Bagian 38

93 10 0
                                    

Seperti yang Isabel katakan pada Yon bahwa mereka akan meninggalkan Desa Batu malam ini juga, benar saja, mereka pun sungguh melakukannya. Mengingat Simon masih akan bertahan mengikuti petualangan bersama yang lain, perbekalan kelompok itu tiba-tiba menjadi luar biasa banyak. Warga Desa Batu begitu mengapresiasi dan sebagai bentuk perhatian serta bantuan kecil, mereka memberi makanan yang bisa bertahan lama untuk dikonsumsi selama perjalanan, termasuk jenis obat-obatan.

Saking banyaknya, Zigot bahkan telah mengeluh sebab sudah pasti ia akan ikut membawa beberapa di antaranya. Sayangnya, ia bahkan tidak bisa menolak ketika melihat Yon yang tidak menunjukkan reaksi lain selain memintanya untuk menerima pemberian dari penduduk desa melalui tatapan matanya yang tajam.

Perjalanan malam ini sungguh dipercepat. Langkah yang mereka bawa seolah memanas dan mengeluarkan uap membarah yang memacu adrenalin mereka. Sementara Simon tidak punya pilihan ketika Luce membawanya berlari menggunakan bentuk serigalanya agar tidak ketinggalan rombongan.

Seakan tidak kenal lelah, mereka bahkan memilih untuk tidak mengambil istirahat hingga tiba di Desa Angin Hijau yang dipenuhi kincir.

Tidak banyak yang mereka lakukan di desa itu mengingat waktu yang kian memepet seolah menghimpit dan mendorong mereka untuk terus bergerak. Berikutnya rombongan itu kemudian beranjak pergi tepat setelah fajar tiba. Dalam waktu dua setengah hari kelompok itu akhirnya tiba di Kota Yeerk yang agung dengan tebing-tebing tinggi diapit pegunungan menabjubkan.

Suasana sejuk yang wilayah ini keluarkan seolah memberi sensasi ketenangan hingga merebak memasuki benak Isabel. Kota ini adalah yang paling ia gemari di antara yang lain. Sesaat setelah melihat bangunan tinggi  di antara celah perbukitan yang paling menjulang, wanita itu kemudian terdiam. Tiba-tiba saja ingatannya mengulang kejadian di mana sebuah serangan yang datang dari dua orang tidak dikenal, telah menyerangnya tanpa basa-basi.

Niat membunuh mereka yang amat pekat tercium membuat Isabel berpikir, bahwa siapa yang berada dibalik penyerangan itu mengingat keduanya tidak dikirim oleh Yon. Jadi, siapa orang di luar sana yang menginginkan kematiannya?

Apakah Isabel mengenalnya?

Tampaknya tidak. Isabel cukup yakin jika dirinya sama sekali tidak memiliki musuh lain setelah seratus tahun terakhir. Namun jika berpikir ia adalah salah satu keturunan orang-orang yang wanita itu serang di masa lalu? Bisa jadi. Hanya saja, akankah mereka dapat bertahan hidup setelah terjadinya perang besar di dunia Sera Land?

Seingat Isabel, hampir semua keberadaan makhluk di dunia immortal mengalami kepunahan sebab perang benar-benar menguras populasi, ditambah lagi dengan bangkitnya Derekt untuk pertama kalinya. Kemungkinan yang tersisa hanyalah orang-orang yang dianggap memiliki kekuatan besar untuk bertahan hidup.

Atau bisa jadi, salah satu di orang-orang itulah yang mengutus kedua penyerang ini?

Entahlah.

Isabel sedang berdiam diri memandangi bangunan tinggi di atas perbukitan saat Simon melewatinya untuk mengejar ketertinggalan dari rombongan. Sedang yang lain sudah cukup jauh di depan. Ia lalu menghampiri Isabel kemudian berhenti tepat di samping wanita itu. keduanya sedang berdiri di atas jembatan kayu sementara tepat di bawahnya, aliran sungai yang tenang seolah sedang memancarkan aroma mint yang menyegarkan.

Tempat ini benar-benar asri.

"Nona, apa yang Anda lakukan di sini? Tidakkah kita harus menuju penginapan yang telah Alpha Yon pesan untuk peristirahatan kita." Simon tidak mengerti ketika ia justru menemukan kerutan di dahi Isabel sementara fokus wanita itu masih saja tidak lepas dari objek yang serupa.

Isabel baru saja mengabaikan Simon.

Kendati demikian, Simon tetap memasang senyum. Kali ini ia bahkan berniat menyentuh bahu Isabel untuk mengembalikan kesadaran wanita itu seolah ingin memberitahu jika ada seseorang di sampingnya.

Alpha and a Hermit (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang