu, pria itu sangat ingin memeluknya sekarang. Kilat dan gestur tubuhnya menunjukkan itu semua dengan jelas, namun tampaknya, Yon menyadari jika Isabel enggan disentuh. Karena itulah Yon akhirnya bergerak mundur serta menurunkan kembali tangannya yang telah terentang, lalu berkata, "aku baru saja mendapatkan kabar baik. Ada dua hal. Pertama, mereka berdua baik-baik saja, jadi perasaan cemas yang aku rasakan sebelumnya tidak ada kaitannya dengan hal ini. Kedua, Luce ...," Yon menahan kalimatnya. Di satu sisi, pria itu tidak bisa menyembunyikan perasaan terkejutnya ketika tiba-tiba saja Isabel yang berdiri di hadapannya mendekat lantas memeluknya dengan pelan.

Wanita itu berbisik, seolah dirinya lah yang akan melanjutkan kalimat Yon, "Aku tahu," ujarnya, "Luce baru saja menemukan Mate-nya. Jangan tanya mengapa aku tahu, sebab semua jawabannya sudah ada di raut wajah dan aroma tubuhmu, Alpha."

Yon masih belum terbangun dari ketidaksadarannya. Wajahnya masih sekaku sebelumnya sementara maniknya melotot bahkan ketika Isabel telah bergerak menjauh untuk menyudahi pelukan ringan itu.

Pria itu jelas tidak bisa menjabarkan perasaan apa yang sedang ia rasakan sekarang. Itu terasa bercampur sementara perutnya seolah dihinggapi ribuan kupu-kupu yang menari bahagia di sana. Apakah ini ilusi lagi? pikirnya. Pasalnya, tindakan Isabel yang dengan sukarela atau bergerak atas keinginan sendiri untuk memeluknya adalah sesuatu yang tidak mungkin. Selama ini, Yon lah yang kerap memaksakan kehendaknya kepada wanita itu, lalu ada apa sekarang?

Apa yang terjadi dengan Isabel belakang ini?

Wanita itu bertindak seolah-olah yang berdiri di hadapan Yon saat ini bukanlah Isabel yang asli.

Atau, apakah wanita itu sedang mempermainkannya?

Jadi, hal pertama yang Yon tanyakan ketika akhirnya kesadaran mulai menghampirinya, ialah, "Mengapa kamu memelukku?"

Sementara di sisi lain, Isabel justru menjawab seadanya dengan wajah tanpa dosa, "Karena aku ingin."

"Hah?" Yon benar-benar tidak habis pikir. "Kalau begitu, kemarin, mengapa kamu mendorongku padahal bukan aku yang memelukmu lebih dulu?"

Isabel terdiam. Wajahnya sama sekali tidak menunjukkan perubahan emosi yang signifikan. Hanya saja, Yon sempat yakin jika wanita itu sedikit melebarkan kedua maniknya yang tanpa binar. Sayangnya Isabel terlalu pandai menyembunyikan segala tingkah lakunya, dengan cepat ia mengubah kembali mimik wajahnya sekaku sebelumnya.

Yon kontan memicing curiga. Mungkinkah, jika Isabel memang melakukannya dengan tidak sengaja kemarin?

"Aku ...," Yon mengangkat alis saat Isabel menyebut namanya. Untuk sesaat mulut wanita itu membuka tetapi kemudian kembali terkatup rapat setelahnya. Nampaknya, ada yang hendak ia utarakan namun sesuatu telah menahannya.

"Ada apa?" Yon berusaha untuk terlihat tenang kendati sebenarnya ia mulai ketar-ketir menantikan apa yang sedang ingin Isabel ucapkan. Yon sangat ingin mendengar apa jawaban Isabel atas pertanyaannya sebelumnya.

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now