Bagian 40 Serangan Makhluk Kepiting

83 7 0
                                    

Hamparan dedaunan seketika merebak sesaat setelah rombongan para pencari air suci menginjak tanah yang nyatanya telah diberi perangkap. Warna-warni dedaunan itu beterbangan ke udara bersamaan dengan teriakan Liam dan juga Simon.

Satu jengkal sebelum Zigot menimpa runcingan bambu di bawah sana dan merobek kulit tubuhnya, Yon telah menciptakan barrier pelindung raksasa bersamaan dengan Stick. Barrier itu terbentuk kokoh dan melindungi mereka dari luka dan bahkan kematian.

"Kalian tidak apa-apa?" Yon bertanya sementara ia menatap tajam ke arah perangkap yang kini berada satu jengkal dari wajahnya. Umpama balas menatap kepadanya, runcingan bambu itu menunjukkan kilat seakan memberi ancaman disertai peringatan.

"Yah, kami baik-baik saja, Alpha." Luce menimpali dengan suara serak. Kemungkinan tenggorokannya tercekat saking terkejutnya. Siapa yang menyangka jika mereka akan berakhir menggantung dalam lubang tanah sementara tepat di bawah mereka, jarum-jarum bambu sedang memelototi.

"Bagaimana caranya kita keluar dari tempat ini?" Simon mendongak untuk melihat ke atas. Wajahnya sontak meringis saat menyadari bertapa dalamnya mereka terjatuh. "Aku rasa kita akan terperangkap hingga besok." Pria itu mengeluh dengan wajah muram.

"Tidak akan!" Yon menolak pemikiran Simon. "Kita akan meninggalkan tempat ini sesegera mungkin." Sesaat kemudian ia menatap ke arah Isabel yang sedang terbaring di sampingnya. Siapa yang tahu, wanita itu justru memejamkan mata seolah ia tengah tertidur. Yon berbisik, "apa yang kamu lakukan? Pikirkan renca—"

"Ssst!! ... jangan bersuara. Aku merasakan pergerakan di atas sana." Isabel memotong sesaat setelah Yon mencoba menggangu konsentrasinya. Meski begitu, maniknya masih saja terpejam rapat.

Dua detik setelah Isabel mengatakan hal itu kepada Yon, ia dengan tiba-tiba berteriak keras dan membangunkan kesadaran sekaligus kewaspadaan yang lain. "Jangan ada yang bergerak, musuh menurunkan hewan beracun!" teriaknya.

Umpama genderang yang dipukul dan menimbulkan bunyi keras yang mendebarkan, tampaknya hal serupa seolah terjadi pada masing-masing jantung mereka. Dari atas cahaya remang yang tertutupi tanah dan sisa daun, sepasang kaki yang lebih menyerupai cakar memasuki mulut lubang perangkap dengan merangkak.

Desisan aneh seketika terdengar sementara cairan hijau tiba-tiba meluruh dari dalam mulut makhluk aneh tersebut, yang lebih terlihat bagai kepiting raksasa. Itu bergerak cukup lambat dan kemudian melompat turun, lantas mendarat di atas barrier berbentuk lingkaran yang Yon dan Stick ciptakan untuk perlindungan.

"Makhluk apa itu?" Zigot berbisik ngeri, wajahnya nampak memucat sementara tangannya kini benar-benar gemetar.

"Aku tidak tahu, tetapi tetaplah diam. Jangan buat pergerakan," Daniel yang meringkuk di sebelahnya pun balas berbisik. Tampaknya pria itu sama menderitanya, mengingat kini nyaris seluruh wajahnya dipenuhi keringat.

Nyatanya, tidak ada yang menduga jika berada di dalam kukungan barrier se-sempit ini sungguh terasa panas. Kemungkinan jika mereka masih berada di sana dalam waktu yang cukup lam, bukan tidak mungkin salah satu di antaranya akan pingsan.

"Isabel, apa rencanamu sekarang?" Yon bertanya.

Sementara itu, Isabel kini menoleh lalu menatap Yon di sebelahnya. Untuk sesaat wanita itu terdiam tetapi di detik berikutnya ia berkata, "Perintahkan si Gagak untuk menerobos keluar dari barrier dan terbang ke atas."

Kening Yon berkerut. "Bukankah kita tidak boleh bergerak?"

Isabel mengangguk. "Benar, tetapi jika kita berhati-hati kemungkinan Zigot bisa lolos." Tatapan Isabel kemudian berpindah ke arah makhluk yang kini sedang mengendus dinding barrier sementara cairan hijau lengket yang menjijikkan masih saja menetes dari mulutnya. Cairan itu mengeluarkan asap, kemungkinan itulah racunnya. "Makhluk itu tidak bisa melihat. Ia mengenali musuh dari pergerakan."

Alpha and a Hermit (Tamat)Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt