Bagian 5

209 17 4
                                    

   

       Riuh para kawanan serigala terdengar keras

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

       Riuh para kawanan serigala terdengar keras. Di sebagian tempat, beberapa di antara mereka bergerak dan berlalu lalang ke sana-kemari. Langkah mereka dominan terburu. Mengerjakan berbagai hal. Sementara di satu sisi, beberapa gerbong kereta dengan dua warrior melaju, menariknya menuju hutan Serophin. Gerbong-gerbong diisi dengan berbagai perbekalan. Bahkan beberapa di antaranya digunakan para serigala bangsawan yang enggan berubah ke wujud transformasi. Membiarkan mereka di tarik pergi.

      Dari arah lain, Luce melangkah menghampiri Alpha Yon yang tengah meninjau pergerakan para warrior, dari seberang jalan menuju hutan. Nyatanya, Yon merupakan tipikal pria yang tidak senang dengan kesalahan. Karena itulah, dia tidak pernah absen mengamati langsung pekerjaan bawahannya.

      "Alpha."

     Yon menoleh dengan mimik datar seperti biasa. Wajahnya yang rupawan terlihat berseri, tertimpa cahaya matahari yang terik. "Ada apa?" Kening pria itu berkerut.

     "Kapan Anda akan ikut berangkat?"

     Melirik sekitarnya, Yon menemukan dua gerbong kereta masih berdiam diri di posisi yang sama. Manik pria itu segera memicing mendapati dua orang Lady berjalan begitu pelan. Sementara para Warrior yang bertugas menarik gerbong, tampak sudah lelah menunggu. "Aku akan berangkat setelah memastikan semua pergi lebih dulu."

     Luce mengangguk. Tatapannya berpindah. Beralih ke arah di mana adiknya sedang berjalan umpama ulat bulu, dan tentunya ditemani sahabat terbaiknya—Lady Amerta—yang menyebalkan. "Baiklah. Aku akan mengikuti Anda," katanya. Menatap Yon yang masih berdiri kaku. Luce melanjutkan, "Alpha, aku mohon pamit sebentar untuk menemui Adikku."

    Yon menoleh dengan mimik kaku. "Pergilah."

    Langkah Luce mantap mengarah kepada Lady Alice yang sudah empat menit, masih belum sampai di tempat tujuannya—gerbong kereta. Sementara, jarak posisi awalnya dengan benda pengangkut itu tidak begitu jauh. Mimik pria itu kian mengeras. Semakin dekat dia dengan sosok serigala bangsawan paling cantik di Serophin itu, semakin kaku pulalah raut wajahnya.

     "Alice," Luce memanggil. Sebaliknya, Alice menoleh dengan senyum terbaik. Mencoba menunjukkan betapa baiknya akhlak sang Lady. 

     "Kakak," serunya. Wajahnya sumringah. Dia berhenti melangkah, tetapi tindakan itu tanpa sadar membuat dua warrior yang telah menungguinya, diam-diam menghembuskan nafas. "Apa ada sesuatu yang ingin Kakak sampaikan." Manik Sang Lady berkilat jenaka. Meski begitu, Luce tahu betul raut penuh kepalsuan itu. "Karena tidak biasanya, Kakak mendekatiku tanpa ingin mengatakan beberapa hal."

     Luce tidak terpengaruh dengan perkataan Lady Alice. Dia tidak bodoh, untuk tidak menyadari jika adiknya sedang menyindir. "Benar. Karena itulah, sebelum kamu tidak bisa ku awasi penuh selama di hutan nanti. Aku memperingati untuk menjauhi Alpha," tanpa sadar, Luce mendesis. Menyalurkan kemarahan ditiap kata-katanya.

Alpha and a Hermit (Tamat)Where stories live. Discover now